1. Dia

4.4K 402 44
                                    

"Sekian pelajaran hari ini, terima kasih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sekian pelajaran hari ini, terima kasih."

Setelah samar-samar mendengarkan suara itu, Lova merasakan badanku diguncang dengan keras. Gadis itu mengerang kesal. Ia akhirnya mengerjapkan mata beberapa kali, berusaha menyesuaikan pupil mata dengan cahaya terang yang masuk.

"Apa sih?" tanya Lova pada laki-laki di sebelahnya yang masih terus mengguncang badannya meskipun ia sudah bangun.

Laki-laki itu memberi kode supaya Lova mengangkat kepalanya dan melihat ke depan kelas.

"Udah selesai kelasnya."

Lova mengerang kesal lalu kembali menelungkupkan kepalanya di atas meja. "Ya udah, kalo mau ke kantin lo ke kantin sama Tita aja, gue mau tidur," gumamnya dengan suara tidak jelas karena tertutup oleh tasnya sendiri.

"Ya Tuhan, kenapa lo kebo banget sih," decak laki-laki itu frustrasi.

Lova kembali mengerang lalu mengangkat kepalanya dengan raut kesal. "Terus kenapa? Masalah gitu? Ruginya apa buat lo?"

"Berantem terus, ntar jadian lho..." bisik seseorang dari belakang.

"Jadian pala lo!" serunya sambil memelototi Tita yang duduk di belakangnya.

Tita terkekeh. "Kalian cocok tahu, kenapa nggak jadian aja sih..."

Lova terdiam, tidak berniat menanggapi pernyataan temannya itu. Masih ada satu nama yang mengganjal di hatinya. Walau sekarang dia sendiri juga tak tahu bagaimana kabarnya.

Walaupun sebenarnya dia juga tak tahu apa dia masih mengingatnya.

"Malah diem nih orang," gumam Tita sambil mencolek lengan Lova.

"Berisik," gumam Lova malas lalu kembali menjatuhkan kepalanya di atas tas. Berniat untuk kembali tidur untuk menenangkan pikirannya.

...

"Lama banget sih lo. Ngapain aja di dalam? Mandi ya? Gue sampai lumutan nungguin lo tahu!" protes Ken sambil bersungut-sungut.

"Gue nggak tahu dan nggak mau tahu," gumam Lova sambil merampas helm dari tangan laki-laki di depannya.

"Ngeselin banget deh lo," gumam Ken sambil menegakkan motor.

Lova terkekeh. "Bercanda sih. Sensi amat lo. Lagi mens ya, Mas?" tanyanya sambil memukul punggung Ken pelan.

"Nih pesenan lo." Lova menyerahkan plastik putih dengan logo minimarket yang baru tadi ia kunjungi kepada Ken lalu mengambil susu milo yang tadi dibelinya untuk dirinya sendiri.

"Minum susu terus, tambah tinggi enggak."

Lova menyedot susu milonya sambil melirik Ken sinis. "Berisik lo ah."

"Ya udah deh. Ayo naik buruan," ucap Ken sambil menstarter motornya.

Lova mengangguk. "Tita udah duluan?"

Ken mengangguk.

...

"Makasih ya. Lo langsung pulang, nggak usah kelayapan!" cicit Lova begitu turun dari motor Ken.

"Iya, Bu. Nggak usah cemas gitu lah. Pasti langsung pulang kok," ucapnya sambil menyisir rambutnya ke belakang dengan jari.

Lova memutar bola matanya malas sekaligus muak melihat Ken dengan mode sok gantengnya.

"Udah ah. Gue masuk dulu ya."

"Oke. Have a nice day ya..."

Lova mengangguk lalu tersenyum tipis. "You too..."

"Oh iya, Lov."

Lova menghentikan pergerakannya lalu berbalik badan menghadap Ken. "Kenapa?"

"Nggak apa-apa kok," jawabnya diiringi senyum lebar.

"Nggak jelas lo!" seru Lova kesal.

Sebetulnya Ken sudah biasa melakukan hal tersebut kepadanya. Namun, dengan bodohnya sampai sekarang pun ia masih terus meresponnya karena lupa.

...

Lova menutup pintu kamar lalu duduk di depan meja rias. Tangannya terulur meraba kalung berbandul bunga matahari yang masih terpasang di lehernya dan tak pernah ia lepas, walaupun sebenarnya ia harus melepaskannya jika ingin mengikhlaskan laki-laki itu.

Empat tahun Lova pergi darinya.

Dan selama itu pula, laki-laki itu tak pernah mencoba memberi kabar atau sekadar menyapa dan menanyakan bagaimana kabarnya.

Ya, memang sudah seharusnya begitu.

Empat tahun tanpa kehadirannya. Mati-matian Lova berusaha melupakannya. Dan ia mulai bisa memaafkan kesalahan laki-laki itu dulu dan mencoba berdamai dengan dirinya sendiri karena terkadang ia masih takut hal tersebut akan terulang kembali. Ia takut rasa kecewanya -yang masih membekas di hati hingga saat ini- datang lagi.

Tapi sampai saat ini, karena laki-laki itu juga, Lova belum bisa menjalin hubungan dengan laki-laki lain.

Karena sesungguhnya, jauh di dalam lubuk hatinya, Lova masih menginginkannya dan mengharapkan laki-laki itu kembali padanya.

Walau dia telah menyakitinya dan menancapkan luka yang sulit untuk dihilangkan.

___

19 November 2017

Setelah Usai (Milova 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang