Bagian~24.a

6.5K 541 36
                                    

Rendra bergerak gelisah di tempat duduknya, di samping Bima yang sedang mengemudi. Sedangkan di belakang mereka, tampak dua mobil yang diisi oleh orang-orang kepercayaan Rendra yang mengikuti mereka dari belakang.

Sudah lebih dari lima belas menit Rendra duduk gelisah dengan pikiran menerawang memikirkan keadaan wanitanya yang menghilang tanpa jejak. Berdasarkan dari rekaman kamera CCTV di rumah sakit yang merekam seluruh kegiatan yang ada di lobi, terlihat jika wanitanya dihampiri oleh dua orang yang memakai penuutup kepala, dan meskipun coba disembunyikan, tampak salah seorang dari mereka menodongkan sebilah pisau di samping tubuh wanitanya.

Kejadian selanjutnya sudah bisa ditebak, kedua orang itu dengan leluasa menyeret wanitanya pergi tanpa perlawanan yang berarti. Hanya terlihat jika wanitanya sempat tercengang dan dengan gerakkan kaku mengikuti kedua orang itu pergi, seakan mengenali kedua sosok yang menghampirinya.

"Berapa lama lagi, Bim?" nada suara Rendra terdengar tak sabaran.

"Sebentar lagi kita sampai, tuan." sahut Bima yang tatapannya masih lurus ke depan.

"Kau yakin perempuan sundal itu sedang tidak ada di apartemennya?"

Bima mengangguk ringan. "Saya sudah mengeceknya, dan memang perempuan itu tidak ada di sana. Biasanya di hari sabtu, dia berkunjung ke rumah adiknya."

"Bagus kalau begitu!" suara Rendra terdengar mengancam. "Akan lebih baik jika perempuan itu sedang bersama keluarganya saat mengikuti sesi 'tanya jawab' dari kita."


Keheningan yang sempat menghampiri nyatanya tak berlangsung lama. Sebab, mobil yang dikendarai Bima sudah memasuki sebuah pekarangan sebuah rumah yang tak memiliki pagar yang mengelilinginya. Sejauh mata memandang, setiap rumah di lingkungan itu memiliki jarak yang cukup dekat. Walau bukan termasuk dalam komplek perumahan mewah, lingkungan yang ada di sana terasa jauh lebih sejuk karena terdapat cukup banyak pohon yang berjejer di sepanjang pinggir jalan.

Rendra yang sudah tak sabar lagi langsung melesat keluar, bahkan sebelum mesin mobil dimatikan. Mata tajam pria itu langsung tertuju kepada mobil mewah yang terparkir di samping rumah. Maka, dengan langkah yang dibuat setenang mungkin meskipun keinginan hatinya ingin menghancurkan setiap yang dilewati, pria itu dengan baik bisa menyembunyikan emosinya. Membungkus amarahnya dengan bersikap tenang, juga tatapan datar.

Ketukkan di pintu tak perlu menunggu lama sudah mendapat respon. Terdengar derap langkah kaki yang melangkah cepat, lalu kemudian pintu di depan Rendrapun terbuka lebar, menampakkan satu sosok wanita yang Rendra perkirakan mungkin berusia di pertengahan dua puluhan.

"Ya?"

"Suruh kakakmu keluar, bilang ada orang yang mencarinya." ucap Rendra dingin, tak peduli dengan yang namanya basa basi demi kesopanan.

"Anda ini siapa?" suara itu terdengar bergetar, apa lagi saat matanya melihat ada sekumpulan pria berpakaian hitam yang berdiri di belakang pria di depannya ini.

"Saya tidak memiliki waktu untuk bermain-main, nona." desis Rendra mengancam. "Sebaiknya anda segera menyuruh saudara anda itu keluar dan menemui saya, sebelum saya melakukan sesuatu hal yang tidak akan kalian sukai!"

'Jangan-jangan, kak Reta punya hutang lagi? Trus karena hutang yang banyak, dia dikejar sama Rentenir. Soalnya serem begini orangnya, nggak satupun mukanya yang keliatan ramah,'

Harapan Di Ujung Senja [TTS #2 | TAMAT]Where stories live. Discover now