12. Mood

2K 237 16
                                    

"Thank you, ya Sha udah sempetin main ke Bogor, kapan-kapan main ke sini lagi ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Thank you, ya Sha udah sempetin main ke Bogor, kapan-kapan main ke sini lagi ya..."

Marsha mengangguk. "Gantian lo yang main ke Bandung dong."

Lova mengangguk. "Iya deh ntar gue usahain kalo liburan. Gue juga udah kangen sih pengin ke Bandung lagi."

Lova dan Marsha berpelukan.

"Tante, Marsha pulang dulu ya..." pamit Marsha pada Amira.

"Oh iya, Sha. Hati-hati ya ... kapan-kapan main lagi ke sini ya..."

Lova mengantar Marsha ke depan. "Bye, Marsha!"

...

Setelah Marsha pulang, Lova kembali ke kamar lalu membuka ponselnya yang tidak menunjukkan ada notifikasi apa pun.

Lova meletakkan ponselnya, lalu membaringkan tubuh, menatap langit-langit kamar. Hari ini sebenarnya ia ingin bersantai, menikmati akhir pekan.

Tapi kenyataanya, tidak semudah itu.

Otaknya dipenuhi oleh berbagai macam hal-hal tentang Milo. Apa lagi setelah tahu penyebab laki-laki itu cuek dengannya karena mengira ia sudah punya pacar. Jika Milo bisa begitu, kenapa dirinya tidak bisa?

Tiba-tiba kenangan empat tahun lalu kembali berputar di kepalanya.

"Kenapa sih gue nggak bisa benci sama lo, Milo!" erangnya kesal.

Lova mengacak rambutnya dengan gusar. "Bego banget sih, lupain Milo, Lova! Dia aja udah lupain lo. Please deh lo bego banget demi apa!" gumamnya sembari menyalahkan dirinya sendiri.

"Ikhlasin aja kek, dia udah nggak mau merjuangin lo lagi. Sadar, bego! Arghh!"

"WOI, LOVA. KENAPA!?"

Lova refleks menutup mulutnya. "NGGAK APA-APA, MA! TADI KAGET ADA CICAK JATUH!"

"NGGAK USAH ALAY DEH!"

Lova mendengkus.

...

"Eh, Lov! Tumben lo berangkatnya mepet banget?" sapa Tita saat Lova berjalan melewatinya.

"Hm..."

Tita mengernyit. "Kenapa lagi sih lo?"

Lova menggeleng pelan.

"Ada masalah apa? Cerita sama gue!"

"Nggak ada masalah apa-apa."

"Lova, gue serius."

Lova menghela napas. "Apaan sih, Tit?"

"Lo kenapa? Jangan bikin bingung gini dong! Kalau ada masalah tuh cerita. Gue nggak mau ya kalo tiba-tiba denger berita lo gantung diri atau minum racun tikus gara-gara nggak ada tempat buat nuangin cerita."

Lova tertawa pelan mendengarnya. "Apaan sih, lo tuh kebanyakan nonton sinetron tahu nggak. Gue nggak semenyedihkan itu."

"Oke, kalau gitu nanti sore setelah selesai kelas kita harus jalan-jalan."

Lova menggeleng. "Males ah. Gue pengin tidur aja di rumah."

"Lo tuh butuh refreshing. Nanti lo bisa gila. Lagian lo nggak bosan apa tidur terus? Gue aja lihatnya bosan."

"Lo tuh yang gila kebanyakan nonton sinetron," ucap Lova sambil menyalakan ponsel. Terlalu lama berdebat dengan Tita bisa-bisa membuatnya darah tinggi karena gadis itu selalu menjawab apa yang dikatakan Lova.

"Gue bilangin Ken, lho!"

Lova memutar bola mata malas. "Apaan sih kok malah bilang ke Ken. Hubungannya di mana, Tita? Sana deh bilang aja, suka-suka lo."

"No, Lova! Pokoknya habis kelas nanti kita harus jalan-jalan dan shopping."

"Nggak ada duit!" sahut Lova masih berusaha menolak.

"Kan ada ATM," Tita tersenyum lebar, "bisa dong minta transfer ke Tante Amira? Lo bawa mobil kan?"

Lova mengangguk pasrah. Lagi pula, apa pun usahanya untuk menolak ajakan Tita, gadis itu pasti akan tetap gencar memaksanya.

"Ya udah pakai mobil lo ya, tadi gue nebeng Ken."

Lova melemparkan jaketnya ke arah Tita. "Udah ngajakin, nebeng lagi lo! Dasar nggak modal!" serunya.

Tita nyengir. "Mohon maklum ya, mobil gue kan dipakai Bokap gue terus. Mau kan, Lov? Nanti gue traktir matcha latte deh..."

"Hm ... iya deh terserah lo."

Tita bersorak senang.

...

"Kita mau ke mana?" tanya Tita ketika baru saja masuk ke dalam pusat perbelanjaan.

Lova mengangkat bahu acuh. "Kan lo yang ngajakin."

"Kan biar lo seneng, jadi gue tanya ke lo. Ya udah kalau gitu kita lihat-lihat baju dulu aja yuk," ucap Tita sambil menarik tangan Lova masuk ke salah satu toko baju yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri.

"Abis ini facial yuk, atau lo mau potong rambut? Buang sial gitu."

Lova menggeleng. "Lo aja deh. Gue tungguin."

Tita mendengkus lalu kembali melihat baju. "Ini nih, Lov. Cocok buat lo." Tita menunjukkan sweater berwarna putih dengan gambar hati di dada dan lengan.

"Nggak suka."

"Ini!"

Lova menggeleng lagi.

"Ya Tuhan! Gue harus ngapain biar lo bahagia?"

Melihat Tita sudah berusaha keras, sekarang Lova malah jadi merasa bersalah pada Tita. Gadis itu berusaha keras menghiburnya, tetapi ia tidak menghiraukannya sama sekali.

"Itu aja, Tit. Di pojok sana! Gue lagi butuh hoodie juga." Lova mengajak Tita menuju rak tempat jaket.

...

"Lo mau facial atau potong rambut?" tanya Tita sebelum masuk ke salon.

Lova menyentuh rambutnya yang sudah panjang, ia memang jarang memotong rambut karena malas ke salon sendiri, ia baru memotong rambutnya kalau Amira mengajaknya ke salon.

"Kalo gue potong sebahu bagus nggak ya, Tit?"

Tita mengamati wajahku. "Bagus! Pasti kelihatan fresh!"

"Ya udah gue mau facial terus potong rambut. Tapi lo juga ya?"

Tita mengangguk senang.

Selesai facial dan potong rambut, Lova tersenyum menatap rambut barunya. Benar kata Tita, terlihat lebih segar.

Semoga hatinya pun begitu.

...

"Bye, Tita. Gue pulang ya. Salam buat Om sama Tante!" seru Lova sambil menurunkan kaca mobilnya.

Tita melambaikan tangannya. "Hati-hati!"

Lova mengangguk lalu mulai menjalankan mobil ke arah rumahnya.

Setengah jalan, Lova menyipitkan mata ketika melihat seseorang di perempatan tak begitu jauh dari rumah Tita.

"Milo ngapain coba malem-malem gini di situ?"

Lova memajukan mobil dan sedikit menepi agar bisa melihat memastikan dari dekat apakah orang itu benar-benar Milo atau bukan.

"Astaga!"    

____

5 Juli 2018

Setelah Usai (Milova 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang