Rolas

354 42 0
                                    

REGU MUDA

Terlihat seorang pria sedang duduk di balkoni tempat tinggal para perkerja. Dia seakan melupakan masalah terbesar dengan kopi hangat yang terdiam menyatu dengan dinginnya malam itu. Dia juga tidak hanya terlihat duduk terdiam, tapi dia juga sIbuk membaca suatu buku di tangannya.

"Jadi, mesin ini memiliki suar yang bercabang ke seluruh arah," Tuturnya sambil sIbuk membaca.

Dengan halaman yang terus ia balik bisa diketahui bahwa dia berhasil mencuri buku panduan mesin genosida. Muka kebahagiaan sangat tergambarkan di wajahnya. Bayangkan saja seperti soal ujian yang berhasil bocor sehari sebelum terlaksana.

"Harus segera disebarkan ke ETE tentang buku yang aku dapat." Dia menutup buku dan berdiri untuk bergerak menuju ke dalam kamar.

Dia menutup jendela balkoni dan langsung menuju meja yang terdapat sebuah benda seperti laptop. Prosedur aktivasi alat itu berjalan dengan lancar dan membuat dia semakin gregetan untuk memberitahu ke ETE. Tapi, sebuah pemberitahuan mengejutkan dirinya.

"Agen Ray di sini, silakan ETE," Tegas Ray dengan suara dan pandangan yang panik.

"Ray, silakan kumpulkan semua regu muda secepat mungkin," Jelas ETE dengan perlahan.

Dalam layar dimunculkan video jam tangan milik Maheswara yang sedang menghitung mundur. Selain itu juga ditampakkan surat resmi operasi sabotase yang berasal dari kantor pusat.

"Apakah ini berasal dari Maheswara?" Tanya Ray dengan suara yang meninggi.

"Benar, Rio yang mengambilnya," Balas ETE.

"Apakah dengan seperti ini kita sudah harus melakukan aksi?" Tanya Ray.

"Terpaksa harus seperti itu, kode merah sudah tersebar hingga Istana. Jadi, sebelum waktu menunjukan dua siang, mesin itu harus sudah disabotase." ETE sebagai media segala agen lapangan dan humas segala macam aspek intelijensi menyatakan percepatan kegiatan sabotase.

"Apakah Eyot dan Nisa sudah berjalan ke sini?" Tanya Ray dengan suara yang lebih tenang.

"Eyot dan Nisa sedang melakukan persiapan, sekiranya jam lima pagi dia akan menghubungi kalian," Cetus ETE.

"Baiklah, kalau begitu saya akan berkumpul dengan seluruh regu muda untuk menyusun strategi," Balas Ray dengan yakin.

"Siap, semoga keberuntungan menyertaimu." Hubungan dengan ETE terputus. Ray menyandarkan punggungnya dengan kursi dan terlihat air keringat bercucuran turun dari segala tempat di tubuhnya.

"Bantu kami, Tuhan. Selamatkan tanah ini dengan kekuatan-Mu yang sangat besar, Amen." Ray menatap ke atas dengan kedua tangan yang memegang kalung salib di atas dadanya.

Ray pelahan keluar dari kamar dengan tas besar berisi berbagai macam peralatan. Dia berjalan sangat pelan menuju kamar anggota – anggota regu muda yang lain, "Rendra, bangun! Ren, bangun!"

"Ada apa sih? Kau tahu nggak ini jam berapa?" Rendra dengan tampang kesal dan mengantuk terbangun secara paksa.

"Tahu, tapi ini penting!" Ray mengencangkan suaranya.

"Jangan nge-gas! Emang sepenting apa?" Rendra bangun dan bertanya dengan penampakan yang sangat berantakan.

"Mesin itu sudah hitung mundur dan apabila kita tidak menyabotase dari sekarang, maka Pelabuhan Ratu akan diguncang gempa besar," Jelas Ray dengan bisikan halus.

SKENARIO JAWAWhere stories live. Discover now