One : Fitting In

4.6K 349 8
                                    

-The Beginning-

    Kling!

      Suara bel pintu berbunyi seiringan dengan langkah kaki seorang wanita yang memasuki butik pengantin tersebut. Ia tak fokus melihat jalan sehingga tak sengaja menubruk seorang lelaki yang hendak keluar.

     "Eh-- sorry! Saya nggak sengaja!" Ujar lelaki tersebut meminta maaf dan bersikap layaknya gentleman. Wanita itu terdiam mengedip beberapa kali menyesuaikan pandangannya. Alisnya berkerut, "Darren?"

      "Vania?"

       "Gosh! It's been a long time.. How's life?" Tanya Vania berbasa-basi. Darren adalah salah satu dari sekian banyaknya mantan Vania yang memiliki husband-materials, sayang sekali hatinya tidak memilih Darren untuk bertahta. Vania sebenarnya agak tidak rela melepas Darren dulu, tapi, ia juga tak mau menjalani hubungan lebih jauh lagi seperti yang Darren mau karena perasaan Vania bukan sepenuhnya milik Darren.

       It was her brain, not her heart that chose him, remember?

      "Very well, thanks. And how's yours?" Balas Darren lumayan ramah. Sepertinya, teori jika mantan tak bisa berteman itu adalah salah. Buktinya.. Ini, Vania dan Darren bisa berteman. Vania menelan salivanya. "Well, it's nice enough. What're you doing here, by the way?"

      "I'm going to get married. Soon."

        Vania terdiam. Dia cengo. Wow. Ternyata meme 'dear mantan aku duluan' itu benar-benar terjadi padanya. Darren akan menikah segera, sedangkan dirinya? Punya calon-- bahkan punya gebetan saja tidak.

       "Whoaa.. Congrats! I'm happy for you!" Ujar Vania meskipun sedikit tak rela. "Thanks. I, somehow wished that it would be you, but, God had another plan. Anyways.. What about you?"

      Jika saja Vania sedang minum sekarang, ia pasti akan menyemburkan minumannya layaknya film-film dramatis di televisi yang sering ia tonton sewaktu zaman SMP dulu.

' Gila aja ni bocah udah mau nikah masih berani bilang begitu. Gimana kalau sampai calonnya denger?'

Tapi, Vania malah mendadak mati kutu. Hftt.. Bagaimana jika Darren menertawakannya yang masih melajang sampai sekarang?

      Ah, sudahlah.

      Bodoamat!

      "Gue.. Mau fitting baju buat nikahan adek gue nanti. Biasalah.. Blaster tolak blaster." Jawabnya sesantai mungkin sehingga ia setidaknya tampak tak memiliki beban karena itu semua. Darren terkekeh. Ia bukan menertawakan Vania yang masih melajang, tapi.. Ia terhibur dengan bagaimana Vania memilih kata-kata yang keluar dari mulutnya.

       Kadang terkesan ambigu, tapi selalu dapat membuat yang mendengarnya tertawa sendiri. Itu salah satu alasan ia mencintai Vania dulu. Tapi.. Bukankah cinta tak memiliki alasan?

       Dan sekali lagi, hati Vania telah menyelamatkannya dari seseorang yang tidak cocok untuknya tanpa Vania sendiri sadari.

       "Oh, oke. Btw, nanti kalau lo nggak sibuk, datang ke pernikahan gue, ya? Gue lupa ngundang lo, tapi.. Pas ketemu jadi inget. Oh, kebetulan! Nih, undangannya." Darren merogos saku dan mengeluarkan amplop silver mini sebagai kartu undangannya yang kebetulan baru ia ambil di percetakan untuk sampel.

      "Oh-- okay.. Thanks, ya! Gue.. Masuk duluan. Bye!" Vania mengambil undangan tersebut dengan sedikit ragu dan tak rela sebenarnya. Tapi.. Ia juga tak mau dipandang rendah oleh Darren jika menolaknya.

      Vania pun berlalu setelah mendapat balasan lambaian tangan dari Darren.

      'Hfttt.. Astaga.. Cobaan apa lagi ini?' batinnya. Vania menghembuskan nafas lelah. Ia pun mempercepat langkahnya menuju ruang nomor 5.

DA BOSSWhere stories live. Discover now