Bagian 12

530 61 1
                                    

BETH'S P.O.V.

Yang dapat aku dengar hanyalah hatiku yang jatuh ke lantai dan dihancurkan.....sangat dihancurkan.

Gumpalan di tenggorokkanku mulai terasa, mataku mulai berlinang. Aku menggigit bibirku untuk menahan air mataku agar tidak jatuh, hanya menatap aksi yang berada di depanku. Mereka akhirnya melepas satu sama lain kehilangan napas, tapi Harry tetap menaruh kening ia padanya. Bahkan dari kejauhan aku dapat melihat lesung pipitnya. Aku mengambil langkah mundur, jaga-jaga jikalau aku tertangkap. Mereka mulai berbisik satu sama lain, suara mereka tak terdengar. Aku sedikit membungkuk, penasaran akan percakapannya.

"Maukah kau.....kau...maukah kau pergi kencan bersamaku?" Aku mendengar salah satu suara dari mereka, yang kuduga adalah Harry. Aku merasakan sebuah lubang mulai tumbuh di dadaku setelah mendengar kata-kata itu.......darinya........

"Dengan senang hati." Suara dengan nada tinggi itu bergema di kepalaku, membuat lubang di dadaku kembali bertumbuh. Aku kembali melihat mereka, takut untuk melihat pergerakan selanjutnya. Bibir mereka saling menyatu kembali, air mata yang kutahan sekarang jatuh ke pipiku. Aku berputar, dengan cepat menuruni tangga. Pandanganku menjadi buram karena air mata yang memenuhi mataku. Rambut yang menutupi wajahku membantuku untuk menutupi tangisanku dari orang lain. Tali sepatuku melonggar dan jatuh ke lantai. Aku memaksa tubuhku untuk keluar dari gedung, tangisan yang tidak kusadari akhirnya mengalir ke wajahku.

Aku berjalan keluar merasakan angin yang dingin, menjauh dari gedung secepat yang kubisa. Musik yang terdengar di kepalaku terdengar seperti pedang; Aku ingin pergi dari itu.

Setelah menjaga jarak yang jauh dari gedung. Aku terkulai sambil menangis. Kakiku kupeluk di dadaku selagi aku menutupi wajahku diantara kedua tanganku.

Mengapa aku menangis akan hal yang tidak pernah menjadi milikku? Mengapa aku merasa dikhianati? Sangat dikhianati? Aku tidak pernah merasakan seperti ini, tidak pernah. Perutku melilit sangat kencang; hatiku tersakiti tapi belum pernah seperti ini sebelumnya. Tapi mengapa?

Tidak mungkin kan aku menyukainya? Seperti aku menginginkannya? Apakah aku? Apakah aku jatuh cinta padanya?

Tidak, aku tidak mempunyai rasa padanya. Aku tidak menyukainya, Aku tidak pernah. Kalau begitu kenapa aku menangis sangat keras, kenapa ini terasa sangat sakit?

Mungkin hanya karena kita berbagi beberapa hal belakangan ini dan sekarang aku tahu kalau itu tidak berarti apa-apa baginya. Perbincangan kami Canda tawa kami, senyum hangat yang ia berikan, ciuman yang ia berikan....itu semua tidak berarti apa-apa juga bagiku tapi ini terasa sakit bagaimana ia mencium orang lain setelah malam sebelumnya ia menciummu.

Tangisanku menjadi semakin keras, air mataku semakin berlinang dan terus mengalir ke wajahku. Isakkan berat keluar dari mulutku selagi aku mencoba untuk bernapas. Kemarahan yang mengontrolku sehingga membuat tangisanku semakin keras.

Ini terasa seperti kau tenggelam di bawah air, berteriak untuk bantuan, tapi tak ada yang menolong. Dan biar aku beritahu kau, ini merupakan perasaan paling buruk yang orang lain akan rasakan dalam hidupnya dan aku tahu satu saat nanti aku pasti akan merasakannya....dan aku baru saja merasakannya....

~~~~~~~~~~~~~~~~

"Beth!" Ketukkan di pintu perlahan menjadi geduran keras, membuat sakit kepalaku bertambah buruk dari sebelumnya. Aku menggeram, membenamkan wajahku diantara bantalku.

"Bethany Walker, kalau kau tidak membuka pintu ini sekarang juga aku bersumpah aku akan mendobrak pintu sialan ini." Matt berteriak dari luar pintu. Aku membenamkan wajahku semakin dalam menghalang suara itu agar tak dapat kudengar tapi itu tidak berhasil.

When we're 19 (Indonesian Translation)Where stories live. Discover now