HARRY'S P.O.V.
"Selamat tinggal." Aku mencoba untuk berbicara; tanganku terangkat untuk melambai. Alam bawah sadarku meneriakki dari sekarang untuk mengambil kesempatannya, mengambil satu-satunya kesempatan itu tapi tubuhku terjebak di situasi ini sendiri. Ia memaksakan sebuah senyum sebelum menyeret keluar kopernya dan hilang dari pandanganku. Aku menenggelamkan wajahku diantara tanganku, mencoba untuk memproses semuanya. Ini terlalu berlebihan untuk memulai hari yang sial ini tapi terasa seperti pikiranku hancur pada waktu yang sama.
"Ia pergi karena kau, Harry." Megan memberitahu dengan nada berbisik. Aku mendongak sesaat perkataan itu terdengar di telingaku, semuanya terlihat membingungkan.
"Ia tidak sanggup melihatmu dengan Cassidy, tidakkah kau tahu itu?" Rasa bingung benar-benar menjalar ke sarafku tapi ada bagian kecil didalam diriku yang merayu akan gambaran itu. Ia sebenarnya cemburu; aku idiot. Aku seharusnya berbicara padanya kemarin ketika ia menginginkan itu.
"Ia mengatakan semuanya padamu dan sekarang karena kau sudah tahu yang sebenarnya. Jangan hanya berdiri disini dan melihatku. Ia akan pergi." Kau dapat melihat ia mencoba untuk menahan senyumnya. Aku mengangguk, menyembunyikan senyumku yang memaksa untuk keluar. Aku bisa gila aku bersumpah.
Ketika aku keluar, ada tetesan kecil yang menciprat. Awan semakin gelap dan lebih kencang. Dan sekarang hujan, sesaat aku ingin lari untuk mengejar perempuan yang kuinginkan sejak lebih dari 3 tahun...selama itu. Ketika aku melihat ke jalan, kosong. Tidak ada tanda-tanda kehadirannya di pandanganku. Mobilnya masih terparkir di sudut.
Aku memutuskan untuk memeriksa ke pemberhentian bis terdekat sebelum pergi terlalu jauh; tak akan ada taksi di jam ini sejauh yang kutahu. Aku mulai berjalan di trotoar, mempercepat jalanku.
Ia datang padaku, ia datang padaku dan mengatakan semua yang ingin kudengar dari bibirnya. Itu yang membuatku beku, yang membuatku tak dapat berbicara. Aku tahu akan ada waktu dimana ia datang padaku, dimana ia mengatakan semua yang sangat ingin aku dengar. Dan faktanya bahwa ia ingin menciumku. Itu saat aku kehilangan akal pikirku, tubuhku hampir rapuh tak bergerak tak memberikan tanda positif dariku.
Ini dingin dan anginnya bahkan lebih mengganggu ketika aku berlari setelah melihat sebuah bis merah. Hatiku berdetak, paru-paruku berusaha untuk bernafas selagi aku menolak untuk beristirahat. Orang mulai berbaris di gerbang dan aku melihatnya, tepat disana melihat ke atas langit. Hidupku tak mungkin terasa lebih baik dari momen ini, sungguh.
~~
Aku mencorat-coret pada buku harianku yang hampir rusak, menulis segalanya yang masuk ke dalam pikiranku. Menulis segala yang aku rasakan di momen ini. Ini terasa nyaman untuk menulis sesuatu yang baik setelah jangka waktu lama.
Aku melipat buku harian itu di salah satu kausku dan menaruhnya kembali ke koperku. Aku tak ingin siapapun menemukan buku harianku, atau bahkan tahu bahwa aku menulisnya. Ini seperti rahasia, mungkin aku masih takut akan orang yang menyembunyikan hal dariku.
Rambut lembabku kuacak beberapa kali sebelum berdiri di bagian depan. Melihat kaus rapih di tasku, aku menariknya dan mulai berpakaian. Setelah berfikir, apakah akan menemuinya atau tidak. Aku baru akan hal ini; aku hanya tak tahu apa yang akan kulakukan. Ya, aku telah berpacaran sebelumnya, banyak kali tapi hanya dalam jangka waktu pendek dan aku tak pernah mengucapkan bahwa aku mencintai mereka hingga aku benar-benar mengatakannya. Aku mengaku padanya dan aku sungguh-sungguh, aku memang mencintainya.
Kakiku menuntunku menuju kamarnya, aku telah berjanji padanya untuk datang ketika aku selesai mandi. Ketika aku mengintip di kamarnya, ruangannya telah bersih dan rapih tapi kosong. Aku mengernyit mencoba untuk mencari tahu lokasinya. Sesuatu di dalam diriku berteriak bahwa ia pasti keluar ke teras dan aku mematuhi berjalan kedalamnya.
ČTEŠ
When we're 19 (Indonesian Translation)
Fanfikce"Kesepakatan kita adalah 19." bisik Harry, hidung kami saling bersentuhan dengan genit. Lesung pipinya terlihat semakin dalam dari kedua sisi seiring dengan tawa yang keluar dari mulutku. "Aku milikmu." {buku ini terjemahan indonesia dari buku yang...