The Necklace- 20

17.1K 1.1K 102
                                    

Happy Reading.

Caitlin berancang ingin membuka pintu kamar mandi. Akan tetapi niatnya diurungkan karena perbincangan diluar yang dilakukan oleh beberapa karyawan.

"Aku juga sempat berfikir seperti itu, uh ayolah. Gadis itu mendapat jabatan yang cukup susah untuk seukuran karyawati baru sepertinya."

"Nah. Apa kalian juga tidak lihat kemarin bos besar membawa dia ke rumah sakit dan mengantarnya mungkin."

"Iya, lantai enam kemarin sampai heboh karena Lala yang cerita kejadian itu."

Ia seperti mengerti arah dari pembicaraan ini, perlahan tangannya membuka daun pintu dengan pelan. Berusaha untuk tak menimbulkan suara. Matanya sedikit mengintip ke arah luar, dan benar saja ada tiga perempuan yang tengah berbincang di depan cermin sembari menyolek diri.

"Aku pikir mereka pasti memiliki hubungan terlarang," ujar si perempuan berambut keriting. Kedua temannya menoleh, kemudian berpikir dengan keras.

"Bisa jadi. Aku jadi kasihan pada isteri pak Iqbaal, orangnya baik dan ramah senyum gak seperti sekertaris baru itu," timpal si perempuan berambut tergerai yang saat ini memoles wajahnya dengan bedak.

"Kalian ini, gak baik bicara kayak gitu."

Kedua temannya memicing ke arah perempuan yang Caitlin lihat lebih pendiam dari dua orang lainnya. Dapat dilihat, keduanya memicing ke perempuan bercepol itu.

"Kita bicara fakta, Del. Kamu pikir seorang bos besar perusahaan makan di kantin bersama dengan seorang sekertarisnya adalah hal wajar?" sahut si perempuan berambut tergerai.

"Tapi Cha, kita gabisa ambil kesimpulan seperti itu. Apa yang kita lihat belum tentu sama dengan apa yang terjadi."

"Kamu lebih pro sama sekertaris itu ya? Ayolah Del, open your mind. Semua orang juga tahu kalau hubungan Pak Iqbaal dan perempuan itu lebih dari sekedar partner kerja," sahut si perempuan berambut keriting.

"Tapi kan kita belum ada bukti yang lebih konkrit. Jangan gegabah buat ambil kesimpulan dulu."

Caitlin menghela nafas, tampaknya hubungan dia dan Iqbaal semenjak kejadian kemarin menjadi terancam terbongkar. Perempuan itu dibuat was-was, di detik berikutnya ia mengusap perutnya yang masih datar.

"Mau tunggu bukti apalagi? Sampai Pak Iqbaal dan Bu Salsha cerai? Atau sampai perempuan jalang itu hamil? Aku yakin, tak lama lagi juga semua akan terbongkar," ujar si perempuan berambut tergerai dengan pedasnya. Caitlin mengambil napas kemudian memberanikan diri keluar dari bilik kamar mandi.

Tentu saja kedatangannya membuat ketiganya dilanda rasa kaget yang berlebihan.

"Siapa yang kamu maksud dengan perempuan jalang, Icha?"  Caitlin melirik ke arah name tag si gadis. Wajahnya terlihat marah membuat ketiganya yakin jika pembicaraannya dikuping oleh Caitlin. Meski sempat takut, akhirnya si Icha ini menjawab sembari mengangkat dagunya menantang.

"Anda," jawabnya tak kalah menantang dari nada Caitlin.

Caitlin menggeram, hormon kehamilan membuat dia kehilangan beberapa persen sikap sabarnya. "Kamu pikir kamu pantas mengatakannya? Jabatan saya dan kamu terpaut jauh. Saya bisa saja memecat kamu sekarang juga, mungkin juga dengan kalian," ujar Caitlin sembari menatap ke arah dua orang lain yang masih diam.

"Maaf Bu atas sikap teman saya, sekali lagi saya minta maaf." ujar si perempuan yang Caitlin ketahui bernama Adel.

Si perempuan bernama Icha itu mendecih sinis, "Silahkan. Saya tidak pernah takut akan ancaman Anda. Oh, atau mungkin Anda yang terlalu takut bila kebenaran akan terungkap disini?"

Tante SalshaWhere stories live. Discover now