8. Don't Cry

2.3K 281 60
                                    

Lova terbangun dengan mata sembab, semalam ia tertidur setelah lelah menangisi Milo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lova terbangun dengan mata sembab, semalam ia tertidur setelah lelah menangisi Milo. Pagi ini tentu saja dia merasa bodoh karena membiarkan dirinya semalaman menangisi laki-laki itu.

Untung saja hari ini Lova sedang tidak ada kelas. Kalau ada pasti Tita dan Ken akan bertanya macam-macam, dia juga jelas malu berangkat ke kampus dengan keadaan seperti ini.

Seharusnya Lova sadar dari awal. Harusnya dia tahu Milo mungkin tak akan kembali menjadi miliknya lagi walaupun mereka dipertemukan kembali. Karena dipertemukan kembali bukan berarti ditakdirkan untuk mengulang kisah dengan orang yang sama, bukan?

Lova menghela napas berat untuk yang kesekian kalinya pagi ini, matanya kembali menghangat. Gadis itu cepat-cepat mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi untuk menyegarkan badan sekaligus pikiran sebelum dirinya kembali mellow memikirkan Milo.

Lova memejamkan mata, merasakan tubuhnya terguyur air dari shower. Padahal dia sudah lama berhasil tidak menangisi laki-laki itu. Terakhir adalah saat dia sangat merindukan Milo tapi dia tidak tahu laki-laki itu dia ada di mana.

"Lova!?"

Lova membuka mata. "Aku lagi mandi, Ma!"

"Cepetan!"

"Iya."

Tak lama, Lova keluar dari kamar sambil mengeringkan rambutnya lalu berjalan ke bawah menemui Amira. "Kenapa, Ma?"

Amira yang sedang menyiapkan sarapan di dapur langsung menunjuk ke arah pintu. "Ada Ken tuh di luar, tapi Barbienya nggak ikut."

Mendenar ucapan Ibunya, mau tak mau Lova tertawa pelan. "Aneh-aneh aja deh, Ma."

"Ya udah sana buruan samperin Ken, kasihan dia lama nungguin kamu, jangan ketawa-ketawa doang sama Mama. Ih itu kenapa lagi your eyes jelek banget?"

Lova buru-buru menutupi matanya dengan telapak tangan. "Kelihatan emang?"

"Iya lah. Kalo nggak kelihatan matanya serem dong."

Lova menggeleng heran. Ia menghela napas lalu menghampiri Ken di ruang tamu.

"Ngapain? Nggak ada kelas kan?" tanyanya memastikan.

Ken mengangguk. "Mau ajak lo jalan-jalan aja."

"Mager, Ken. Gue lagi pengin rebahan aja."

"Tiap hari juga lo rebahan, nggak ada mager-mager. Ayo!" Ken menarik tangan Lova ke luar.

"Ya udah, bentar, ganti baju dulu."

Lova kembali ke kamarnya lalu mengganti kaus dan celana pendek rumahannya dengan kaus longgar dan celana panjang hitam. Ia bahkan tidak ada waktu untuk memikirkan akan menggunakan baju apa hari ini.

Lova membuka ponselnya sebelum memasukkannya ke dalam tas. Ia melihat ada satu pesan masuk.

Radmilo : Selamat morning, good pagi. Lova...

"Apaan sih," gumam Lova sambil mematikan ponselnya agar tak lagi membaca pesan dari Milo yang hanya membuat perasaannya kembali memburuk.

Setelah siap, Lova ke luar dari kamarnya, berpamitan pada Amira dan segera menyusul Ken yang sudah masuk ke mobilnya terlebih dulu.

"Mau ke mana sih, Ken? Tita kok nggak diajak? Lagian ngapain sih pagi-pagi gini?" Lova memberondong Ken dengan pertanyaan setelah menutup pintu mobil.

Ken hanya tertawa pelan lalu mulai menjalankan mobil.

"Sejak kapan lo bisu?"

"Baru aja."

"Bego," sahut Lova.

...

"Kita ngapain ke sini?" tanyaku saat Ken membelokkan mobil ke Jungleland.

"Gue tahu lo lagi sedih. Gue mau ajak lo naik bianglala, tapi lagi nggak ada pasar malam soalnya masih pagi, jadi gue ajak ke sini deh. Sekalian lo bisa main-main yang lain," ucapnya sambil mengacak rambut Lova pelan.

Lova tersenyum mendengar penjelasan Ken. "Makasih ya, Ken."

Ken mengangguk. "Kalo ada masalah itu cerita, bukan di pendem sendiri, bego!"

"Lo juga bego," jawabku.

"Ih malah ngatain balik, ya udah ayo ke luar."

Lova membuka pintu mobil dan segera berlari keluar. "Ayo, Ken!"

Ken tertawa sambil menyusul Lova yang sudah kembali terlihat seperti Lova biasanya.

Ken sangat tahu, hanya bianglala yang bisa mengembalikan perasaannya.

...

Lova tersenyum lebar saat bianglalanya mulai bergerak naik.

"Makasih ya, Ken. Sayang deh!" serunya sambil melihat pemandangan Bogor dari atas.

Ken tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya heran. "Udah jadi mahasiswi, kelakuan masih kayak anak kecil," ledeknya.

"Bodo amat," jawab Lova tanpa mengalihkan padangannya sedikit pun.

"Iya deh yang penting lo seneng."

Lagi-lagi Lova tersenyum.

"Ah, lo tahu gue banget deh!" ucap Lova girang sambil menangkupkan kedua tangannya di pipi Ken. Laki-laki itu hanya mencibir.

...

"Lo mau naik apa lagi?" tanya Ken setelah turun dari bianglala.

"Daytona yuk!" seru Lova sambil menarik Ken menuju wahana mobil balap bernama Daytona.

Ken mengangguk lalu mengikuti Lova yang menariknya.

Lova dan Ken naik ke atas mobil dan Ken mulai melajukannya.

Lova tertawa lepas saat Ken mengencangkan laju mobil. "Jangan ngebut-ngebut nanti cepet sampe," ucapku sambil masih tertawa.

"Oh iya," jawab Ken, "padahal gue mau jadi pembalap."

"Pembalap kepala lo meletus," cibir Lova.

...

"Makasih lagi ya, Ken."

Ken tersenyum lalu menatap Lova. "Don't cry, oke?"

Lova mengangguk.

"Jelek tahu," ucap Ken sambil mengacak rambut Lova lagi untuk kesekian kalinya hari ini.

"Lo juga jelek."

Ken tertawa.

"Ya udah gue masuk," ucapku sambil membuka pintu dan ke luar dari mobil Ken.

"Dadaaahh..." Lova melambaikan tangan sembari masuk ke rumah.

____

13 Juni 2018

Setelah Usai (Milova 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang