Fifteen : Find Out

1K 113 3
                                    

Vania's POV

Sekarang udah waktunya jam pulang kerja. Gue nungguin si belagu itu di lobby. Milly  gue suruh pulang duluan aja. Gue bilang sih gue mau ada keperluan penting gitu.

Ini gue udah nungguin sekitar 15 menit tapi si belagu belom turun juga. Aduh, begimana ini? Gue ketinggalan bus. Baru ada sejam lagi yang rutenya ke apartemen Milly. Ini semua gara-gara si belagu! Fix!

Nah, 30 detik kemudian gue liat si belagu itu keluar dari lift. Sebelum dia sempet keluar dari lift, gue udah hadang dia duluan biar gak bisa keluar. Gue juga gak sadar kalau kaki gue gercep banget.

Si belagu itu kayaknya kaget banget pas gue udah stand by di hadapannya dia. Gue pun langsung masuk dan tutup pintu liftnya biar gak malu-maluin.

"Where's my baby?" kata gue nyodorin tangan minta dia ngebalikin mug kesayangan gue. "What baby? The fuck! I don't have your baby!" 

Gue muter bola mata kesal. "My mug! I'm not going home without that,"

"Why did you have to call it baby?!"

Ya suka suka gue lah. Barang juga punya gue. "None of your bussiness."kata gue sok dingin.

Dia tiba-tiba maju gitu. Gue ngerasa terintimidasi sama badan hulknya dia. Gue mundur tuh kan ke pojok, tapi dia kayaknya malah cari kesempatan.

Anjir! Gue mau diapain?! 

"What are you doing!?"kata gue was-was. Dia malah terus aja ngedeket. Awas aja kalau badan gue gepeng gara-gara dia!

Dia nyodorin tangan kanannya gitu dan mendarat di dinding belakang gue. Kita kekurangan jarak, plis. Bibirnya mendekat gitu ke telinga gue.

Sumpah! Gue ngerasa merinding waktu nafasnya berhembus dia leher gue.

Dia bisik dengan suara yang rendah dan serak, "This."

Eh, si kampret! Dia ternyata neken tombol lift di belakang gue!

Dasar mesum! Mau teken tombol lift aja sampe cari-cari kesempatan gitu! Kampret!

Gue buru-buru tuh dorong dia. Gue muter bola mata kesel, eh, dia malah senyum jail gitu. Sengklek dasar!

"That's inappropriate!" kata gue kesel. Dia malah kekeh gitu, "You're not my type, chill," kata dia.

Anjir!

Udah cari kesempatan, masih aja ngehina! Kampret! Ya, iyalah gue bukan tipenya.

Tipe-tipe dia ini paling juga yang bohai-bohai gitu. Kebohaian gue mah normal alami masih disegel, gak kayak kebohaian tipenya dia yang udah banyak diperbesar orang! Ingat itu!

Gak lama, kita sampai di lantai paling atas. Gue kaget, ngapain kita di sini? Ini kan lantainya yang punya gedung anjir.

Dia punya nyali juga ternyata. "What are you waiting for?" kata dia enteng begitu. Gue natep dia speechless.

"What the fuck are we doing here?!" kata gue setengah teriak.

"Getting your mug back. What else?"

"Oh, okay." kata gue kayak anak TK. Gue nurut aja sama dia, daripada ntar gue yang kena marah gara-gara nerobos ke ruang CEO, mending dia yang disalahin karna bawa-bawa gue kan?

Gue jalannya was-was, takut kerekam CCTV. Ya ampun, kalau gue ketauan nerobos ruang CEO, bisa kelar gue di sini. 

Dia neken-neken password gitu kayak udah hafal di luar kepala. Ini dia yang sering nerobos ke sini atau apa sih?

Ting!

Pintu besar nggak terkunci lagi. Dia buka pintunya gitu aja kayak gak ada takut-takutnya sama sekali. "Come on, get in." dia ajak-ajak gue.

Ya ampun. Parah.

"Are you sure we're okay to do this? I don't want to--"

"Shh.. Come in." dia narik-narik tangan gue. Tuh, kan! Ketauan banget modusnya.

Lampunya nyala gitu aja pas kita masuk. Sumpah! Ini ruangan CEO edan banget!

Maksudnya bukan megah dan mewah gimana, tapi simple dan modern tapi elegan banget. Didominasi warna monokrom gitu. Ya ampun, ruangan kayak gini nih yang enak buat dipake tidur.

Gue berontak gitu kan pengen lepasin tangan gue dari dia saat dia narik gue ke sebuah pintu gitu. Sumpah, dia udah kelewatan banget di sini. "Are you fucking crazy?! If you want to get fired, just do it alone! I still need this job!" kata gue marah.

Wajar aja dong karena gue takut ketauan sama yang punya dan dipecat.

"What are you saying?"

Kan.

Kan.

Kan.

Belagu dan begonya dia kambuh.

"We're in the CEO's room, for God's sake!"

"And..?"

"You're out of your mind! If someone finds out, we'll be in a serious problem!"

"Why would I get a problem for coming into my room?"

Gue tadinya mau ngomel lagi, tapi gue seketika speechless.

Dia ngomong apa tadi?

Ruangan ini..

Jangan bilang kalau dia..

ANJIRRR SUMPAH GUE BARU TAU!

"You're the boss?" kata gue gak percaya.

"You think? I've told you. I'm the boss."

"I-I thought y-you were only--"

"You know already, huh?"

Gue nelen ludah dan langsung nunduk diem. Gue mundur beberapa langkah. "Sorry."

"What? No babbling? Come on, bring it on!"

"I don't want to," kata gue ngerasa bego dan takut. Dia maju gitu beberapa langkah dan gue mundur menciut.

"Bring it on." katanya penuh penekanan. Gue geleng-geleng. Logika deh, mana ada karyawan baru mau cari masalah sama bosnya? Kan geblek.

Dia akhirnya mundur dan ngacak rambut frustasi gitu. Gue makin menciut. Dia masuk ke ruangan itu dan keluar lagi dengan mug panda gue. Dia nyodorin mug itu gak bersahabat banget.

Ya ampun, dosa gue ke dia udah besar banget kayaknya.

"Leave now."

Buset! Tuh omongan apa es batu? Kok dingin banget?

Gue sih ngangguk gugup gitu. Jantung gue deg-deg an parah dan seketika tubuh gue serasa lemes. Untung gue masih sempet nyampe lift dan tutup pintunya sebelum tubuh gue bener-bener jatuh ke lantai.

Parah, gue udah buat masalah sama orang yang salah.

Dan orang yang salah itu adalah bos gue sendiri.

Dan tapi gue baru tau soalnya muka-muka dia kan masih muda gitu, jadi agak anek aja kalau udah jadi CEO.

Tapi, pertanyaan gue sekarang adalah.. gimana kalau gue dipecat gara-gara bertingkah tidak menyenangkan pada bos gue sendiri?

Ya ampunn, rasanya pengen ilang aja deh.

Telen gue di rawa-rawa plis :(

*****

Mampus Van Mampus

Dont forget to kindly leave your feedbacks :)

Imi xx

DA BOSSWhere stories live. Discover now