♡ 20. 心の絆。

3.9K 681 106
                                    


🌊❤️🍰

Episode 20

心の絆。

_ikatan hati_

🌊❤️🍰

Yerim ingin sekali mengutuk siapa pun yang menggedor pintunya, tapi kemudian ia sadar ia tidak tidur dengan nyaman – punggungnya terasa sakit dan kakinya terasa dingin, membuat ia menyerah pada kesadarannya dan membuka matanya walau kantuk masih menguasai. Serius, ia harus beli kasur baru kalau ia mau terbangun dengan pegal di setiap sudut tubuhnya. Lamunan paginya belum usai ketika ia ketukan di pintunya kembali terdengar.

Ia merenggut, nyaris merengek ketika suara debaman keras itu terdengar, melangkahkan kakinya yang lemas dengan gontai dan menggunakan banyak tenaga untuk membuka pintunya hanya karena ia kesal. Dua matanya yang masih tertutup kantuk mendapati Guanlin, Daniel, Tiffany, Soojung, Jongin, dan Taehyung yang menatapnya dengan mata melebar, memandanginya dari ujung kaki sampai ujung kepala.

"Kalian sudah menggedor-gedor pintuku, kemudian memelototiku seperti itu." Yerim berbicara dengan intonasi datar, namun suaranya yang masih berat karena kantuk cukup untuk membuat kumpulan tetangga dihadapannya mengerjap sadar, mengabaikan penampilan Yerim yang masih kacau. "Dasar tidak sopan!"

"Be – benar kan apa yang kubilang!" Guanlin memekik, menunjuknya dengan telunjuk kanannya sambil melompat menjauh. Matanya menatap Yerim dengan tatapan ngeri, sebelum menatap teman-temannya yang lain, beralih kembali ke arah Yerim. "Dia memang ada disini! Aku tidak bohong saat kubilang kulihat dia masuk kedalam dengan piyama dan bantal merah muda yang ia tenteng kesana kemari!"

"Jagiya! Aku juga bilang padamu tentang ini semalam!" Jongin membelalakkan matanya kearah Soojung yang masih melihatnya dengan mulut membulat, mengerjap beberapa kali dan membiarkan suaminya melanjutkan. "Aku tidak mimpi saat kubilang cewek ini masuk ke kamar dan menghambur ke pelukan si cowok. Apa yang kalian lakukan saat pintunya tertutup?"

"Jongin!" Soojung menegur pria muda itu dan menepuk kepalanya, tidak tahu harus berkata apa atau berpikir apa. Sementara itu, Kim Yerim belum mampu memproses apa yang terjadi dihadapannya. Ia melenguh jengkel dan mengucek matanya sekali, dua kali sebelum menarik napas dan berniat untuk menutup pintunya didepan wajah-wajah yang berdiri dihadapannya.

"Kenapa kalian berkerumun didepan kamarku?"

Suara berat yang familiar membuat Yerim menoleh ke arah sumbernya, dengan rambut yang masih berantakan dan wajah yang masih bengkak, dipandangnya wujud pria setengah telanjang yang kini bersandar di sisi lain pintu – tepat disampingnya. Butuh waktu dua detik sempurna untuk kembali ke realita, Yerim terkesiap, nyaris terjatuh diatas bokongnya sendiri jika saja tidak ada tembok yang menopang berat tubuhnya.

Oh sial, ia ada disini semalaman.

"Kenapa?" Jeongguk bergumam kembali, melemparkan matanya kearah Yerim dan kumpulan tetangga yang berkerumun seperti ada tontonan gratis di kamarnya. Pemuda itu berdeham dan menghela napas, tentu saja – Yerim ada disini dan bermalam, mereka pasti terpikirkan sesuatu yang umumnya dipikirkan orang. "Yerim hanya tak sengaja bermalam disini, dia ketiduran dan dia tidur seperti seekor kerbau."

"Aku tidak bermalam!" Yerim menyanggah dengan segera, dua kakinya berjinjit demi menyamakan tinggi yang tetap tak sampai, seakan-akan tindakan beraninya itu bisa menutupi kulit di wajahnya yang sudah merah sempurna. "Dan aku juga tidak tidur seperti kerbau!"

Jeongguk memutar bola matanya dengan bosan.

"Setidak suka apapun kau pada kalimat itu, kau memang bermalam." Jeongguk menekankan kata terakhir dalam kalimat itu, dan Yerim bersumpah kalau ia ingin menenggelamkan wajah pemuda itu kedalam aspal. "Sekarang bagaimana kalau kau ambil barang-barangmu, membersihkan diri sebelum aku yang melakukannya untukmu?"

Together, from now on!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang