BETH'S P.O.V.
Mengapa ia tidak mengangkat? Aku telah menelponnya selama 5 jam terakhir. Ia marah padaku karena apa? Berbincang ramah. Aku sadar akan sikap posesif alaminya tapi tak harus selalu seperti ini kan. Ia harus percaya padaku sekarang. Huh, seperti kau percaya padanya saja.
Aku pulang dari rumah Megan 3 jam lalu dan aku merasa kosong. Sungguh, aku melupakan kunciku di mobil Harry. Tapi aku selalu menjaga kunci cadangan diantara kotak pos yang terpaku ke dinding.
Sebagian diriku hanya ingin meminta maaf pada apapun dengan mengirim pesan tapi bagian lain dari diriku tak ingin. Aku menyimpulkan keputusanku dengan menyampingkan gambaran tentang Harry. Jika ia ingin berbicara padaku, ia akan menelpon atau memberiku pesan. Itu bukan salahku.
Setelah menonton banyaknya episode X Factor yang tertinggal, aku mulai membereskan beberapa hal kecil karena aku akan pindah dari sini tak lama lagi. Aku memberitahu Megan tentang perpindahanku ke apartemen sementara ia hanya menyemburkan pertanyaan yang tidak terlintas di pikiranku sekalipun.
Tidakkah kalian ingin tinggal bersama cepat atau lambat?
Aku tak pernah berpikir tentang itu. Maksudku tidakkah ini terlalu cepat untuk memikirkan itu. Ini baru kurang dari satu bulan dan aku tak ingin Harry berpikir bahwa aku memaksanya atau apapun tapi Megan benar. Kami akan pindah suatu saat nanti jadi mengapa tak lebih cepat. Aku penasaran apa pendapat Harry tentang ini tapi terlalu gugup untuk bertanya. Jika ia ingin kami untuk pindah secepat ini mengapa kita tidak pindah ke tempatku. Aku dapat mendengar kekehan Harry akan pendapat bodohku.
Apa yang bahkan aku pikirkan?
Kakiku menuntunku menuju dapur dan mulai menyiapkan secangkir teh untuk diriku. Aku sengaja meninggalkan ponselku diatas, ia harus tahu bagaimana rasanya. Bersenandung, aku merebus air dan menyiapkan bahan-bahan dihadapanku.
Setelah menonton The X Factor selama hampir 2 jam. Pikiranku melesat tentang bagaimana seorang manusia dapat merubah seluruh hidupnya pada sesuatu yang baru hanya dengan menunjukkan bakatnya. Semua kontestannya selalu keren dan mereka tak pernah gagal untuk mencengangkanku. Ada remaja disana, ia hampir berumur 18 dan hal yang ia terima luar-biasa. Ia sangat bertalenta dan ia layak menerima setiap suksesnya. Ia mengingatkanku tentang Harry. Harry memiliki talenta yang luar biasa. Suaranya indah dan aku tak mengerti mengapa ia sangat malu.
Pikiranku diinterupsi oleh beberapa suara yang berdenting. Aku menjentikkan kepalaku, mataku mencari sumbernya. Aku hanya mengangkat bahu kembali menyiapkan tehku. Ini sangat mengecawakan bagaimana Harry masih belum menelponku. Mengapa sangat sulit untuk orang mengerti apa yang kuinginkan?
Denturan kayu bergema di rumah yang jelas-jelas hening dan aku memutar cepat. Mengkonfirmasi diriku bahwa tak ada apa-apa, kakiku perlahan mengambil beberapa langkah maju. Aku dapat mendengar hatiku berdegup kencang. Walaupun aku ingin agar tetap kuat, rasa takut memasuki otakku. Setelah mendengar beberapa langkah kaki aku mengetahui ada yang salah dan aku merasa tubuhku menegang. Aku bergumam doa yang berada di pikiranku tapi pikiranku tak puas hingga aku melihat sekeliling.
Ketika aku mengintipkan kepalaku dan melihat sekeliling ruang tamu yang kosong. Tak ada pandangan yang mencurigakan. Semuanya rapih sesuai bagaiamana aku meninggalkannya, sejauh yang kuingat. Mendengarkan otak bodohku, aku mengambil salah satu sandal dan memegangnya erat di tanganku. Aku dapat mendengar hatiku berdentum di dadaku, rasa cemas meningkat. Aku telah tinggal disini cukup lama dan ini tak pernah terjadi, sama sekali.
Ruang tamunya aman dan hatiku menenang. Ku menduga itu hanya pikiranku yang kembali bermain. Kakiku menuntunku kembali ke dapur. Aku merindukan Harry. Apakah ia semarah itu padaku tentang sesuatu yang sangat kecil. Maksudku ia tak pernah memperingatiku atau bahkan menginformasiku tentang 'jangan berbicara pada Dave'. Kupikir mereka semua teman yang baik. Menunduk pada langkah kecilku, mataku sedikit menyengat karena air mata.
![](https://img.wattpad.com/cover/142327270-288-k424249.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
When we're 19 (Indonesian Translation)
Fanfiction"Kesepakatan kita adalah 19." bisik Harry, hidung kami saling bersentuhan dengan genit. Lesung pipinya terlihat semakin dalam dari kedua sisi seiring dengan tawa yang keluar dari mulutku. "Aku milikmu." {buku ini terjemahan indonesia dari buku yang...