Katya mengecek ponselnya. Ada banyak sekali pesan masuk dan misscall dari Zayn. Katya mengerutkan dahinya, kemudian membuka salah satu pesannya.

Kat, aku di depan flatmu. Apa kau dirumah?

1.47 P.M

 Katya mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia melirik jam di bagian atas layar ponselnya. Jam 3 kurang. Berarti Zayn sudah menunggu di depan flatnya selama....satu jam? Katya cepat-cepat mengetik nomor Zayn yang tentu ia hafal, kemudian menelpon Zayn.

 “Halo? Zayn?”

 “Kau dimana?” tanya Zayn to the point. “Oke, maaf aku tidak menghubungimu lebih dulu kalau aku ingin ke flatmu. Tetapi aku sudah menunggu sekitar....satu jam. Ya, satu jam. Dimana kau?”

 Katya meringis. “Aku sedang di Westfield Stratford City,” jawabnya. “Baiklah, tunggu disana, oke? Aku akan pulang sekarang. Ya, ya aku akan cepat-cepat. Iya, Zayn. Oke. Tunggu disana. Dah. Aku.....apa? Oke. Dah.”

 Katya memutuskan sambungan dan memasukan ponselnya ke dalam tas selempang kecilnya. Ia melihat ke bawah, ke arah belanjaannya yang sangat banyak. Oke, katanya pada dirinya sendiri.

 Saat Katya baru berjalan beberapa langkah, ia menabrak seorang cowok yang sibuk berkutat dengan ponselnya. Cowok itu memakai kemeja garis-garis dan dasi biru dongker, celana bahan berwarna hitam, dan sepatu pantofel hitam.

 “Maaf,” gumamnya tak jelas. Cowok itu berjongkok untuk membantu Katya membereskan belanjaannya yang terjatuh. “Maafkan aku,” katanya lagi. Cowok itu mendongak untuk menatap Katya, lalu.......

 “Ethan?”

***

 Sekitar 30 menit setelah Katya menelpon, dia sudah sampai dan menemui Zayn yang sudah menunggunya satu jam lewat. Zayn bertanya-tanya apa Katya sakit atau apa, karena wajah cewek itu pucat seperti habis melihat hantu. Tetapi Zayn memutuskan untuk tidak bertanya.

 Katya mempersilahkannya masuk. Seperti yang biasa dilakukannya, Zayn langsung duduk di sofa dan menyalakan televisi sedangkan Katya masuk ke dalam kamar dan membereskan belanjaannya yang lumayan banyak. Katya jadi agak pendiam hari ini, Zayn tidak tahu apa penyebabnya.

 “Kat?”

 Tidak ada jawaban. Zayn awalnya membiarkan Katya sendirian di dalam kamarnya, tetapi setelah hampir setengah jam cewek itu tidak keluar-keluar, Zayn memutuskan untuk menerobos masuk tanpa mengetuk. Di dalam kamarnya, Zayn melihat Katya sedang duduk di pinggiran ranjangnya. Cewek itu membelakanginya.

 “Katya?”

 Katya menoleh ke arah Zayn. Zayn benar-benar terkejut saat melihat wajah Katya yang berantakan. Hidungnya memerah karena habis menangis, dan matanya masih terlihat agak berair. “Zayn, kurasa aku butuh waktu sendiri,” kata cewek itu pelan.

 Zayn tidak menurut. Ia langsung menghampiri Katya dan berjongkok di hadapan cewek itu. Katya menyeka air mata dengan punggung tangannya dan menatap Zayn lurus-lurus. Tatapannya sangat sendu. Zayn bisa ikut menangis seperti anak kecil kalau Katya menatapnya seperti ini terus-terusan.

 “Ada apa?” tanya Zayn.

 Katya terisak. “Ketemu.....” ia berhenti sebentar untuk menarik napas. “Ethan.”

 Air muka Zayn langsung berubah. Ia tahu siapa Ethan itu. Ia yakin cowok bernama Ethan ini adalah cowok yang Aaron maksud. Zayn tiba-tiba merasa marah. Ia tidak suka Ethan membuat Katya menangis seperti ini. Ia tidak suka cowok bernama Ethan itu.

For You, I am.Where stories live. Discover now