1

13.5K 1.2K 123
                                    

30 September 2015

"Hong Sera, jadilah pacarku."

"Eh?"

"Aku sudah lama menyukaimu. Aku ingin hubungan kita lebih dari sekadar sahabat, kumohon."

"Jeon Wonwoo.. kau lebih bodoh dari yang kukira."

"A-Apa?"

"Kau tidak sadar selama ini?! Aku cuma pura-pura baik padamu! Aku berusaha sabar menghadapi sifatmu yang kaku dan dingin itu supaya aku bisa menjadi model agensi ayahmu!"

"Jangan bercanda, Se—"

"Ya! Aku memanfaatkanmu, Jeon Wonwoo! Puas?"

"Lalu, apa? Kau anggap apa semua yang kita lakukan bersama sampai sekarang!?"

"Wonwoo, semua yang kulakukan selama ini hanya kamuflase! Waktu kita kecil dulu, aku sengaja menjadikanmu teman karena kau pintar, nilaiku selalu bisa tertolong karena kau mau membuatkan tugasku dan mengajariku. Sekarangpun, aku masih sabar pura-pura jadi sahabatmu karena ambisiku ingin menjadi orang terkenal. Kau punya semua yang ambisiku perlukan. Teman-teman yang berasal dari keluarga konglomerat, calon-calon pengusaha kaya, kenalan dari majalah-majalah ternama, dan yang terpenting, ayahmu pemilik agensi besar di Korea Selatan."

"Hong Sera, hentikan lelucon aneh ini!"

"Jeon Wonwoo, maaf. Aku tidak pernah serius menganggapmu sahabatku, aku hanya menjadikanmu sebagai batu loncatan untuk ambisiku. Aku tidak pernah menyukaimu. Selamat tinggal."

Wonwoo tersentak. Dia langsung membuka matanya dan menegakkan badan. Napas laki-laki itu tidak beraturan, keningnya pun mulai mengeluarkan keringat dingin. Wonwoo mengacak rambutnya kesal. Mimpi aneh lagi, begitu pikirnya. "Sial! Dia masih muncul di mimpiku!" rutuk lelaki bermarga Jeon itu.

Wonwoo segera menjauhkan selimut tebal yang tadinya membungkus tubuh telanjangnya, lalu bangkit dari tempat tidur. Celana dalam, sweatpants, serta baju kaos putih milik Wonwoo yang tergeletak di lantai segera diambilnya untuk dikenakan. Sesudah berpakaian lengkap, barulah laki-laki itu berjalan gontai menuju pintu kaca yang menghubungkan kamarnya dengan balkon. Tak lupa, terlebih dahulu dia mengambil pemantik beserta rokok favoritnya yang ada di atas nakas. Cukup lama Wonwoo berdiam diri di balkon tersebut, sibuk menikmati semilir angin di pagi hari sambil menghisap rokok sebatang demi sebatang. Terkadang, pandangan Wonwoo jauh menerawang ke langit, seolah tengah memikirkan sesuatu yang mengganjal di pikiran.

Omong-omong, sudah setahun lamanya Wonwoo tinggal di apartemen mewah ini. Jauh dari rumahnya, jauh dari orang tuanya, serta jauh dari Jeon Bohyuk–sang adik. Sudah setahun pula dia memiliki hobi merokok dan menjadi pengangguran begini. Hidupnya benar-benar berbeda 180 derajat sekarang. Satu hal yang pasti, ada alasan tersendiri mengapa seorang Jeon Wonwoo bisa sampai 'serusak' ini.

"Hmm, pagi-pagi sudah merokok, ya?"

Wonwoo tidak terkejut sama sekali ketika bisikan seksi seorang perempuan menggelitik telinga kanannya. Bersamaan dengan itu, sepasang tangan tiba-tiba melingkar di pinggang Wonwoo sehingga membuatnya menoleh ke belakang sebentar. Dia pun mendengus seraya kembali fokus memandang deretan bangunan kota dari balkon, tak memedulikan orang yang berada di belakangnya. "Pakai bajumu dulu, bodoh!" sahut Wonwoo ketus.

"Hei, tidak sopan! Panggil aku 'Noona', Woo!"

"Jangan bermimpi, dasar jalang!"

Perempuan itu hanya terkekeh pelan menanggapi ucapan kasar Wonwoo. Dia malah mengeratkan pelukannya. "Tidak masalah menjadi seorang jalang untuk melayani 'diamond boy' sepertimu, aku malah menganggapnya sebagai penghargaan," balasnya santai. "Omong-omong, hari ini kau masih menempati posisi pertama 'diamond boy' pilihan netizen di situs Pann, loh!"

#1 WONWOO ✔Where stories live. Discover now