Luka 2 : Kala Prajingga

6K 309 5
                                    

Keluargamu membuatku seakan-akan
hidup kembali setelah lama mati
ditampar sunyi.

-o-

KALA kembali memasukkan handphonenya ke dalam saku tanpa berniat menggeser gambar bulat berwarna hijau lebih dulu. Kala menatap Lula ketika perempuan itu menyentuh punggung tangannya.

Kenapa gak di angkat?

Kala menggeleng. "Teman sekolah,"
"kamu, masih sekolah?" tanya Kala setelah diam beberapa saat. Lula menggeleng.

Aku lulus tahun kemarin.

Kala menangguk-ngangguk kecil. Tak lama seorang pelayan datang membawa pesanan mereka kemudian menyajikannya di meja.

Kamu kelas berapa?

"Kelas 12."

Semangat! Bentar lagi UN.

Kala tersenyum dan mengangguk. "Iyalah. Terima kasih. Makan dulu." Lula mengangguk dan menikmati makanannya.

"Alvaro, mau abang suapin atau sendiri?" Kala menatap Alvaro yang dari tadi hanya diam.

"Sendili aja, bang."

Beberapa menit kemudian makanan Kala sudah habis tak bersisa, ia sedang asyik menatap Alvaro dan Lula yang mulutnya masih penuh mengunyah makanan dengan sesekali terkekeh.

"Pelan-pelan makannya, Alvaro," peringat Kala saat Alvaro tersedak oleh makanannya.

"Lula, boleh minta no handphone kamu?" tanya Kala setelah melihat Lula sudah menghabiskan makanannya.

Lula mengangguk, kemudian mengeluarkan benda pipih dari tas selempangnya yang tadi. Tangan Lula tampak menari-nari di layar ponselnya. Beberapa detik selanjutnya ia memberikan ponsel itu pada Kala.

Setelah mencatat nomer Lula dan menyimpan kontaknya sendiri di ponsel Lula, Kala kembali memberikan alat komunikasi itu pada sang empunya.

"Saya juga save nomer saya di kamu. Nanti kalo perlu bantuan saya, jangan sungkan. Oke?" Lula mengangguk meng'iya'kan.

"Mau langsung pulang atau ke taman lagi?"

Langsung pulang aja. Udah mendung.

Kala mengangguk, kemudian memanggil pelayan untuk meminta bill dan membayar semuanya. Meskipun Lula keukeuh mau membayar makanannya sendiri.

"Varo, kita antar dulu Kak Lula pulang, ya?" Alvaro mengangguk.

***

Kala melirik sekelilingnya. Menatap bingkai-bingkai foto yang menggantung di dinding maupun yang berada di atas meja. Menatap lekat seakan menyelidiki foto-foto itu sambil tersenyum kecut saat melihat foto keluarga yang terpampang di dinding hadapan dirinya duduk.

Ingatan Kala melayang pada beberapa tahun silam. Saat keluarganya masih baik-baik saja. Nyaman dan tentram. Saat dirinya baru saja masuk Sekolah Menengah Pertama, keluarganya hancur tidak berbentuk lagi.

Luka (Completed)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum