Bagian~9.a

4.2K 422 16
                                    

Titik-titik peluh terlihat jelas menghiasi hampir keseluruhan tubuh Rendra yang masih berusaha mengatur pernapasannya yang memburu. Senyum kepuasan bahkan masih setia terukir di bibirnya dari beberapa detik yang lalu. Entah bagaimana Rendra harus menjabarkan apa yang ia rasakan saat ini. Namun satu yang pasti, bahwa tubuh mungil wanita muda yang tergolek tak berdaya di bawahnya ini memang sangat sanggup memberikan Rendra kepuasan yang belum pernah ia rasakan. Bahkan tidak juga saat bersama dengan wanita yang dulu bisa menjerat hati Rendra.

Tapi lihat wanita di bawahnya ini. Mata tajam Rendra yang masih saja tertutup kabut gairah terus menatap intens sosok Sadi yang saat ini terpejam tak berdaya. Entah wanita muda itu sudah tenggelam dalam mimpi atau justru karena enggan menatap balik wajahnya, Rendra menekankan pada dirinya bahwa ia tidak akan memperdulikan semua itu. Yang penting apapun yang sedang dilakukan Sadi saat ini, Rendra tetap merasakan kepuasan tak terkira meski ia telah beberapa kali menggauli tubuh mungil Sadi sore ini.

Ya, Rendra yang telah dibutakan hasrat sedari pagi memutuskan untuk segera pulang. Apalagi dengan kedatangan tamu tak diundang ke kantornya, semakin kuat saja alasan Rendra untuk segera mungkin menuntaskan hasratnya yang menggelora. Maka dari itu, begitu ia menjejakan kakinya di rumah, tanpa peduli pandangan dari beberapa bawahannya, Rendra serta merta menarik Sadi ke kamar terdekat dari tempat ia berada. Dan hasrat Rendra yang membara masih saja bergejolak di dalam dirinya meski hari sudah menjelang malam.

Dari matahari masih menghiasi langit senja hingga matahari mulai meninggalkan langit dan menggantikan langit senja dengan warna yang hampir menggelap, Rendra masih belum juga terpuaskan. Akan tetapi, karena melihat tubuh mungil di bawahnya ini terlihat sudah tidak lagi memiliki tenaga, Rendra dengan terpaksa menahan dirinya sekuat mungkin. Meski tubuh bagian bawah mereka masih menyatu, Rendra hanya mendiamkan dirinya di sana tanpa niat memisahkan diri. Bahkan dengan sengaja, sesekali Rendra menekankan dirinya sedalam mungkin ke dalam diri Sadi yang langsung menciptakan kernyitan yang terlihat sangat jelas di dahi wanita muda itu.

Katakanlah Rendra kejam. Namun saat melihat kernyitan di dahi wanita muda yang terkungkung di bawah tubuh besarnya ini, ada sedikit rasa senang di hati Rendra. Bukan rasa senang karena melihat ekspresi sakit di wajah wanita itu, melainkan rasa senang karena entah darimana datangnya muncul satu pemikiran di hatinya bahwa ternyata meski usianya tidak lagi muda, keperkasaannya masih terjaga hingga sekarang.

Dalam kepuasan yang masih terpatri di hati, Rendra berkata, "Kau tau, untuk ukuran pemula ternyata kau ini bisa sangat memuaskan. Tak heran jika mengingat bahwa kakakmu adalah ja**ng yang bisa melakukan apapun demi mendapat kepuasan."

Ucapan pancingan Rendra ternyata berhasil membuat Sadi membuka mata dan menatap hampa sosok pria yang masih betah menunjukkan dominasinya di atas tubuhnya.

"Bagus kalau kau bisa melihat langsung padaku. Lihatlah, bagaimana aku menggunakan tubuhmu untuk kepuasan. Dan saat bosan nanti, kau bisa merasakan bagaimana menjadi seorang wanita murahan seperti kakakmu yang bisa dipakai siapa saja." lagi Rendra berkata tanpa memikirkan bahwa apa yang ia ucapkan saat ini suatu saat bisa menjadi bumerang baginya.

Mata Sadi membelalak meski tak mengeluarkan sepatah katapun.

"Ya... " Rendra menjawab pertanyaan yang terlihat jelas di mata Sadi. "Kau, lebih tepatnya tubuhmu akan aku berikan kepada bawahanku untuk mereka gilir kapanpun mereka mau. Dan kalau mereka juga bosan menikmati tubuhmu, siap-siap saja kau akan dibuang ke jalan dan berakhir menjadi pe***ur."

Seketika saja Sadi menutup mata di detik pertama setelah mendengar ucapan pria di atasnya ini. Entah apa yang ia rasakan, tidak ada siapapun yang tahu kecuali dirinya sendiri dan juga Tuhan.

Rendra sendiri menikmati reaksi yang ditunjukkan oleh Sadi, mengabaikan sejumput rasa tidak mengenakkan di sudut hatinya. Untuk sekarang yang menjadi fokus utama juga yang ingin diutamakan hanyalah menuntaskan sakit hati melalui aksi balas dendam. Untuk hal yang lain, biarlah menjadi urusannya di kemudian hari. Yang saat ini ingin dinikmati Rendra hanyalah meredupnya nyala kehidupan di mata Sadi.

Harapan Di Ujung Senja [TTS #2 | TAMAT]Where stories live. Discover now