Datang lah! Aku Akan Mengatakannya

Magsimula sa umpisa
                                    

Karena perpus masih buka, aku juga sempat menyapa Kian di meja kasir, aku menyuruh Axell naik ke kamar ku dan membuatkannya makanan dengan bahan seadanya.

"Kenapa wajah mu ditekuk begitu?" Kian menghampiri ku, membantu ku mencuci sayurnya.

"Aku tidak tau. Aku lelah" jawab ku memang lelah.

Setelah itu tak lagi ada percakapan sampai masakan ku selesai dan ku bawa ke kamar ku. Namun, setibanya di kamar aku menemukan Axell berbaring menutup mata nya dengan tenang.

Aku meletakkan makanannya di meja, kemudian duduk di pinggir ranjang memperhatikannya tidur. Lengannya ia letakkan di atas dahi.

Aku memperhatikan garis-garis wajahnya yang masih ku hafal betul bagaimana bentuknya. Rahangnya yang kokoh, pipinya yang sedikit berisi, alisnya yang agak tebal, bibirnya yang dulu ingin ku cicipi, aku memperhatikan nya dengan detil. Dan saat aku melakukannya, bulu matanya bergerak gelisah, mulai terbuka secara perlahan menampilkan bola matanya yang tengah menatap ku.

"Kau tak merindukan ku? Aku merindukan mu" suaranya parau. "Kapan kau mau kembali mengisi ruang kosong di tempat tidur ku seperti ini?" Lama kami saling menatap, mendalami mata masing-masing. "Kau belum pernah bilang kau mencintai ku..."

"Aku pernah mengatakannya"

"Kau mengatakannya sambil memarahi ku"

"Aku tulus"

"Tapi tak romantis"

Aku berdehem. "Makanan mu sudah siap"

"Kau selalu melakukannya, mengalihkan pembicaraan saat kita membicarakan hal ini"

Aku mengalihkan pandangan ku. "Aku belum nyaman dengan situasi seserius ini"

"Zi..."

"Hmmm?"

Ia mendekatkan wajahnya, menempelkan tubuhnya pada ku. Aku diam tak berkutik. "Zi..."

"A-ada apa?"

Aku mulai gugup saat hidungnya bersentuhan dengan hidung ku. Nafasnya pun terasa hangat menyentuh kulit ku. Ntah kenapa hawa di sekeliling terasa memanas. Bahkan dapat ku rasakan bibirnya hampir menyentuh bibir ku.

"Kau akan menampar ku?" ku telan ludah ku kasar. "Apa kau akan menampar ku?" aku masih diam, tapi tidak dengan jantung ku. "Kau tak mau menjawab ku?"

"Bisa...kau biarkan aku bernafas? Aku tak bisa bernafas sekarang"

Bibirnya berkedut menahan tawa. "Kau bisa bernafas sesuka hati mu"

Mulut ku mengering. "Kau dengar sesuatu?"

Ia mengangguk. "Apa jantung mu belum siap untuk melakukannya?"

Aku menggeleng kecil. "Aku juga sulit bernafas"

Axell menjauhkan wajahnya sambil tertawa kecil.

Ia bangun, duduk di samping ku dengan penampilan yang lebih berantakan lagi. Ku ambil dan ku berikan makanan yang telah ku siapkan padanya. Ia menerimanya dan memakannya dengan sangat lahap.

"Kau kelaparan?" ia tak menggubris ku. Diperhatikan dari caranya makan, aku yakin ada sesuatu yang disembunyikannya. "Apa masalah mu seberat itu?"

"Masalah yang paling berat adalah menunggu mu menjadi istri ku"

Aku memandangnya malas. "Makan lah pelan-pelan"

"Masakan mu selalu enak"

"Kau yang menyuruh ku belajar melakukannya meski harus mengiris tangan ku, kau memaksa ku melakukannya"

Please, Accept My HeartTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon