Dua Puluh Satu

33K 2.1K 115
                                    

LILA

Aku tidak tahu persis apa yang kurasakan sekarang. Yang jelas, itu bukan perasaan senang. Dan itu aneh. Semua karena dia. Siapa lagi kalau bukan laki-laki itu! Kami sudah beberapa kali bertemu untuk urusan pekerjaan, tetapi dia tidak bersikap seperti biasa. Uluran tangannya terlihat enggan. Dia bahkan tidak merasa perlu melihat wajahku saat kami sedang bicara, padahal kalimatnya jelas-jelas ditujukan kepadaku.

Seharusnya aku merasa senang. Bukankah aku ingin supaya dia berhenti menggangguku? Namun mengapa aku malah merasa sebal? Dan aku bertanya-tanya dalam hati. Apakah dia sudah menyerah kepadaku? Apakah perempuan itu melarangnya untuk berinteraksi lagi denganku? Aku tahu aku tidak akan mendapatkan jawaban pasti dari pertanyaan-pertanyaan itu, dan itu membuatku makin kesal.

Ya Tuhan, mengapa harus begitu sulit melepas cinta ini? Bahkan setelah apa yang telah dilakukannya padaku. Seharusnya aku tertawa lebar alih-alih terpuruk ketika tahu laki-laki itu tak peduli lagi.

Aku tadi baru selesai meeting di hotelnya. Bukan dia yang mengikuti pertemuan itu, tetapi salah seorang direkturnya. Selama terlibat dalam proyek bersama, ini untuk pertama kalinya dia mewakilkan kehadirannya. Hal itu membuatku merasa mengalami antiklimaks.

"Langsung kembali ke kantor, Mbak?" tanya Mega yang berusaha mengikuti langkahku yang panjang. Ya, aku memang bergegas. Kantor itu membuatku sesak napas. Aku berharap dengan segera meninggalkannya aku tidak akan kesulitan mengisi paru-paruku lagi.

Kembali ke kantor bukan pilihan menarik. Aku akan menghabiskan waktu di depan laptop dengan konsentrasi berceceran. "Ada urusan yang harus saya selesaikan. Kamu nggak apa-apa kembali naik taksi, kan?" Kami tadi ke sini menggunakan mobilku.

Aku tahu Mega tidak mungkin protes. "Nggak apa-apa, Mbak."

Aku mengemudikan mobil menuju restoran Dino. Aku perlu suapan sarkastisnya untuk membuatku normal lagi. Sore hari seperti ini biasanya restoran tidak terlalu ramai.

Dugaanku tidak salah. Dino yang melihatku masuk menunjuk ruangannya sebelum menghilang ke dapur. Beberapa menit kemudian dia muncul dengan jus jeruk di tangan.

"Kamu menyulut kebakaran di gedung kantormu?" Dino mengulurkan gelas dan duduk di depanku. "Ekspresimu mengerikan."

Aku mengabaikan ucapannya. "Aku akan ke kantor pengacara itu untuk memastikan status pernikahanku." Aku sudah memikirkannya beberapa hari terakhir. Aku harus memperjelas status hubunganku dengan laki-laki itu. Hal yang selalu kutunda karena sebenarnya aku takut mengetahui jika secara hukum kaitan kami sudah terlepas. Ya, sebut aku munafik dengan semua sikapku, tapi jauh di lubuk hati, aku masih menginginkan ikatan itu, mengetahui bahwa dia masih milikku meskipun secara fisik kami berjarak.

Aku tak menyelesaikan proses perceraian itu dulu karena ketakutan itu. Aku tidak bisa dan tidak sungguh-sungguh ingin berpisah dengannya. Alangkah mudahnya seandainya aku benar-benar bisa membencinya seperti keinginanku.

"Alih-alih ke kantor pengacara, kurasa kalian sebaiknya duduk dan bicara berdua. Proses dan biayanya lebih murah," ujar Dino.

Aku mendesah sedih. Mataku memanas tanpa kuinginkan. "Nggak ada lagi yang tersisa yang bisa kami bicarakan, No. Dia bahkan nggak mau lihat aku lagi. Di pertemuan tadi, dia bahkan tidak hadir. Dan dia nggak pernah melewatkan pertemuan denganku sebelumnya. Dia sudah menyerah denganku. Seharusnya aku senang. Ini keinginanku sejak awal, kan? Meninggalkan dia karena mengkhianati dan menyebabkan aku kehilangan Rima dan janinku?" Aku sudah terisak. "Tapi kenapa rasanya malah sakit, No? Sakit, sampai aku bahkan sulit bernapas."

Dino menggenggam tanganku. "Ini sudah kita bicarakan berulang-ulang, La. Kamu saja yang menolak mengakui kebenarannya. Takdir yang membawa janinmu dan Rima pergi. Dan takdir itu nggak bisa dilawan, La. Kita hanya harus menerimanya. Jangan memaksakan apa yang hatimu tolak untuk terima. Hatimu menolak untuk membencinya, karena perasaan cintamu lebih kuat."

(Masih) Tentang Dia (Terbit) Donde viven las historias. Descúbrelo ahora