37 - Terbaik

946 85 14
                                    

Uhuk, apdet lage.


---


Setelah curhat panjang lebar dan bermanja-manja ria bersama Kak Chan, gue jadi sangat mendingan. Baik itu perasaan maupun tubuh gue.


Sisa minggu tenang gue malah terpakai buat istirahat demi kondisi yang fit  saat ujian mendatang. 

Sedihnya gue gak bisa jalan-jalan dan refreshing seperti yang biasa gue lakukan sebelum ujian.


Clara dan Fina langsung datengin rumah gue begitu denger kabar dari Mark mengenai kondisi gue. Mereka merasa bersalah karena main ambil kesimpulan atas tindakan gue, lalu kita bertiga saling minta maaf sambil nangis-nangisan.


Pokoknya sisa hari tenang gue kemarin dipenuhi sama air mata deh. Sedih tapi juga ada bahagianya karena akhirnya gue bisa damai dengan dua sohib cewek gue.


Masalah Clara dan Jeno belum kelar sih, katanya Clara masih mau mikirin nanti soal itu. Gue juga gak mau maksa mereka buat cepetan damai, soalnya yang jalanin mereka juga.


"Woy! Uda belajar belom lo?" sapa Clara begitu gue sampai di kelas.


See? Kita uda kayak dulu lagi, makanya proses pemulihan gue juga cepat. Kalo kata Kak Chan, gue itu cuma banyak pikiran aja makanya jadi sakit kayak kemarin.


Gue naruh tas di kursi sebelah Clara. "Gue cuma baca doang, kesiangan tadi," jawab gue sambil ngeluarin buku yang jadi penunjang gue buat ujian hari ini.


Clara gelengin kepalanya. "Parah lo, gue aja sampai bikin rangkuman gini," kata Clara lalu nunjukin rangkuman yang dia buat dan membuat gue sedikit terintimidasi.


Nyerah, akhirnya gue paksa diri gue buat baca segala materi yang ada lima belas menit sebelum ujian. Gue benci hafalan.


Nice, batin gue.


"Mel, Cla! Ya ampun, ini beneran kita ujian dari bab lima sampai sepuluh?!" 


Suara nyaring Fina membuat aktivitas belajar gue dan Clara berhenti karena terkejut. "Gila lo! Kaget gue!" protes gue sambil ngelus dada.


Fina duduk di bangku sebelah gue dan ngeluarin kertas lusuh yang gue duga rangkuman juga.

"Mati, Mel! Gue belum bener-bener hafal, gimana dong?!" rengek Fina sambil nempelin kertasnya di muka dia.


"Lo kira cuma lo doang? Gue juga pusing woy!" protes Clara yang rambutnya uda agak berantakan, gak tau diapain sama dia.


Gue yang berada di tengah mereka cuma bisa gelengin kepala dan pasrah. Uda lama gak denger mereka ribut kayak gini.



---


Head Over Heels ; Lucas (Book 1) ✔Where stories live. Discover now