Bonus Chapter : 3. Happiness

6.8K 528 12
                                    

"Woora!"

Jeon Wonjoon, anak laki-laki yang sekarang usianya sudah menginjak delapan tahun itu menegakkan badan. Dia menoleh ke kiri sambil memberenggut. "Ayo berhenti, oppa sudah lelah!" keluhnya.

Anak perempuan di sebelahnya, Jeon Woora, menggeleng pelan. Anak kecil berusia tiga tahun itu tetap mengarahkan stetoskop mainan miliknya ke dada Wonjoon dan memaksa laki-laki itu untuk berbaring di atas rumput lagi. "Oppa masih sakit! Oppa harus kurawat dulu!" tukas Woora.

Wonjoon hanya bisa menghela napas panjang. Karena tak punya pilihan lain, dia pun akhirnya kembali berbaring di rerumputan nan luas itu, mendalami peran menjadi pasien lagi sampai sang adik bosan melakukan cosplay dokternya. Tidak jauh dari tempat anak-anak itu bermain, Sera dan Wonwoo duduk di tikar yang mereka gelar. Sera asyik menonton kedua anaknya sambil menata beberapa bekal makanan di atas tikar. Benar, saat ini keluarga Jeon tengah menikmati piknik di bukit yang terletak di pinggiran kota. Setelah mengatur jadwal yang benar-benar padat, akhirnya Wonwoo dan Sera berhasil meluangkan waktu untuk membawa keluarga tercintanya berlibur ke tempat yang indah ini.

"Wow!"

Fokus Sera terinterupsi begitu mendengar suaminya berseru demikian. Perempuan itu lantas menoleh ke samping, mendapati Wonwoo sedang berbaring di tikar sambil menatap tablet PC-nya. Kedua alis Sera pun tertaut. "Ada apa, Jeonsan?" tanya Sera.

Wonwoo bangkit dari acara berbaringnya. Buru-buru dia memperlihatkan layar tablet PC-nya ke hadapan sang istri. "Lihatlah!" ujar laki-laki itu. "Baru 30 menit kita piknik di bukit ini, Dispatch sudah merilis beritamu saja, Sayang."

Sera melihat layar tablet PC Wonwoo sejenak, dimana salah satu situs berita selebriti yang terkenal telah menerbitkan sebuah artikel mengenai acara piknik keluarganya hari ini. Lengkap dengan foto-foto Sera yang diambil secara diam-diam. Sudut bibir perempuan itu terangkat. Dia pun mengalihkan pandangan dari tablet PC tersebut dan kembali sibuk mengurus makanan piknik. "Biarkan saja mereka." sahut Sera. "Pernikahan kita sudah diketahui publik dari lama, tidak ada yang perlu dikhawatirkan."

Wonwoo mengulum senyum. Laki-laki itu meletakkan tablet PC-nya di atas tikar, lalu merangkul pinggang istrinya dengan mesra. "Berarti, aku tidak perlu khawatir kalau mau bertindak lebih berani dari ini, hm?" goda Wonwoo seraya mengecup leher Sera yang terbuka.

"Jeonsan, ingat ada anak-anak!" seru Sera setengah melenguh, geli karena Wonwoo menggelitik lehernya dengan ciuman-ciuman ringan.

Wonwoo tergelak. Tentu dia segera menghentikan aksi menggodanya. "Bercanda, Sayang."

Laki-laki itu memeluk pinggang Sera semakin erat. "Bagaimana pekerjaanmu akhir-akhir ini? Lancar?" tanya Wonwoo lembut.

"Ya, lancar-lancar saja." jawab Sera sembari menyandarkan kepalanya di bahu Wonwoo. "Bahkan, kemarin ada brand pakaian dalam yang menawariku kontrak kerja selama sebulan."

Wonwoo langsung melepaskan pelukannya. Dia menatap sang istri dengan horror. Hal itu pun membuat Sera tertawa. "Tenanglah, Jeonsan. Aku menolak tawaran mereka." kilahnya.

Sang suami baru bisa bernapas lega. Dia kemudian mengusak rambut Sera dan kembali merangkul pinggang istrinya itu. "Huh, syukurlah! Kau harus ingat pesanku, jangan mengambil pekerjaan yang ditawarkan oleh merek pakaian dalam atau merek-merek pakaian seksi! Aku tidak mau tubuh istriku diekspos bebas!"

Sera mencibir. "Dasar suami posesif!"

"Aku serius!"

"Iya, iya, aku mengerti, Jeonsan."

Wonwoo memberenggut. "Kadang aku heran sendiri, kau ini sudah berumur 37 tahun, seorang ibu dengan dua anak, tapi kenapa masih diberikan tawaran jadi model pakaian-pakaian seksi?"

#1 WONWOO ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang