HARRY'S P.O.V.
"Ambilkan aku minum, ya?" Aku berteriak melalui musik yang berdentum menunduk pada Cassidy. "Aku harus mencari udara." Aku berbohong, tersenyum padanya. Ia mengangguk sebelum menjijit dan menekankan ciuman di bibirku.
Aku memutar dan berjalan melewati keramaian. Aku tak tahu, hanyalah sesuatu yang berada di dalam diriku yang membuatku ingin keluar dan melihat Beth dan Jim. Aku tahu jika aku melihat sesuatu aku akan menyesalinya, aku tak ingin melihat apakah mereka melakukan sesuatu tapi pada waktu yang bersamaan rasa penasaran menguasaiku dan menuntunku keluar.
Angin sejuk yang nyaman menerpa wajahku yang kemungkinan sudah sangat berkeringat. Cuacanya bagus diluar, kami seharusnya menetap disini.
Aku segera mengenali suara yang datang dari sisi lain, membuat tubuhku terhenti. Perlahn berjalan ke arah dinding, aku menekankan punggungku disitu menyender untuk mendengar percakapan mereka. Aku tertinggal beberapa kalimat, bersumpah-serapah pada diriku sendiri karena tidak datang lebih awal. Tapi ada 3 huruf yang datang dengan jelas ke telingaku.
"Aku mencintai mu."
Dan tepat pada saat itu hatiku hancur menjadi berkeping-keping yang tak tak terhitung. Aku mengintip mereka, berharap kalau mungkin aku telah salah mendengar. Tangan Beth berada diantara lehernya sementara ia berada di pinggang Beth selagi mereka berbagi pelukan panjang membuktikanku bahwa aku tidak salah mendengar. Aku menjatuhkan pandanganku memutar untuk meninggalkan mereka berdua.
Aku seharusnya memberitahu ia tentang perasaanku; aku seharusnya mengajaknya kencan, Persetan, aku seharusnya menciumnya bukannya Cassidy. Aku tidak seharusnya berpacaran dengan Cassidy, aku tidak seharusnya melakukan semua hal sialan ini hanya untuk membuatnya cemburu. Malahan, akulah yang tersakiti. Akulah pecundangnya. Seorang pecundang kalah yang tak berdaya.
Aku menarik rambutku, berteriak untuk mengeluarkan amarah. Itu tidak berhasil; satu-satunya cara untuk mengeluarkan amarahku yaitu dengan memukul Jim habis-habisan. Untuk memukulnya menjadi beberapa bagian sama halnya dengan hatiku tapi aku tahu aku tak bisa. Ini bukan salahnya. Ini salahku. Ini salahku untuk bahkan berfikir bahwa ia akan datang padaku. Untuk berfikir kalau mungkin hanya mungkin ia menyukaiku tapi malahan ia benar-benar mencintainya. IA TIDAK MENCINTAI PRIA YANG TELAH MENCINTAINYA SELAMA 3 TAHUN. 3 tahuyn....selama 3 tahun aku mencintainya.....tapi hatiku sendiri dilemparkan ke wajahku memberitahuku untuk enyah darinya.
Amarah itu menguasaiku dan aku dipaksa untuk masuk ke dalam pub. Aku harus minum, aku harus minum untuk menghilangkan rasa sakit ini. Ini sangat sakit, ini sangat-sangat sakit. Aku tidak peduli jika Cassidy berada disana, aku tak peduli jika Megan atau siapapun berada disana, aku akan minum hingga aku tak merasakan kembali rasa sakitnya.
Ada sebuah gumpalan yang tumbuh di tenggorokkanku selagi aku menjatuhkan air mataku yang memaksa untuk keluar. Aku segera melihat Cassidy duduk di salah satu kursi, sebelahnya kosong. Ujung jarinya memutar di gelas kosong yang berada di tangannya. Aku berjalan menuju kursi kosong yang sayangnya berada di sampingnya.
"Kau habis darimana? Aku sangat bosan." Ucapnya sesaat aku duduk di kursi. Aku mengabaikannya sebelum melihat ke gelas yang kuduga telah menunggu untukku. Aku mengambil gelas itu di tanganku dan membawanya ke bibirku, matanya masih padaku dengan tatapan terkejut. Minuman sialan itu menyentuh lidahku dan aku merasa seperti ingin memuntahkannya kembali. Aku membuat tampang jijik, mendorong gelas itu ke samping.
"Apa-apaan hal sialan ini?" Aku berteriak memutar ke hadapannya. Wajahnya membawa perasaan sakit selagi ia menatapku. Bibirnya terbuka untuk berbicara tapi tak ada perkataan yang keluar. Aku sedikit senang bahwa ia tak dapat berbicara, itu bagus terlebih ketika aku berada di situasi ini.
YOU ARE READING
When we're 19 (Indonesian Translation)
Fanfiction"Kesepakatan kita adalah 19." bisik Harry, hidung kami saling bersentuhan dengan genit. Lesung pipinya terlihat semakin dalam dari kedua sisi seiring dengan tawa yang keluar dari mulutku. "Aku milikmu." {buku ini terjemahan indonesia dari buku yang...