Terkunci Dalam Masa Lalu

5K 314 7
                                    

Andai semua yang tergambar dalam masa lalu itu tak terlalu menggores, mungkin akan ada ruang yang tersisa untuk menghilangkan seinci makna dari setiap langkah yang ku ambil. Aku tak ingin kembali menyesatkan diri ku saat waktu memaksa ku untuk berhenti.

Harapan ku yang terlalu menumpuk kala itu, bahkan sangat menyiksa, aku seperti berjalan tak tentu arah. Sudah cukup perasaan yang mengekang ini membuat ku tunduk hingga kini.

Aku bukan lagi orang yang sama. Aku tak ingin kalah untuk ke dua kalinya. Menanggung perasaan ini bertahun-tahun sudah cukup bagi ku untuk tak mengulangi kesalahan yang sama pada orang yang sama. Aku.......ingin hidup terkunci dalam masa lalu ini sendirian. Aku tak membutuhkan siapa pun untuk membukanya.

"Zi..." Kian datang 10 menit setelah kepergian Axell.

Aku berbalik membelakanginya dan ku hapus cepat air mata ku. Namun percuma, Kian terlebih dahulu melihat mata ku memerah.

"Maaf, aku tak sengaja mendengar percakapan kalian" sesalnya.

Aku menggeleng dan berhadapan dengan nya. "Tak masalah, lambat laun kau juga akan tau" jawab ku masih mengusap air mata ku.

Kian meletakkan tasnya. "Lebih baik kita tutup dulu perpus ini. Kau naik lah ke atas"

Aku memasang ekspresi maaf dan Kian memaklumi nya.

Setelah mendapat anggukan, aku segera ke atas. Ku tarik nafas berulang kali menetralkan perasaan ku.

Tak lama kemudian Kian menyusul ku ke kamar. Ia sudah mengganti pakaiannya dengan piyama, bersiap tidur. Ia ikut membaringkan dirinya di samping ku.

"Aku tak akan bertanya kalau kau tak ingin"

Aku tersenyum kecil dan menarik nafas dalam-dalam. "Kami bercerai 3 tahun lalu. Aku tak menyangka akan bertemu dengan nya lagi"

"Jadi...dia yang menghalangi mu selama ini?" aku diam. "Lalu bagaimana tanggapan mu? Ini kesempatan mu, cinta mu tak lagi bertepuk sebelah tangan"

"Dia hanya punya 1 cinta"

"Dan itu kau"

"Aku tak ingin jadi pelariannya" Kian tak mengerti. "Aku mencintainya ntah sudah berapa tahun. Miriskan?"

"Pengakuannya tadi bukan kah sudah cukup meyakin kan mu kalau dia juga menyukai mu?"

"Aku.......meragukannya"

Kian memiringkan tubuhnya, menghadap ku. "Apa yang kau ragukan?"

"Aku juga tak mengerti. Sebagian diri ku ingin menerima nya, tapi........isi kepala ku menolaknya" aku memberi jeda. "Setahun kami menikah. Selama itu juga aku mengurung perasaan ini. Dia sama sekali tak melihat ku, menoleh pun tidak.

Sikap nya yang tak bernyawa, gairah hidupnya yang mati, diam nya yang membuat ku frustasi setiap waktu, ntah berapa luka yang ku gores sendiri. Saat aku memutuskan dan memintanya bercerai, saat itu aku berharap dia mengerti bahwa sikap diam ku selama ini bisa membuatnya berpikir kalau keberadaan ku juga berharga untuknya.

Tapi..." aku tersenyum miris mengingat malam itu. "...dia membiarkan ku pergi" ku tarik nafas ku lagi, mengosongkan dada ku yang terlalu sesak. "Dan sekarang dia kembali dengan pernyataannya. Dia seolah mencoba mengekang ku lagi dengan perasaan yang ku punya"

"Zi..."

"Aku tak ingin diperbudak dengan perasaan ku sendiri"

"Tapi dia sudah ada di depan mata mu sekarang dengan perasaan yang sama dengan mu. Kau akan sangat menderita menahannya lebih lama"

Please, Accept My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang