Is He Pregnant? - 47

24.7K 1K 82
                                    

Happy Reading.

  
 

"Dia tuh jahat banget, Sha..." Jeha mengucapkan kata yang sama untuk kelima kalinya. Perempuan yang saat ini tengah menghapus ingus dan air matanya itu tak henti-hentinya menarik tisu kemudian membuang sembarangan hingga membuat bekasnya kemana-mana.

"Iya Jeh... Aku tau. Kamu tenangin diri dulu, jangan nangis terus." Salsha mengusap punggung Jeha, menenangkan wanita yang sejak tiga puluh menit yang lalu itu menghujat Bastian.

"Kamu tuh gak ngerti perasaan aku Shaa! Rasanya itu sakit, pake banget," kata Jeha mendramatis.

Salsha memutar bola matanya, hmm...sepertinya Jeha belum merasakan bagaimana menjadi dirinya.

"Iya, aku tau, tapi kamu berhenti nangis dulu. Katanya, Bastian bukan tipemu." Pada akhirnya Salsha memilih tak membahas dan mengiyakan meski bibirnya gatal hendak meneriaki sahabatnya.

"Dia...hiks memang bukan tipeku."

"Terus kenapa masih ditangisi?"

Jeha tak menjawab, perempuan itu malah menangis lagi. Uh! Salsha jadi kesal sendiri, apalagi Iqbaal belum pulang padahal lelaki itu harusnya sudah ada di rumah satu jam yang lalu.

"Maa..."

Salsha menoleh, mendapati Aqila yang saat ini berdiri dengan buku dan pensilnya. Wanita itu mengernyit meneliti pakaian tidur yang dikenakan Aqila.

"Kamu ada jadwal les kan? Kenapa udah pakai baju tidur? Nanti kalau Bu Sofia dateng gimana? Gak sopan Sayang, ganti baju cepet!"

Aqila bingung, gadis kecil itu mengernyitkan dahinya. "Kan kata mama, Bu Sofianya lagi cuti karna sakit."

Eh? Benarkah? Salsha memasang wajah bingung sekarang.

"Iya. Tadi mama bilang gitu. Baru dua jam yang lalu masa udah lupa sih?" kata Aqila menjelaskan, karna mendapati rautan bingung sang mama.

Salsha heran, mengapa dia begitu pelupa dua hari ini? Aish, kemarin saja dia hampir menuangkan garam di teh Iqbaal. Untung saja Bi Sri mencegahnya.

"Aduh maaf ya, Sayang. Mama lupa," ucap Salsha menyesal. Aqila pun tak segan menjawab tidak apa-apa dengan cepat.

"Kamu mau ke mana? Kok bawa buku?"

Aqila berjalan mendekat, sesekali melirik ke arah Jeha yang masih sesegukan. Gadis kecil itu merapatkan buku di dadanya, kemudian berkata, "Ada PR susah, Maa." Bibirnya mengerucut lucu, membuat Salsha tak tahan untuk mencubit pipinya.

"Yaudah sini Mama bantuin."

"Mmm..."

"Sha, aku capek. Kamarnya di mana?"

Eh?

"Itu Jeh ada dua, satu di sebelah kamar nicole, satu di bawah, tapi kamu pake yang atas aja soalnya—" ucapan Salsha terhenti tatkala Jeha melenggang begitu saja. Wanita itu memandang ke arah sahabat yang berjalan seolah tanpa nyawa.

"Tante Jeha kenapa, Ma?" tanya Aqila yang sejak tadi memandang penasaran.

"Patah hati Sayang. Makanya kamu jangan main cinta-cintaan dulu."

"Gara-gara Om Bastian ya?"

"Udah gak usah di bahas, urusan orang dewasa emang ribet."

Kali ini giliran Salsha yang ditatap heran oleh Aqila. Hell! Memangnya Salsha bukan bagian dari orang dewasa?

***

Pintu kamar yang terbuka membuat Salsha langsung mengalihkan atensinya ke arah pintu di mana Iqbaal baru saja masuk dengan jas dan dasi terlepas.

Tante SalshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang