Bagian~22

4.7K 625 55
                                    

"Maaf."

Rendra yang baru saja melangkahkan kakinya memasuki halaman rumahnya seketika langsung menghentikan langkah saat mendengar kata yang diucapkan dengan nada sungkan tersebut. Rendrapun membalikkan badan untuk melihat siapakah gerangan orang yang cukup berani menyapanya di situasi tak mengenakkan seperti sekarang ini.

Kening Rendra langsung berkerut saat melihat wanita paruh baya yang seluruh rambutnya telah memutih namun terlihat masih bugar berdiri di depannya. Penampilan wanita paruh baya di depannya ini, Rendra perkirakan kemungkinan usianya telah melewati angka lima puluh-an, dan pakaian yang dikenakan mirip sekali seperti ibu-ibu yang berasal dari desa.

Maka untuk mengimbangi wajah keibuan wanita paruh baya di depannya itu, maka dengan berusaha untuk terlihat ramah, Rendrapun berkata, "Ya?"

"Maaf kalau saya lancang." wanita paruh baya itu mulai berucap. "Tapi beberapa hari yang lalu saya melihat orang yang saya kenal keluar dari rumah ini. Kalau boleh saya tahu, apakah dia bekerja di rumah ini?"

"Ibu ini siapa? Dan siapa nama orang yang ibu maksud?" Rendra menanggapi dengan cukup ramah demi kesopanan terhadap yang lebih tua.

"Nama saya Nira. Orang yang saya maksud namanya Sadina."

Mata Rendra memincing tajam saat rasa curiga menghinggapi relung hatinya. Orang asing di depannya ini menyebutkan nama wanitanya, bukankah itu hal yang patut dicurigai? Maka dengan tubuh yang berdiri kaku, Rendra menyuarakan isi hatinya, "Kalau boleh saya tahu, ibu ini ada hubungan apa dengan orang yang bernama Sadina itu?"

"Saya dulunya pernah bekerja sebagai pembantu di rumah ayahnya neng Sadi dan juga kebetulan saya ini tetangga dari mendiang ibunya neng Sadi di desa."

"Lalu maksud ibu datang ke sini, maunya ketemu sama orang yang ibu kenal itu?"

Wanita paruh baya bernama Nira itu menggeleng. Dengan tatapan sendu ia berkata, "Saya ke sini bukan untuk menemui neng Sadi, tapi kalau boleh saya ingin berbicara sedikit sama anda."

Saat melihat tidak ada gelagat mencurigakan dari sosok yang berdiri di depannya, akhirnya Rendra menggangguk. "Tentu saja boleh. Kalau begitu silahkan ibu mampir ke rumah saya dan kita bisa bicara di dalam sana."

Lagi-lagi Nira menggeleng. Wajahnya yang telah dihiasi keriput terlihat semakin sendu. "Kalau anda berkenan, bisa kita bicara di tempat lain saja? Saya tidak ingin mengganggu ketenangan neng Sadi saat ini. Dan lagi apa yang ingin saya bicarakan, pastinya akan membaut dia semakin sedih."

Tanpa banyak komentar Rendrapun langsung mengatakan 'ya', lalu kemudian mempersilahkan wanita paruh baya bernama Nira itu masuk ke dalam mobilnya yang masih menyisakan Bima yang duduk di kursi pengemudi. Dengan tenang, Rendra meminta Bima membawa mereka ke rumah makan langganannya.

Tak perlu waktu yang lama, mereka akhirnya sampai di tempat tujuan. Setelah memesan minuman untuk tamu tak diundangnya, Rendrapun mulau mengeluarkan apa yang menjadi buah pemikirannya. "Saya ingin bertanya sama ibu, bukankah saya ini orang asing dan bahkan kita baru beberapa saat lalu bertemu, lalu apa yang membuat ibu mau berbicara kepada saya?"
"Jujur saja sayapun tidak tahu apakah anda ini adalah orang tepat untuk diajak bicara. Tapi, setelah saya perhatikan sepertinya anda bukan orang yang biasa, saya rasa anda tentu bisa membantu neng Sadi dan menjaga dia dari orang-orang yang ingin menyakitinya. Untuk itu saya mencoba peruntungan dengan berbicara sama anda."

"Kalau begitu, silahkan ibu mengatakan semua yang ingin ibu katakan."

Sebelum memulai berbicara, Nira menarik napas sejenak untuk melegakan dadanya. Setelah merasa tenang, iapun mulai berbicar, "Dulu, di awal neng Sadi mulai tinggal di rumah tuan, awalnya saya pikir setidaknya sedikit saja nyonya sudah bisa menerima neng Sadi sebagai anak tirinya. Tapi semua pemikiran saya itu salah, nyonya bukannya sayang malah hampir tiap hari memukuli neng Sadi tanpa sepengetahuan tuan. Bahkan neng Sadi pernah dilarikan ke rumah sakit karena nyonya memasukkan racun dalam minumannya,"

Harapan Di Ujung Senja [TTS #2 | TAMAT]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin