Twenty Five : About Him, About Us

1K 102 3
                                    

Gue dan Shawn sekarang lagi berada di dalam jet pribadinya. Kita duduk bersebelahan tapi gak ada sedikit pun percakapan yang tercipta.

Shawn sibuk sama tabnya sedangkan gue.. entahlah, gue sibuk merasa bosan dan awkward.

Oh, kita lagi di perjalanan menuju rumah gue kalau kalian bertanya-tanya. Jadi, setelah Shawn bilang kalau dia calon mantu, Papa dan Mama gue dengan tegas suruh gue buat langsung pulang.

Sama Shawn tentunya.

Ya, mana ada juga orang tua yang nggak shock kalau anaknya yang ngerantau kurang lebih baru dua bulan ini tiba-tiba udah mau dinikahin aja sama anak orang lain.

"Hm.. Shawn." Kata gue akhirnya. Seseorang harus menghentikan kecanggungan ini.

"Vania?"

"Aku gugup." Kata gue jujur. Point ke 10 dari perjanjian. Saling terbuka jika ada yang tidak mengenakkan.

Kalau pasangan normal sih pasti langsung kayak pegangan tangan atau pelukan gitu. Lah? Gue sama Shawn?

Nyapa satu sama lain aja ogah-ogahan. Awkward banget dah.

Dia cuma mandang gue lama. Gue jadi salting sendiri. Ngomong apa kek ggitu ih, Shawn llama!

"Grizzle, anggap saja kau hanya pulang dan temu kangen dengan keluargamu. Sisanya biar aku yang urus. Kau tidak usah memikirkannya." Kata Shawn tegas yang entah kenapa membuat denyut jantung gue meningkat drastis dan seluruh badan gue lemes seketika.

"Grizzle."

"Iya?"

"Kau sudah mulai jinak?"

Anjir.. what the...

"Kau pikir aku ini hewan buas!?"

"Astaga, aku salah bertanya. Padahal kau sudah mulai jinak tadi. Sial!" Shawn merutuki dirinya sendiri yang entah kenapa membuat kekesalan gue menguap begitu saja.

"Aku memang galak," kata gue ngaku. Shawn pun menoleh, "Kau mengakuinya ternyata." balasnya santai. Dan tiba-tiba gue pengen jambak dia.

Kampret emang.

"Tapi, aku tidak galak pada orang yang aku sayangi." Kata gue mengakhiri kalimat.

"Kalau begitu sayangi aku, Van." Ujar Shawn menatap gue intens. Pipi gue memanas dan gue malah jadi salting.

"Tidak! Aku tidak mau. Kau menyebalkan." Balas gue sekenanya lalu ngalihin pandangan gue ke jendela.

"Kamu ingat point di perjanjian itu, kan? Jangan lupa sanksinya." Kata Shawn mengancam.

"Aku tidak peduli. Lagipula kita belum resmi menikah. Weeee!" Gue pun menjulurkan lidah mengejek lalu meninggalkan dia ke toilet.

****

"Mamaaaaa. Huaaa, Vania kangen banget!" Gue mencium tangannya lalu memeluk Mama erat.

"Dulu aja ngebet minggat dari rumah, sekarang bilang kangen. Hmm..."

Kampret :( Napa sih emak gue begini amat. Kan gua baru aja pulang. Sedih dah.

"Papaaaaa." Gue pun sekarang loncat ke pelukan Papa. "Eh, awas nanti badan Papa sakit. Kamu berat, Van." Kata Mama khawatir.

Gue sih cuma nyengir cantik.

Shawn pun berdehem.

Ya ampun! Gue lupa kalau gue bawa oleh-oleh calon mantu ke sini!

"Oh, iya, Ma, Pa. Ini Shawn, dia-"

"Shawn Alexander, Vania's fiancee," kata Shawn memotong lalu mengulurkan tangannya sambil coba tersenyum ramah.

DA BOSSWhere stories live. Discover now