Loro

1.3K 112 21
                                    

[BIN, Jakarta Selatan]

~Tiga bulan sebelum gempa.

"Dengan ini saya kukuhkan Saudara Rio sebagai intelijen rahasia di dalam divisi Pertahanan dan Keamanan NKRI."

Sebuah pin kehormatan jatuh di atas dada kiriku. Pin kehormatan yang menjadi tanda kalau semua usahaku untuk menjadi salah satu bagian di dalam sebuah institusi milik negara yang bergerak di bidang intel.

Setelah acara pengukuhan selesai, aku diarahkan oleh pembina divisiku untuk menuju ke tempat terbuka.

BYUR

Pelatih dan orang - orang yang menyaksikan perjuanganku, memberikan sebuah kejutan dengan menyiram air yang sudah dicampur telur dan kopi.

"Ini baju dinas! Yah, kena seri deh," Tuturku dengan kesal karena melihat baju dinas yang basah, kotor, bau, dan berwarna coklat kopi.

"Hahahaha! Nggak apa - apa, ini tradisi kalau ada calon anggota yang akhirnya menjadi intel beneran," Seru pelatih pria dengan badan paling ber-isi, pengelabu wanita, namun sayang dia rempong dan recet.

"Serius! Alhamdulillah," Seruku dengan haru karena terhindar dari seri yang sangat mengejamkan.

"Oh iya, selamat ya, Boy! Akhirnya lo sama gue setingkat dan mungkin bisa nge-dinas rahasia bareng!" Serunya sambil meraih tanganku untuk berjabat tangan.

"Yoi! Kak Yoyot, keren kalau misalnya kita nge-dinas bareng!" Balasku sambil berjabat tangan.

Seorang wanita datang. Kulepaskan langsung  genggaman Kak Yoyot, "Iyo! Akhirnya jadi intel juga! semoga kita satu tim ya! congratulation sekali lagi!" Ucap Denisa atau Nisa, wanita yang seumuran denganku, satu divisi, dan intel wanita termuda. Walaupun termuda serta berjanis kelamin wanita, dia adalah salah satu intel  yang pernah menemukan salah satu pusat germo internasional, jaringan teroris lokal maupun inter-lokal, dan salah satu jaringan pengedar narkoba skala nasional atau pun internasional.

"Ett iya, Nis! sama - sama!" Kali ini bukan jabatan tangan, namun sebuah pelukan.

"Kane banget, dulu aja gua nggak diperlakukan kayak gitu, Den." Tutur Kak Yoyot dengan wajah sedih serta bercanda.

Dia melepas pelukannya kepadaku. Yah, dilepas. "Haha! makanya ngasih seri jangan terlalu keterlaluan sama cewek!" Seru Nisa.

"Gimana lo mau mempertahankan kedudukan NKRI dengan intelijen kalau soal seri aja masih sering mengeluh?" Ucap Kak Yoyot dengan tegas.

Denisa terdiam. "Siap iya, Kak!"

"Alay! kayak begitu saja dianggep serius." Seru Kak Yoyot.

"Ah! Kak Yoyot mah!" Balas Denisa dengan cengegesan.

Regu Muda, Regu Muda ditunggu Bapak Jendral Syakief di ruangannya, Terima Kasih.

"Langsung bertugas?" Tanyaku sesaat pengumuman mati.

"Tidak, walaupun lu sudah dikukuhkan, tetap ada suatu proses administrasi dan pembuatan suarat komitmen yang pajak sebelum akhirnya lo siap dinyatakan untuk bertugas." Jelas Kak Yoyot.

"Berarti sekarang gue itu baru siap berdasarkan pelatihan? dan belum siap berdasarkan administrasi?" Aku kembali bertanya.

"Ya sekiranya seperti itu, oh iya Regu Muda lu siapa saja?" Tanya Kak Yoyot.

SKENARIO JAWAWhere stories live. Discover now