Jangan meragukan sebuah
pertemanan yang terjalin
sejak kamu masih bocah
ingusan dan tak tahu apa-apa
tentang dunia.-o-
SUARA alarm dari handphone Kala membuatnya terbangun tepat pukul lima pagi. Kala mulai duduk mengumpulkan tenaganya juga menunggu seluruh kesadarannya tiba. Beberapa detik kemudian Kala berdiri dan berjalan menuju kamar mandi yang ada di ruang rawat.
Setelah mandi dan mengganti baju basketnya dengan seragam yang kusut karena terlalu lama terlipat di dalam tas Kala pergi ke kantin rumah sakit. Perutnya sampai sakit karena menahan lapar sejak kemarin siang.
Kala mengeluarkan handphone dari dalam saku celana abunya kemudian menyentuh aplikasi messege untuk menghubungi sang pacar.
Lulalala
Udh makn?
Kala
17.15Hari ini.
Pgi cntik
Maaf bru ksih kabr
Semlm sya ketduran
Pgi jga Kala
Iya gpp, kmu udh
srpan?Ini lgi di kntin rs,
kmu?Kmu nginap dsna?
Aku blum, lgi nunggu
ibuIya, soalnya dia gk
pnya kluarga. Jdi
ya, gppkan?Gk apa Kala
Kmu sklah?
Iya, bntar lgi brngkt
Gk plng dlu?
Gak akn keburu
LulaBeljr yg bener Kala,
love youLove you too,
Lula***
Kala, Ibra dan Okta duduk berhadapan di kantin. Suara sendok yang beradu dengan piring menghiasi keheningan mereka.
"Kemana lu kemarin? Varo nangis, tega lu." Okta mulai bersuara.
"Ada, lah, something. Lu berdua gak perlu tahu." Kala menjawab santai di sela-selanya makan.
"Emang gua sama Okta kagak tau apapun tentang lu, kan?" Ibra menyahut sinis.
"Kita aja yang anggap lu sahabat, gak tau lu nganggap apa." Okta menambahi. Kala menyudahi makannya, sendok yang sejak tadi ia pegang kini ditaruh di atas mangkuk dengan posisi telungkup.
"Gua anggap kalian sodara gua, Ibra, Okta."
"Bullshit, Kal." Ibra tersenyum miring.
"Lu itu terlalu banyak rahasia, Kal, sampe rasanya gua gak pantes jadi sahabat apalagi sodara."
YOU ARE READING
Luka (Completed)
Teen FictionDia adalah luka yang tak ingin aku sembuhkan. Copyright 2018 by krasivaya1 Cover by pinterest