Happy Birhday, Salsha - 22

19.2K 1.1K 179
                                    

Happy Reading.

Mungkin, sebagian orang di dunia ini akan sangat menunggu dimana momen mereka bertambah usia. Tart, lilin, balon, kejutan dan juga kado mungkin juga menjadi salah satu faktor mengapa momen pertambahan usia sangat ditunggu. Salsha terbangun dari tidurnya, berharap ketika ia membuka mata akan ada sebuah kejutan yang didapatkan. Nyatanya, ia salah.

Tempat kosong yang ada disebelahnya tampak rapi tak tersentuh menandakan jika Iqbaal tidak pulang ke rumah lagi. Perempuan yang hari ini genap berusia dua puluh tujuh tahun itu menghela nafasnya dengan gusar. Tubuhnya masih belum beranjak sesentipun dari ranjang, jika biasanya ia memilih untuk langsung bangun dan membuat sarapan maka kali ini dirinya jauh memilih tuk melamun.

Lelaki itu tidak pulang semalam dan hal tersebut mengusik pikirannya. Salsha masih ingat jelas jika kemarin dia melihat mobil Iqbaal yang dinaiki perempuan tak dikenalnya. Dia yakin seratus persen, meski sosok Iqbaal tak dilihatnya.

Salsha mendesah dengan lesu, hari ini ia benar benar tak bersemangat sama sekali. Akhirnya, ia memilih untuk berbaring dan menarik selimut tebalnya. Melanjutkan mimpi-mimpi indah yang jadi angannya.

"SALSHA!" akan tetapi niatannya terurungkan ketika suara pekikan---teriakan tak manusiawi itu menyergap gendang telinganya. Ia menyibak selimutnya dengan kasar, bersiap untuk memaki seseorang yang sukses membuat moodnya semakin memburuk.

"Happy Birthday!!" Karel dan Jeha ada disana, membawa tart merah muda bertumpuk dua dengan lilih angka dua puluh tujuh yang menyala. Jeha tersenyum lebar memamerkan genggaman balon bewarna warni yang dibawanya sedangkan Karel hanya tersenyum canggung sembari memegang kue bertingkat itu. Jeha langsung menghambur pelukan ke arahnya, mengecup pipinya berkali kali.

"Selamat ulang tahun, Salshaku!" Jeha mengambur pelukannya membuat Salsha hampir tercekik dibuatnya. "Tetap menjadi pribadi yang kukenal dan semoga kebahagiaan selalu mendampingimu," ujarnya lagi. Salsha terharu. Sungguh. Sekarang, air matanya telah mengumpul dipelupuk mata.

"Mau sampai kapan kalian berpelukan? Aku sudah capek, kalau kalian tidak tahu!" tukas Karel menyebalkan. Jeha melepas pelukannya menatap Karel dengan tatapan mematikan yang dia punya. Sedangkan lelaki tampan berlesung itu hanya mengacuhkan bahunya.

"Ayo cepat tiup lilinnya dan make a wish!" pekik Jeha dengan heboh. Salsha memutar bola matanya dengan sebal, tingkah sahabatnya itu memang benar benar tak bisa jauh dari kata tidak wajar. Salsha memilih untuk mengikuti arahan Jeha, diposisikannya dia tepat di depan tart itu kemudian menutup mata sembari mengucap permohonan dalam hati.

Dia membuka mata, kemudian meniup kedua lilin itu dengan satu tarikan nafas. Jeha bertepuk tangan dengan heboh, "Wah. Selamat ulang tahun! Ayo Karel, tunjukkan kadomu."

Karel mengerutkan dahinya, "Memangnya ada apa dengan kadomu sendiri?" ujarnya dengan memelototkan mata. Jeha hanya mengacuh, perempuan itu mengucapkan mimik kata yang menyebalkan.

Ayo tunjukkan bodoh! Kiranya itulah isyaratan yang mampu membuat Karel ingin melempar kue yang dibawanya kearah Jeha. Seharusnya, dia tak memberi tahu tentang hadiah itu pada si mulut ember ini.

"Cepat, Rel. Aku udah gak sabar," ujarnya lagi. Karel merotasikan matanya sedangkan Salsha hanya cengo karena tak menahu tentang bahasan keduanya. Karel meletakkan kue yang dibawanya untuk ditaruh diatas nakas. Lelaki itu mengeluarkan sebuah kotak bewarna putih dari saku jas yang dikenakannya, "Selamat ulang tahun Salsha!" ujarnya.

Salsha menerima kotak berukir tulisan bewarna emas itu dengan ragu. Sebuah nama brand ternama terpampang dengan jelas dipermukaan kotak.

"Makasih, Rel."

Tante SalshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang