Bagian 25

545 55 4
                                    

HARRY'S P.O.V.

Kami menunggu selagi Beth keluar dari mobil, membanting pintu dibelakangnya. Aku menatap selagi ia berjalan melewati jeep dan menuju ke rumah, ia sudah tenang kurasa.

Cassidy dan aku pergi  makan malam di tempat sama yang mahal juga membosankan dan sedang dalam  perjalanan kembali ke rumah aku menerima sebuah pesan dari Matt kalau  Beth berada di suatu tempat di toko dekat sebuah club dan ia  tersesat, Itu yang membuatku sangat cemas, aku menyetir ugal-ugalan di  sekitar tempat itu dan akhirnya menemukan dia. Pipinya ditangkup oleh  tangan pria tapi pria itu bukan Jim, itu pria lain. Ia tidak mungkin  selingkuh, kan?

Aku keluar dari mobil  dan berjalan ke arah mereka. Itulah ketika aku menyadari apa yang sedang  terjadi. Aku baru saja ingin membunuhnya jika Beth tidak  memberhentikanku. Tapi hal yang masuk ke dalam diriku membuatku merasa  terbang selagi ia memelukku. Aku tak tahu bahwa ia akan memelukku dan  juga aku tak tahu bahwa ia akan memaksa untuk berbicara denganku. Aku  tidak bermaksud untuk memberitahunya bahwa Cassidy berada di mobil hanya  untuk membungkamnya; aku tak bermaksud untuk melukainya. Tapi mengapa  ia terluka?

Aku merasa Cassidy  menyender ke arahku, keinginan untuk mendorongnya menguasaiku dan aku  berpaling menggeleng kepalaku. Ia terlihat tersinggung, tak tersakiti  akan ini.

"Apa-apaan masalahmu?  Mengapa kau setiap kali bersikap seperti bajingan terhadapku?" Cassidy  berteriak mengambil perhatianku. Aku tidak berbicara selama setengah  menit, berfikir dua kali tentang keputusanku dan akhirnya berjuang  mengambil kesimpulan.

"Kurasa kita  harus...berteman, Cassidy." Aku akhirnya mengeluarkan kalimat itu tidak  membuat kontak dengannya. Setelah beberapa detik terjadi keheningan, aku  memincingkan mataku padanya. Ini membuat ia jelas kaget tapi ia tidak  tersakiti. Itulah intinya, tidak ada perasaan diantara kami dan tidak  akan pernah. Ini semua hanyalah permainan dan aku muak akan itu, aku  tidak ingin bermain itu. Ia menang.

"Kau membuangku?" Ia  menjaga jari telunjuknya di dadanya sebelum menaikki alisnya. Ia tidak  perduli, aku tahu itu. Aku mengangguk, memutar ke arah Beth. Matanya  bertemu denganku; aku mencari setidaknya, semacam sebuah terhadapku.  Kalau mungkin ia sedikit menginginkanku. Tak ada.

"Ini karena jalang itu kan?"

"Dia bukan jalang."

"Ia selalu bersikap jalang terhadapmu Harry kumohon..." Aku menyela.

"Aku mencintainya."

Ia harus berhenti  memanggilnya dengan sebutan itu atau aku bersumpah demi Tuhan aku akan  mengatakan sesuatu yang akan kusesali nantinya.

"Mencintai perempuan sialan itu? Aku seharusnya tahu betapa rendahnya engkau. 'Cinta'."

"Jika kau berhenti menjadi jalang murahan mungkin kau akan merasakan perasaan yang sama terhadap orang lain."

Aku tak tahu apakah itu  masuk akal tapi itu apa yang ia inginkan. Aku kehilangan kesabaranku; ia  tahu cukup baik untuk tidak main-main denganku. Ia seharusnya tahu  untuk tidak mengatakan apa-apa kepada Beth. Aku muak dengan drama ini.

"Kau bersikap seperti bajingan." Ia menyembur.

"Enyahlah."

Itu lebih mudah dari  yang kuduga. Ia menghela sebelum membuka pintu dengan frustasi dan  membantingnya ketika ia keluar. Aku mengeluarkan nafas dalam, menghantam  kepalaku di setiran. Kepalaku berputar; perutku terasa lebih sakit dari  kepalaku dan ini semua membuatku benar-benar gila.

Aku tak tahu apa yang  harus kulakukan sekarang tapi di satu sisi aku senang bahwa tak akan ada  lagi Cassidy di hal ini karena tentu ia adalah masalah besar untuk  diatasi. Belakangan ini, aku hanya membutuhkan istirahat. Aku harus  meminum pil Advil sebelum pergi tidur, mengambil jangka waktu yang lebih  lama sebagai jaga-jaga.

When we're 19 (Indonesian Translation)Where stories live. Discover now