btw, kata authornya harry sebenernya belum tau beth kerja sama dave. dia lupa hahaha.
BETH'S P.O.V.
Aku menyetir melewati mobil yang bergerak pelan, bergumam mengikuti lagu yang terputar di radio. Harry si tukang-tidur tak dapat bangun kali ini. Aku bahkan tak tahu ia telah meninggali rumahku; pasti sudah tengah malam.
Dari semua yang kuingat tadi malam adalah ia menyanyikanku agar tertidur. Dan tentu hal sebelumnya. Aku tak tahu apa yang harus kulakukan awalnya tapi jelas perlahan terbiasa, itu merasuki diriku dan gambarannya membuatku merona. Gambaran dirinya pada saat itu sangat mencengangkan.
Ponselku mulai berdering saat aku menghentikan mobil di lampu-merah. Macet penuh sesak dimana-dimana dan setelah bekerja selama satu minggu aku mulai terbiasa dengan ini yang sudah terjadi dua kali. Sekarang aku harus pergi setengah jam lebih awal.
Nama Harry muncul di layar dengan salah satu foto nakalnya yang selalu membawa senyum ke bibirku. Aku menjawab tertawa, bagaimanapun mengetahui kalimat awalnya.
"Aku telat, ya?" ia terkekeh ringan, suaranya meyakinkanku bahwa ia baru bangun.
"Ya." aku terkekeh.
"Sial. Bagaimana kau dapat bangun sangat awal? Ini jam 8 pagi." ia mendengus, kalimatnya malas.
"Tak apa. Aku tak pernah nenyuruhmu untuk bangun. Kau bukan tipe orang yang suka bangun pagi." aku menyadari perubahan lampu merah ke hijau lalu menjalani mobilku.
"Tapi aku akan memilih...." Ponselnya terjatuh ke pangkuanku saat aku menyadari polisi yang berdiri di jalanan kerikil. Itu seolah matanya padaku tapi aku tetap bersikap normal, menyetir menjauhi tempat itu. Aku kembali meraih ponselku setelah pria itu tak lagi terlihat.
"Akan kutelpon nanti sayang. Aku sedang menyetir. Sayang kamu." segera kumatikan tanpa mendengar Harry hanya karena aku tahu responnya akan menggodaku yang menggunakan 'sayang'. Kalimat ini hanya keluar dari mulutku barusan.
Dave telah berada di kantor Tuan James saat aku tiba disana dan ia memberiku senyum cerah.
"Selamat pagi." aku tersenyum menutup pintu. Mereka berdua menjawab bersamaan sebelum tekekeh pada satu sama lain. Bagaimana aku dapat lupa betapa ramah dan terbukanya Bos kami ini. Keterbalikan dari yang kubayangkan.
"Walker, kami baru saja berbicara tentangmu. Duduklah." salam Bosku, mengisyaratkan untuk duduk di sofa samping Dave. Aku mengangguk, sepatuku bergemericing di lantai selagi aku berjalan ke sofa berwarna putih-krem. Aku merasa tak nyaman dibawah tatapan Dave, matanya menjalar ke atas dan bawah gaunku selagi aku berjalan ke arahnya.
Lutut kami terusap saat aku duduk di sofa, perlengkapan yang terlalu kecil mencegah jarak yang cukup diantara kami. Aku sedikit menjauh, melepas kontak diantara lututku dan pahanya.
Kami berbicara hampir setengah jam. Tertawa semenit lalu serius selanjutnya. Tuan James terus memberitahu kami berdua bahwa ia beruntung memiliki orang yang pintar dan bertanggung-jawab seperti kami. Ia sungguh bos terbaik disini. Ia menghargai kerja keras yang membuat percaya-diri didalam diriku meningkat.
Harinya cepat berlalu dan aku memutuskan untuk pulang awal hari ini, aku belum mendengar kabar Harry sejak pagi ini dan itu membuatku sedikit khawatir entah mengapa. Ia tidak membalas atau bahkan menelpon. Aku sangat tidak suka saat ia melakukan itu, itu membuatku kesal dan juga frustasi. Aku terkadang berandai apakah ia memegang ponsel bersama dengannya atau tidak.
Aku memutuskan pulang awal hari ini, bilang pada Dave agar menangani lembar kerja lain hanya untuk hari ini. Aku harus tahu dimana Harry, apakah ia baik-baik saja. Aku tak dapat tenang sebelum melakukan itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/142327270-288-k424249.jpg)
YOU ARE READING
When we're 19 (Indonesian Translation)
Fanfiction"Kesepakatan kita adalah 19." bisik Harry, hidung kami saling bersentuhan dengan genit. Lesung pipinya terlihat semakin dalam dari kedua sisi seiring dengan tawa yang keluar dari mulutku. "Aku milikmu." {buku ini terjemahan indonesia dari buku yang...