4

11.2K 966 31
                                    

Matahari semakin meninggi, tanda bahwa hari sudah siang. Wonwoo baru saja selesai mandi dan berpakaian lengkap–pakaian yang sama dengan yang dia pakai kemarin. Rambut gelapnya masih basah, jadi dikeringkan terlebih dahulu menggunakan hairdryer milik Kaeun. Sedangkan Kaeun sendiri, perempuan itu masih tertidur pulas di kasur. Sepertinya dia kehabisan banyak tenaga karena melayani Wonwoo semalam.

"Hei!"

Wonwoo mengguncang paksa tubuh Kaeun, tidak peduli bahwa perempuan itu benar-benar kelelahan. "Bangun, bodoh!" seru Wonwoo.

"Hng?"

Kaeun pun terbangun. Kantung mata si perempuan terlihat jelas serta rambutnya acak-acakan. Dia merapatkan selimut yang membungkus tubuh polosnya itu–ya, Kaeun tertidur tanpa memakai sehelai benangpun. "Ada apa? Aku masih mengantuk, Woo.." racau Kaeun sembari menguap.

"Aku mau pulang, pastikan tidak ada yang curiga dengan kedatanganku dari kemarin. Aku benci diekspos!" sahut Wonwoo. "Jangan lupa juga mengunci pintu apartemenmu!"

Walau masih setengah sadar, namun Kaeun bisa mencerna semua kata-kata Wonwoo barusan. Dia jadi terkekeh geli. "Cih, kau lucu sekali."

"Apanya yang lucu!?" protes Wonwoo.

Kaeun mengulum senyum. Dia beranjak dari kasur dan mengalungkan tangannya ke leher Wonwoo. Bibirnya memberikan satu kecupan singkat di pipi laki-laki itu. "Sikapmu sangat dingin, mulutmu juga kasar. Tapi kau masih peduli padaku, hm?"

Wonwoo mendorong tubuh Kaeun. Dirinya merasa risih dengan perlakukan perempuan itu. "Jangan bersikap seenaknya!" bentak si lelaki bermarga Jeon.

Kemudian, Wonwoo pergi dari apartemen Kaeun dengan menggunakan mobil mewah milik ayahnya. Sedikit informasi, beberapa menit yang lalu dia sudah menyuruh sang supir pribadi untuk menjemput. Jadi tidak heran, sekarang pria paruh baya itu sudah menunggu Wonwoo di parkiran basement.

***

Seorang perempuan cantik menyisir rambut hitam sebahunya dengan lembut. Dia menggunakan kemeja putih beserta celana panjang biru yang rapi dan sopan. Dari sudut manapun bisa dipastikan bahwa penampilannya tidak ada kecacatan. Walau dia hanya seorang pekerja serabutan, tetapi wajah perempuan itu cantik sekali. Dia lebih cocok menjadi artis daripada profesinya sekarang ini.

"Kau mau kerja lagi?"

Seorang laki-laki bersuara rendah tiba-tiba muncul dari balik pintu kamar perempuan itu, sukses mengagetkan si pemilik kamar. "Changkyun-oppa!" ujar perempuan itu sambil memegang dadanya. "Oppa ini mengagetkanku saja!"

Laki-laki yang bernama lengkap Im Changkyun itu menghela napas. Dia lantas menghampiri si perempuan dan memegang kedua bahunya. "Dengar, aku tidak tega kau bekerja sekeras ini demi Ayah! Yang punya tanggung jawab itu aku, bukannya kau!"

Perempuan itu tersenyum tipis. Dia menggeleng pelan seraya melepas tangan Changkyun. "Tidak apa-apa, Oppa. Kalian sudah banyak memberikan bantuan untukku. Jadi, aku rasa bekerja seperti ini bisa membalas hutang budiku."

"Hutang budi apanya?! Kau adalah bagian dari keluarga kami!"

"Hahaha! Oppa jangan galak begitu! Aku serius, tidak usah khawatirkan aku."

"Tapi—"

"Changkyun-oppa, aku tahu kulitmu tidak boleh terpapar matahari berjam-jam, Oppa tidak bisa melakukan banyak pekerjaan. Jadi, biarkan aku yang bekerja serabutan begini, Oppa cukup mengurus restoran saja. Ya?"

Changkyun menyerah. Lagi-lagi dia tidak bisa membujuk perempuan itu untuk berhenti menjadi pekerja serabutan. Dia mengusap pelan puncak kepala si perempuan dan tersenyum samar. "Jika kau kesulitan, jangan sungkan meminta bantuanku."

#1 WONWOO ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang