His Mistake - 16

22K 1.2K 233
                                    

Seseorang yang menyayangimu, akan ada dibaris paling depan untuk menjagamu.

--

Happy Reading.

Salsha berganti posisi tidur hampir tidak terhitung jumlahnya. Perempuan itu bergerak gelisah diatas ranjang, beberapa kali mengecek ponselnya. Sejak tadi siang, ia merasa demam ringan menyerang tubuhnya membuat moodnya buruk hanya untuk sekedar turun dari ranjang. Ia menarik selimut tebal itu hingga menutupi tubuhnya, kemudian membenamkan wajahnya dipermukaan bantal yang lembut.

Cklek.

"Iqbaal?"

Matanya langsung melotot lebar ketika melihat lelaki itu, tubuhnya langsung meloncat hingga menabrak dada bidang Iqbaal. Hal tersebut mengundang guratan aneh dari sang lelaki, tampak heran dengan sikap aneh Salsha.

"Kamu kenapa?" ujar Iqbaal heran. Ia menarik bahu perempuan yang tengah mencari posisi ternyaman di dadanya itu. Nyatanya, Salsha benar benar menolak untuk melepas pelukan Iqbaal. Perempuan itu malah mengeratkan pelukannya di leher Iqbaal.

"Kamu sakit?" tuduh Iqbaal yang hanya dijawab anggukan asal oleh Salsha. Walau sebenarnya tidak parah, ntahlah ia hanya perlu pelukan hangat lelaki ini.

"Aku perlu mandi, Sha" pintanya melas.

Salsha enggan memberikan, membuat Iqbaal juga harus diam saja. Ia tak membalas ataupun berbicara negosiasi lagi. Ia membiarkan perempuan itu memeluk tubuhnya tanpa tau jika yang memeluknya tengah menangis.

Salsha tidak tahu mengapa pertahanannya serapuh ini. Ia langsung menangis didada lelaki itu, ia butuh Iqbaal. Ia tak mau kehilangan lelaki ini untuk kedua kalinya. Ia pun tak mau merelakan Iqbaal untuk perempuan manapun, tetapi aroma rose itu. Aroma yang saat ini dihirupnya membuat kepalanya pening.

"Aku harus mandi, sal" ujar Iqbaal untuk lima belas menit kemudian. Kiranya ia telah memberikan lima belas menit waktunya hanya untuk melayani pelukan Salsha yang justru membuatnya gerah. Perempuan itu mengangguk kemudian berbalik tanpa menatap Iqbaal. Tidak untuk menertawakan kebodohannya, ia kira apa yang akan dipikirkan lelaki itu ketika tau dirinya menangis tanpa permisi?. Salsha menarik selimutnya diam-diam melirik ke arah Iqbaal yang saat ini melepas dasinya.

Pernikahan ini semakin lama usianya. Tetapi mengapa malah ia merasa jika dirinya kian menjauh dari Iqbaal? Lelaki itu seolah sulit untuk ia gapai, meski nyatanya jarak antara dia dan Iqbaal begitu dekat.

Lagi lagi Salsha dilema akan perasaannya. Ia ingin tau siapa pemilik dari aroma itu, tetapi ia pun tak mau merasa sakit yang lebih mendalam ketika tau hal yang sebenarnya. Merepotkan memang, tetapi Salsha hanya belum siap. Dia belum siap untuk mendapatkan kata madu diantara Iqbaal dan dirinya, karena yang ada dibenaknya hanya hidup mereka berdua. Iqbaal dan dirinya, tidak untuk ditambahkan perempuan lain.

Iqbaal itu dekat. Raganya pun dekat, tetapi Salsha sadar jika hati lelaki itu jauh lepas darinya. Tetapi Salsha dan keyakinan bodohnya tetap bertahan, memilih untuk menjadi pesakit dari cerita kejam ini. Satu lagi, bukankah cinta itu perlu pengorbanan?

Iqbaal keluar dari kamar mandi menggunakan piyama tidurnya. Setidaknya kali ini Salsha tidak perlu sport jantung apalagi menutup malu kucing wajahnya ketika melihat lelaki itu telanjang dada. Well, walau bentuk perut lelaki itu tidak begitu menonjol dan terkesan pas. Membuatnya tampak seksi dengan versinya sendiri, tidak seperti beberapa lelaki berlebih otot. Salsha tau Iqbaal itu rajin lari pagi meski hanya satu bulan sekali pergi ke tempat pembentukan tubuh, setidaknya lelaki itu masih memiliki bentuk perut kotak seksi yang diidamkan sebagian perempuan.

Tante SalshaWhere stories live. Discover now