14

10.2K 781 24
                                    

Sinar matahari mulai memasuki jendela kamar temaram itu. Wonwoo, sang pemilik kamar, menggeliat perlahan di balik selimut. Dia terusik karena cahaya memaksa kedua matanya untuk membuka. Laki-laki itu pun terbangun, mengirjap beberapa kali untuk memfokuskan pandangan. Dalam keadaan mata masih setengah tertutup, Wonwoo bangkit dan menyandarkan punggungnya ke kepala ranjang. Dia memicingkan mata, kemudian mengedarkan pandangan ke sekeliling, melihat keadaan kamarnya yang lumayan berantakan karena beberapa baju berserakan di lantai. Senyumnya mengembang. Wonwoo menutup mata seraya menyisir rambutnya menggunakan jari, tersipu begitu teringat apa yang menyebabkan lantai kamarnya dipenuhi oleh baju-baju berserakan tersebut.

Pandangan laki-laki itu kini jatuh pada sosok perempuan yang masih tertidur di sampingnya. Ya, perempuan yang berhasil membuat Wonwoo jatuh cinta untuk pertama kalinya, dan perempuan satu-satunya yang Wonwoo ajak bercinta. Bukan sekadar seks, tapi bercinta. Peristiwa semalam jadi terekam kembali di benak laki-laki itu bagai pemutaran film. Dia masih ingat dengan jelas bagaimana tubuhnya menguasai Sera, bagaimana desahan perempuan itu memenuhi kamarnya, dan bagaimana tubuh mereka bergerak seirama. Semalam benar-benar luar biasa. Dia sangat menyukainya.

Wonwoo pun mendekati tubuh Sera perlahan. Tangan kanannya membelai rambut halus perempuan itu dengan penuh kasih sayang. Senyumnya tak pernah lelah ditunjukkan, walaupun Sera tidak bisa melihatnya karena masih tertidur. Entahlah, Wonwoo tidak seperti biasanya pagi ini. Mungkin dia sangat bahagia sebab semalam mereka sudah resmi menjadi sepasang kekasih.

"Eukh..."

Sera bergumam tak jelas, tubuhnya mulai menggeliat di balik selimut. Mata perempuan itu pun perlahan terbuka. Sontak, dia sedikit terkejut karena wajah Wonwoo sekarang tepat berada di depannya. "W-Wonwoo-oppa!?.."

Laki-laki itu tersenyum geli. Dia memberikan kecupan singkat di bibir Sera, kemudian di keningnya, lalu berakhir mencium kedua pipi perempuan itu. "Selamat pagi, Sayang." bisik Wonwoo dengan nada lembut.

Jangan ditanya bagaimana reaksi Sera. Wajah perempuan itu benar-benar merah seperti kepiting rebus. Dia langsung menyembunyikan wajahnya di dada bidang Wonwoo, terlalu malu untuk menunjukkan semburat merahnya pada laki-laki itu. "Oppa, jangan pakai panggilan itu!" protes Sera. "Aku malu..."

Wonwoo terkekeh geli. "Kenapa? Sekarang kau pacarku, kan?"

Sera yang tak tahan digoda terus oleh Wonwoo, mencubit perut Wonwoo hingga laki-laki itu meringis. Dia sangat jengkel dengan sifat baru Wonwoo ini–walau sebenarnya ada rasa sedikit suka. Sambil tertawa, Wonwoo kembali memeluk Sera. Dia mengelus punggung serta kepala Sera dengan lembut, membuat si perempuan merasa nyaman berada di dekapannya.

"Masih sakit?"

Pertanyaan tiba-tiba tersebut berhasil membuat Sera mendongak dari dada Wonwoo. Dia menatap kekasihnya dengan bingung. "Hm?"

Wonwoo tak langsung menjawab. Dia merenggangkan pelukan mereka sedikit, lalu memberikan tatapan khawatirnya sejenak. Wonwoo mengusap wajah Sera perlahan, sebelum akhirnya dia memeluk Sera lagi. Kali ini makin erat. "Aku khawatir, setelah kita berhubungan intim semalam, badanmu kesakitan. Aku juga takut trauma psikismu membuat kejadian buruk itu masih terekam di pikiranmu setiap kali melakukannya. Itu bisa saja terjadi karena tingkatan reaksi tiap orang terhadap trauma yang mereka dapat berbeda-beda. Kita tidak bisa memprediksinya." ungkap Wonwoo panjang-lebar.

Sera tercengang begitu mendengarnya. Sedetik kemudian, dia tertawa sembari mencubit kedua pipi Wonwoo. "Ya, ampun! Oppa bicara apa, sih? Apa ini karena buku psikiatri yang baru Oppa baca? Hahaha!"

Perempuan itu lantas merengkuh leher Wonwoo, dia mencium bibir si lelaki Jeon selama beberapa detik. "Jadi maksud Oppa, Oppa takut aku tidak menikmati penuh saat berhubungan intim semalam? Oppa takut aku malah mengingat kejadian buruk itu, hm?"

#1 WONWOO ✔Where stories live. Discover now