♡ 4. 無限の不幸。

4.8K 875 142
                                    




🌊❤️🍰

Episode 4

無限の不幸。

_kemalangan tanpa batas_

🌊❤️🍰

Seharusnya udara musim semi tidak sepanas ini, mengingat anginnya yang sejuk dan harum semerbak bunga sakura yang memenuhi indra penciumannya. Yerim tidak mengerti mengapa seluruh tubuhnya terasa panas, napasnya bergemuruh dan keluar dari dua lubang hidungnya dengan tekanan yang besar, sederhana saja sebenarnya – ia marah. Gadis itu melangkahkan kembali kakinya dengan sentakan yang berlebihan segera setelah ia sukses melaksanakan niat mendadaknya, ia berjalan ke arah kelasnya, diikuti dengan Sana yang tersenyum senang dan Mina yang nampak khawatir.

Jeon Jeongguk memang brengsek. Kenapa juga ia bisa jatuh cinta selama dua tahun lamanya pada pemuda yang berperangai seperti itu?

Dipikir-pikir, ia bodoh juga – kenal pun tidak, mau bagaimana jatuh cinta?

Mungkin memang benar cintanya hanya ketertarikan fisik semata.

Habisnya mau pakai alasan apa lagi? Mau bilang pemuda itu baik hati, hangat, dan ramah pun rasanya semua orang juga tahu kalau Jeon Jeongguk tidak begitu. Yerim menghembuskan napas penuh amarahnya sekali lagi, mengabaikan dua temannya yang berusaha untuk mengajaknya bicara, Sana bahkan tidak berhasil mendapatkan perhatiannya – percuma. Ketika bokongnya bertemu dengan kursi kayu didalam keras, barulah teriakan iblis terdengar.

Ya, teriakan frustasi Kim Yerim.

"Dasar iblis! Pangeran kegelapan! Biadab!" Yerim bisa saja menendang kursi kosong dihadapannya, tapi mengingat hal itu akan melukai reputasinya yang sudah memalukan dan melukai fisiknya yang mungil, ia memilih untuk tidak melakukannya. "Aku tidak percaya aku jatuh cinta pada manusia setengah setan seperti itu!"

Jika ada yang mengerti apa yang dikatakan Yerim, jelas mereka tidak akan diam. Mengingat kalau yang baru saja dirutuk gadis itu adalah satu dari beberapa siswa tertampan di sekolah yang bisa dihitung jari, yang nomor satu malah. Beruntungnya, gadis itu selalu meracau dalam bahasa ibunya, bahasa Korea yang fasih bahkan ketika ia merutuk marah. Ia berharap Jeon Jeongguk mendengarnya, karena pemuda itu pantas mendengarnya setelah apa yang ia katakan di lorong sekolah tadi.

Mengingatnya malah membuat Yerim semakin geram.

Bukannya menghentikan kalimat Jeon Jeongguk dengan kalimat yang sama jahatnya, ia malah spontan menyiram wajah tampannya dengan jus jeruk yang ada di genggaman tangannya. Cara itu memang berhasil membuat sang pemuda bungkam, setidaknya selama beberapa detik sebelum Jeon Jeongguk menunjukan emosi yang nampaknya sudah ia tahan lama. Yerim jengkel, bukankah harusnya ia yang marah? Kenapa juga pemuda itu tahu isi buku hariannya, kalau tahu pun mengapa harus membacanya keras-keras didepan orang lain?

Walau begitu, ucapan rendah yang penuh amarah dari Jeon Jeongguk di lorong sekolah tadi masih memenuhi isi kepalanya. Ia tak mau melakukannya, namun otaknya memutar otomatis kejadian yang baru terjadi kurang lebih lima menit yang lalu.

"Kenapa kau melakukan itu?" Dibanding berbicara, Jeon Jeongguk menggeram, mengingatkan Yerim akan suara seekor singa yang mengaum marah. Walau wajah dan sebagian seragam Jeon Jeongguk sudah penuh dengan bulir jeruk, detik itu Yerim sama sekali tidak menyesal – belum.

"Memangnya kau pikir siapa, bisa membaca buku harian orang sembarangan?" Yerim meninggikan suaranya, padahal seisi lorong sudah nyaris hening karena ulah mereka – ia menunggu guru datang dan melerai mereka, sayangnya ruang guru jauh dari tempat dimana mereka bertikai.

Together, from now on!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang