Nikah? Oh, Not Now!

3.4K 214 4
                                    

Aku menerima ajakan Axell pulang. Disinilah kami, di rumah yang telah lama tak ku kunjungi lagi. Rumah mertua ku.

Keluarga besar Axell sudah berkumpul saat kami tiba. Sambutan mereka masih sama hangatnya seperti dulu, ramah dan menyenangkan. Mereka memeluk ku dan mengucapkan selamat datang. Kedipan mata ibu Axell sedikit mengurangi rasa sungkan ku.

"Ibu sudah menceritakan tentang kalian. Mereka mengerti keadaan mu" jelas ibu saat mengantar ku ke kamar tanpa didampingi Axell.

"Maaf, merepotkan..."

"Tak masalah. Ibu sangat bahagia mendengar kau mau datang kesini lagi" sikap keibuannya membuat ku terenyuh. "Tapi..."

Ada sedikit kecemasan disana dan ku rasa aku tau darimana kecemasan itu berasal. "Aku mengerti"

"Ibu sudah menceritakannya pada neneknya Axell dan ibu juga bilang kau akan datang. Mungkin nenek tak akan mendatangkan wanita itu kesini. Tapi, ku rasa kalian harus menghadapinya sendiri"

"Ibu...?"

"Kau tau sendiri, apa yang diinginkan nenek harus berjalan sesuai keinginannya. Ibu pikir kau harus bersiap untuk itu..."

"Ibu, aku..."

Ibu tersenyum teduh. "Kami percaya pada mu"

Kami percaya pada mu...

Ku hela nafas kasar. Sudah ku duga ini akan terjadi.

"Ibu akan keluar. Nanti sore nenek dan keluarga yang lainnya tiba. Sambil menunggu mereka, kau istirahat dulu. Ibu sudah siapkan air panas untuk mu"

Aku mengangguk. "Baik lah. Terimakasih, bu. Maaf merepotkan"

Ibu menggeleng. "Ibu rasa kau yang akan direpotkan. Bersiaplah untuk bertemu nenek" ibu tersenyum lebar sambil mengedipkan mata. Pertanda badai akan segera datang.

*****

Banyak waktu ku habiskan berendam di kamar mandi. Ibu menyiapkan segalanya untuk ku. Serasa aku berada di spa. Bathup nya pun dihiasi mawar merah. Aku menggunakan semua peralatan mandi yang disiapkan. Aku sampai berpikir berulang kali, berasa aku lah yang akan menjadi pengantinnya melihat semua persiapan ini begitu berlebihan.

Setelah puas dengan ini semua, ku pakai handuk yang juga sudah tersampir di belakang pintu kemudian keluar sambil mengeringkan rambut ku. Dan ketika ku singkarkan rambut ku yang menutupi penglihatan ku, aku membeku mendapati Axell berdiri di dekat pintu dengan ekspresi yang tak kalah terkejutnya seperti ku.

"A-aku..." dia menggaruk tengkuknya, salah tingkah tanpa mengalihkan pandangannya dari ku. "Aku...aku..."

Tersadar atas kebekuan ku, pandangan ku beralih ke atas ranjang dimana benda yang tak semestinya dilihat olehnya terpampang menjijikkan disana.

PAKAIAN DALAM KU!!!

Leher ku terasa kaku saat digerakkan. Dari sudut mata ku Axell tengah memandang apa yang ku lihat. Bibir ku gigit kuat, mengkerutkan wajah ku, memohonnya untuk segera keluar. Mengerti maksud ku, ia berbalik cepat dan tak sengaja menabrak pintunya. Ku dengar ia meringis sebentar kemudian membuka pintunya dan keluar tanpa mengatakan apapun.

Aku berjongkok, meratapi nasib, memukul kepala ku ke pinggir ranjang.

"Bodoh!! Bodoh!! Apa yang dilakukannya disini?" jerit ku dalam hati.

Bagaimana sikap ku nanti?

HAH!!!!!

*****

Ibu dan yang lainnya telah menyiapkan makan malam. Axell dan aku duduk berdampingan. Karena kejadian tadi aku masih canggung berhadapan dengannya, sedang Axell bersikap biasa saja. Ditambah lagi dengan suasana keluarga seperti ini, aku memilih diam dan menjawab seperlunya walaupun sikap ku ini memang seperti ini sejak dulu jika berkumpul dengan keluarga besarnya.

Please, Accept My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang