17

705 114 108
                                    

*Jangan lupa vote dan komen*

***

"Sakitku karenamu,
Tapi alasan bahagiaku adalah kamu."

☆☆☆

"Maaf waktu itu gue gak datang ke acara ulang tahun lo." Biru menatap Jingga yang sedang menatap ke arahnya pula. Gadis itu diam. Tidak membalas apapun perkataan Biru. Bukan karena marah, tapi karena dia terpana. Oleh tatapan Biru yang mempesona. Gadis itu mengangguk pelan.

Biru bergegas pergi meninggalkan Jingga. "Ru," Biru menghentikan langkahnya lalu menoleh. "Makasih," ucap Jingga tulus. Biru hanya tersenyum tipis lalu melanjutkan langkahnya pergi meninggalkan Jingga.

Jingga tersenyum, pipinya merona. Jantungnya pun berdebar sangat kencang. Rasa bahagianya tidak terbendung lagi. Harus ia akui kalau ia sangat senang mendapat hadiah dari Biru. Mungkin itu yang diharapkannya kemarin. Walaupun telat, tapi tak apalah. Yang penting Biru masih berbaik hati memberinya kado.

Gadis itu membuka pita yang terikat pada kotak berwana coklat itu. Kemudian membuka tutupnya. Matanya berbinar, senyumnya semakin mengembang. Rasa senang sudah menjalar ke seluruh pembuluh darahnya.

Snow globe.

Indah sekali. Berwarna Jingga karena temanya yang musim gugur. Dengan miniatur pohon, jembatan, dan bangku panjang yang berada dalam bola kaca itu. Jingga merasa terharu. Terharu karena Biru masih ada rasa peduli padanya, setelah apa yang terjadi pada hubungan mereka setahun terakhir ini.

Ditutupnya kembali kado itu, lalu Jingga berjalan menuju kelasnya dengan senyum yang terus mengembang, seperti bunga yang baru saja mekar.

Karena  terlalu fokus pada benda di tangannya itu, Jingga tidak sengaja menabrak seseorang yang jalan berlawanan arah darinya. Jingga sendiri mengaduh karena kesakitan.

"Maaf Kak," ucapnya pada orang yang baru saja ditabraknya.

"Gak apa-apa," Redi tersenyum tipis.

Jingga membalas senyum itu sekilas. Mata Redi fokus pada kotak yang ada pada genggaman gadis itu. Tapi, dia tidak cukup berani untuk bertanya. Bukan apa-apa, Redi hanya takut disebut terlalu kepo dengan urusan Jingga. Walaupun dia tahu gadis itu tidak akan berkata seperti itu. Tapi, tidak ada yang tahu isi hati bukan?

Jingga masih diam di tempatnya. Dia tidak terlalu peduli dengan Redi yang menatapnya curiga. Karena dalam pikirannya saat ini masih dipenuhi dengan Biru yang baru saja memberinya kado. Terserah mau dibilang lebay atau apapun. Yang penting Jingga senang. Tidak ada yang boleh mengganggu itu. Walaupun sebelum ini dia mengalami kejadian buruk, sebab dilabrak Vitha. Namun, sepertinya gadis itu sudah melupakannya karena Biru datang sebagai pahlawan, dan memberinya kado juga.

Jingga hanya ingin senang sekarang. Tidak peduli apa yang akan terjadi nanti.

"Jingga?" Redi mencoba mengalihkan perhatian Jingga yang entah kabur ke mana. "Hm?" Gadis itu hanya bergumam untuk menyahuti.

"Hari ini latihan terakhir, besok kan hari H-nya."

Ah iya. Jingga baru ingat kalau besok tanggal dua puluh dua. Itu artinya memang hari ini adalah hari terakhirnya latihan bersama Redi, untuk besok menampilkan musikalisasi puisi pada acara Hari Ibu. Jingga mengerjap beberapa kali.

"Oh iya kak, kita harus maksimal latihannya buat besok."

Redi mengangguk lalu tersenyum. Sebelum akhirnya dia pamit untuk pergi ke kelasnya. Begitu pula dengan Jingga.

Warna Warni Rasa (TERBIT)Where stories live. Discover now