picik

2.1K 117 1
                                    

Penyesalan itu datangnya belakangan.
Kalau datang dari depan namanya pendaftaran.

Raka masih mematung di tempat. Masih terpaku dengan ucapan yang terbilang kasar yang dilontarkan oleh Senja.
Sebuah tepukan dibahunya membuatnya menoleh.

“Lo urusin dulu tuh pacar lo. Gue sama yang lain mau ke kelas”Dean berujar dengan ketus  kemudian pergi meninggalkan Raka diikuti keempat sahabatnya.

Raka menoleh ke Sisi. Ia masih dengan posisi yang sama. Masih mengipasi pahanya yang perih dengan telapak tangan.

“Ayo aku anter ke UKS” ajak Raka. Ia mengulurkan satu tangannya yang disambut dengan baik oleh Sisi.

Mereka jalan beriringan menuju ke UKS. Sepanjang perjalanan memnuju UKS banyak siswi atau siswa yang sesekali menyindir Sisi. Pasalnya,mereka menganggap Sisi sebagai perusak persahabatan orang.

Saat mereka berdua sudah tiba di UKS. Raka langsung meminta kepada salah satu petugas UKS perempuan untuk mengobati Sisi. Tak membutuhkan waktu yang lama untuk mengobati Sisi. Setelah selesai Raka berjalan ke arah ranjang yang Sisi gunakan. Ia menarik kursi di sebelahnya untuk menjadikannya tempat duduk.

“Kamu udah gak papa?” Raka menggenggam tangan kanan Sisi dan menatap lembut matanya.

Sisi menggeleng.

“Udah gak papa kok” Sisi tersenyum sekilas.

Hening. Setelah itu suasana diantara Raka dan Sisi menjadi hening. Raka sibuk dengan pikirannya tentang Senja, dan Sisi pun sama. Ia merasa bersalah kepada Senja.

“Kak”Raka menoleh saat Sisi memanggilnya

“Sebenarnya, yang nyiram aku itu bukan Kak Senja, tapi Kak Maudy”cicit Sisi.

Mendengar perkataan Sisi membuat Raka menegang seketika. Berarti tadi ia sudah memarahi Senja tanpa sebab? Dan bodohnya ia bahkan tak mendengar penjelasan dari Senja tapi malah terus membentaknya.

Raka melepaskan genggaman tangannya dan berlari ke luar ruang UKS. Tujuannya adalah mencari keberadaan Senja. Ia merasa bersalah karna sudah membentak Senja di depan umum. Ia terus berlari menuju kelas. Namun nihil. Senja tak ada di sana. Yang ada justru Dean, Andrew, Gerald dan Bryan. Yang tengah duduk berkumpul di mejanya dengan meja Senja. Ia menghampiri keempat sahabatnya tersebut.

“Lo pada tau Senja kemana gak?”tanya Raka.

“Duduk dulu rak” bukannya menjawab pertanyaan Raka mereka malah diam. Dan Andrew beranjak dari duduknya dan membiarkan Raka duduk di sana.

Dean menyeringai “Kenapa nyari Senja? Udah tau salah?”tanya Dean tersulut emosi.
Gerald menepuk sekilas punggung Dean. Tanda tak usah ikut terbawa emosi.
Raka menunduk.

“Iya gue tau gue salah”
Keempat sahabat tersebut mengangguk kompak.

“Baguslah kalau lo tau lo salah”Bryan yang tadinya menatap Raka dengan tatapan tajam kini sudah berangsur menghilang.
Andrew menghela nafas panjang.

“Gina ya Rak, kita berempat aja yang notabene nya baru jadi sahabat Senja tiga tahun ini bisa tahu gimana sifat Senja. Semarah-marahnya, sebenci-bencinya Senja sama orang dia gak akan gunain cara yang pake fisik”jelas Andrew.

Ia berusaha menjelaskan pelan-pelan. Karna kalau Dean yang menjelaskannya sudah pasti babak belur tersulut emosi mereka berdua. Ia tahu jika emosi bertemu dengan emosi gak akan ada jalan keluar dari suatu masalah.

“Dan kelakuan lo tadi diluar dugaan kita. Lo bahkan yang dulunya gak bisa marah sama Senja sekarang bisa sampai bentak-bentak dia di depan umum” Gerald yang tadinya diam saja kini menyahut.

“Untung aja lo tadi Cuma di katain. Kalau gue jadi Senja udah dari tadi lo gue tonjok”ujar Bryan menyeringai datar.
Dean beranjak berdiri karna sudah tidak kuat mendengar ocehan mereka. Kepalanya masih panas karna tersulut emosi.

“Ada benernya juga yang dibilang Senja. Kalau lo punya otak dipakek jangan Cuma ngandelin apa yang lo liat doang. Picik tau gak. Belum tentu yang diliat sama kayak apa yang sebenarnya terjadi”ujar Dean sebelum pergi meninggalkan mereka.

Raka menatap heran kepergia Dean. Memang Deanlah yang gampang tersulut emosi. Meski terkadang ia seorang yang jahil tapi dia memiliki tingkat emosi diatas rata-rata.

Abdrew menepuk bahu Raka dan tersenyum sekilas.

“Maklumin aja. Dean kan udah anggep Senja adiknya sendiri. Jadi wajar kalau dia marah soal lo bentak dia tadi” Andrew berusaha menjelaskan sikap Dean. Karna ia tak mau persahabatan mereka pecah karna masalah sepele.

Raka mengangguk samar. Ia menundukkan kepalanya di atas lipatan tangan yang yang ada di atas bangku. Ia harus memaklumi sikap Dean dan harus menerima resiko karna membentak Senja.

“Maaf nja” gumam Raka.

**

Hay
Kalian tim siapa nih
SENJARAKA/SENJANEAN?

Ini raka

Untuk kalian yang pengen tahu kapan update bisa dm di @hstiwrdn_ jangan lupa di follow

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Untuk kalian yang pengen tahu kapan update bisa dm di @hstiwrdn_ jangan lupa di follow.

TBC

SENJA (COMPLETED)Where stories live. Discover now