Flashback

10.5K 797 34
                                    

Minri menarik nafasnya memandang gerbang sekolahnya.

Bibirnya terkulum ketakutan. Ini pertama kalinya ia telat. Sampai – sampai rasanya ia pulang saking takutnya untuk masuk sekolah. Matanya sudah memerah saking takutnya untuk memasuki gerbang.

Tapi bagaimanapun juga ia harus masuk sekolah.

Ia merutuki jam beker berbentuk totoronya tertendang saat ia tidur. Lalu tidak berdering pada saat alarm.

Giginya menggigiti kuku – kuku ibu jarinya.

Takut – takut Minri melihat keadaan dalam dari balik jeruji gerbang.

Ludahnya tertelan sangat susah payah. Nafasnya putus - putus melihat keadaan sekitar. Pelan – pelan ia membuka gerbang. Menarik pelan gerbang sepelan mungkin mencoba tidak mengeluarkan suara sedikitpun.

Alih – alih Minri berjuang dengan tujuannya. Seseorang membuka gerbang dengan sangat—santainya.

Minri berbalik melihat seseorang tersebut. Yang di pikirannya. Apa dia tidak takut ketahuan satpam.

"Lama sekali membuka gerbangnya!"

Minri menelan ludahnya. Matanya mengerjab lelaki dengan tinggi semampai dengan wajah tegas mata yang kecil hidung tidak mancung tetapi terlihat tampan.

Seragam sekolahnya tertupi oleh hoodie abu – abu yang ia pakai.

Dan sepertinya lelaki ini seniornya. Dari penampilannya jelas - jelas ini seniornya. Selengek–an , brandal dan suka - sukanya. Lihat tindik di telinganya. Jelas ini seniornya. Pasalnya yang ia tahu sebelum menjadi anak baru, tidak diperbolehkan memasang tindik, tato dan sebagainya. Sekolah ini memang melarang yang seperti itu.

"Minggir!"

Minri terdiam sebelum lelaki tersebut menggeser tubuhnya.

"Kau mau berlama disini." Lelaki itu menatap tajam Minri.

Minri menggeleng pelan. Tubuhnya menggeser kesamping dan kepalanya tertunduk.

"Hei !! Kalian berdua !" Minri menoleh ke sumber suara. Satpam berlari kearah mereka. Matilah aku batin Minri.

"Heeeiii." Minri memekik kaget tangannya tiba - tiba di tarik.

"Tap—tap—tapi" Minri berlari terpaksa mengikuti tangannya yang ditarik. Sesekali ia melihat kebelakang. Satpam tersebut masih mengejar mereka.

Mata Minri beralih ke lelaki yang menarik paksanya ini.

Dear My Wife

Deru napas kasar terdengar sangat jelas, mulutnya tak sadar terbuka guna mengais oksigen. Minri mengelap dahinya. Matanya melirik kesekitar. Mereka sekarang di gudang. Berdua dengan lelaki yang menariknya ini.

Lalu pandangannya beralih ke lelaki ini. Nafasnya sama memburu seperti dianya.

"Apa yang kau lihat!" Minri tersentak kaget. Dalam keadaan jongkok ia terlonjak.

"Kau pasti anak kelas satu kan."

Minri mengangguk. Ia memang baru masuk sekolah menengah atas. Ini adalah bulan ke empat baginya. Merasakan dunia menengah atas.

Lelaki ini mendecih. "Pantas saja masih cupu." Minri menelan ludahnya mendengar ucapan seniornya ini.

Kemudian yang terpikirkan oleh Minri bagaimana ia masuk kelas. Ia sudah telat tidak mungkin ia masuk kelas di jam yang sudah lewat hampir satu jam.

Wajah Minri terangkat takkala senior ini bangkit.

"Mau kemana." Tak sadar Minri berucap. Seniornya ini menoleh kemudian berdecih. "Bolos ke kantin."

Dear My Wife [ Complete ] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang