E P I L O G

505 43 5
                                    

15 Jam kemudian.

Genta terlihat sangat panik dengan pernyataan yang dikatakan oleh diriku. Diriku sekarang sangat terkejut dan dilanda oleh serangan panik. Diriku sekarang seperti orang – orang lain yang juga panik secara berlebihan. Gempa mungkin sudah berhenti, tapi seluruh jiwaku kembali terkejut sangat hebat.

"Maksudnya Jawa Mulai Bergerak apa?" Tanya Genta.

"Serangkaian gempa kemarin telah memicu subduksi di selat sunda bergerak!" Seru diriku dengan panik.

"Apakah itu sangat berkaitan dengan gempa tadi?" Tanya Genta.

"Sangat Genta!" Seru diriku.

"Apa yang harus kita lakukan?" Tanya Genta.

"Masuk ke mobil kita akan tetap ke LIPI," Seru diriku sambil mendorong Genta ke dalam mobil.

Dengan jalan yang terkadang masih bergerak, aku paksakan untuk terus mengendara ke LIPI. Jalanan di sekitar Jakarta menjadi medan kekacauan. Kepanikan kembali terjadi seluruh sudut kota ini. Asap – asap hitam tebal terus membumbung dari gedung – gedung. Pemandangan di Gatsu sudah sangat kacau. Kekacauan itu membuat diriku keluar dari mobil dan berlari ke arah LIPI.

"Apakah kita harus berlari?" Seru Genta.

"Lihat aja semua mobil ditelantarin begitu saja," Balas diriku sambil berlari cepat ke arah LIPI.

Aku dan Genta akhirnya sampai di LIPI. Dengan sigap aku langsung menuju ke Puslitbang Gempa Bumi. Keributan di ruangan itu berasal dari peringatan gempa berkekuatan besar serta peringatan Tsunami.

"Rio! Tepat waktu," Seru salah seorang seismologis.

"Jadi pusat gempa di Selat Sunda, apakah kau sudah memperkirakan kekuatannya?" Tanya diriku yang sangat ingin tahu.

"Sudah," Balasnya.

"Berapa?" Tanya diriku.

"Gempa berkekuatan 8,7 telah terjadi di lepas pantai Ujung Kulon dengan kedalaman 29 kilometer. INA – TEWS menyatakan gempa sangat berpotensi Tsunami dengan jangkauan Tsunami di seluruh Pulau Jawa, Bagian Barat Sumatera, Australia, Maldives, Sri Lanka, Bangladesh, India, dan hingga Afrika." Seorang Seimologis membaca naskah hasil pengamatan komputer.

"Sudah disebar?" Tanya diriku.

"Sudah seharusnya," Balas seismologis botak itu.

"Rio sepertinya kita harus kembali," Seru Genta.

"Genta sebaiknya kau saja yang kembali ke rumah, karena perkerjaanku sangat berat di sini," Seru diriku.

"Kau tidak apa – apa ditinggal?" Tanya Genta.

"Tidak apa – apa yang penting beri salam buat Ibu," Tuturku.

"Baiklah," Balas Genta sambil pergi menuju pintu keluar.

Aku sekarang berbalik badan dan memandang layar monitor besar. Semua seismologis hanya bisa mengamati dan mengetik laporan berita. Peringatan Tsunami sudah tersebar di media – media di dalam televisi.

"Tidak mungkin," Cetusku tiba – tiba.

"Mengapa?" Tanya seimologis botak itu.

"Apakah ini berkaitan dengan ID – 298?" Tanya diriku ke seluruh seimologis.

"Tidak."

"Apakah sesar cimandiri bisa mempengaruhi Sunda Megathrust?" Aku memberikan pertanyaan.

"Tidak, karena terlalu besar untuk cimandiri," Balasnya.

"Benar," Sahutku.

"Kenapa?" Seismologis itu kembali bertanya.

"Mesin pembuat gempa itu tidak hanya di Sukabumi."

BERSAMBUNG KE

SK EN ARIO JAWA : BLOOM (2020)

SKENARIO JAWAWhere stories live. Discover now