Bagian 17

469 54 2
                                    

Beth's P.O.V.

"Beth! Ambil tabletmu."  Aku mendengar Megan memarahiku dari ambang pintu. Aku menggeram,  menggelengkan kepalaku untuk ketiga kalinya. Ia akan marah, Aku yakin.  Aku berbaring di sofa ruang tamu membaca salah satu buku yang kubeli.  Pada saat aku bangun hari ini jam menunjukkan pukul 12:30 siang dan  semuanya telah pergi berjemur atau entahlah.....bahkan mereka. Kepalaku  sangat berdenyut.

Setelah mabuk dan menangis sejadi-jadinya sepanjang malam, tentu ini akan terjadi.

"Beth! Aku sedang bicara  padamu, sialan." Buku itu menutupi wajahku jadi aku tak dapat  melihatnya atau keadaan sekitar. Aku menyukai itu tapi ia selalu meledak  setiap saat. Aku memutar bola mataku, membiarkan buku itu jatuh ke  dadaku. Bukannya Megan, mataku malah melesat pada seorang pria yang  duduk di sofa dihadapanku, Harry. Hatiku sakit dan berdebar pada saat  yang bersamaan. Aku segera pulih dengan cepat dan kembali melihat ke  Megan. Berapa lama ia telah duduk disini? Mengapa ia disini?

Aku bangkit,  menyilangkan kakiku. Matanya masih padaku tapi aku menahan diri untuk  bahkan memberinya pandangan sekilas. Aku harap aku dapat melempar buku  ini pada wajahnya jadi ia dapat berpaling lalu kembali padanya agar ia  merasa lebih baik. Wow.

"Nyalakan T.V. Aku akan  kembali dengan beberapa gelas kopi." Ia menyodorkanku gelasnya dan dua  buah pil. Aku melihatnya dengan tatapan memohon, mencoba untuk  memberinya isyarat agar tidak meninggalkanku sendiri dengan Harry. Dan  ia tidak memahaminya, seperti dugaanku. Ia berbalik dan bertanya pada  Harry.

"Ingin secangkir?" Aku  melihat kebawah telapak tanganku, melempar dua pil berwarna putih itu ke  mulutku. Aku menelan air dinginnya, mendengarkan jawaban Harry.

"Tidak, Makasih. Kami baru saja ingin pergi." Ohh.

"Ya, Cass memberitahu diriku. Kalian akan kemana sebenarnya?" Ouch.

"Baiklah, ada Festival di salah satu daerah sekitar. Kurasa aku akan membawanya kesana." Mengapa terasa seperti ada sebuah jarum yang menusuk hatiku?

"Itu sangat romantis,  Styles!" Megan bertepuk tangan, keluar dari ruangan. Aku kembali menuju  meja kopi yang berbentuk bundar, meletakkan gelas kosong diatasnya. Aku  merasakan bagian kecil dari perutku terlihat selagi aku meregangkan  tubuhku. Aku perlahan duduk tegak, merasakan ia menatap aksiku dengan  seksama. Pipiku sedikit memerah tapi aku bangkit sebelum ia dapat  menyadarinya. Pria ini aku bersumpah akan mendapatkan tamparan dariku  cepat atau lambat. Ia sangat menyebalkan dan.....Aku telah jatuh cinta  padanya bahkan tanpa kesadaranku.

Aku menggenggam remote  sebelum kembali menjatuhkan diri ke sofa. Aku menahan diriku agar tidak  memberinya pandangan sekilas dan berhasil, untuk pertama kalinya  kurasa. Matanya akhirnya meninggalkan wajahku dan melihat ke arah T.V.  yang bersinar.

Saluran yang pertama  muncul adalah Star World dan acara yang belakangan ini sedang mengudara  adalah 'Grey's Anatomy.' Aku tidak pernah benar-benar menonton acara ini  sebelumnya tapi sekarang aku akan menonton apapun agar memecahkan  kecanggungan diantara kami. Tapi aku hanya berdoa agar acara ini tidak  menampilkan adegan apapun yang hanya akan menambah situasi ini menjadi  semakin canggung.

"Jika kau mencintai  seseorang, kau harus memberitahu mereka. Bahkan jika kau takut kalau itu  bukanlah hal yang tepat. Bahkan jika kau takut kalau itu akan  menimbulkan masalah. Bahkan jika kau takut kalau itu akan meledakkan  hidupmu ke tanah, kau harus mengatakannya, dan kau harus mengatakannya  keras-keras dan kau akan mulai dari sana."

Pria itu, Mark. Yang lainnya berperan sebagai perempuan, memarahi aktor tersebut.

Kalimatnya menyentuhku,  sangat menyentuhku. Itu hanya....Aku tak tahu. Aku merasa sangat  tersentuh akan kalimatnya. Terasa seperti nasihat kecil yang kubutuhkan  akan situasiku sekarang. Aku mulai berfikir lebih dalam akan  perkataannya, pikiranku mengarahkanku ke kesimpulannya setiap saat.  Untuk memberitahunya. Untuk memberitahu ia kebenarannya. Tapi aku tahu  ini tak ada gunanya. Aku akan membuat diriku sendiri terlihat bodoh jika  aku memberitahunya.

Ia tidak menginginkanku lagi. Ia memiliki orang lain, orang yang layak mendapatkannya.

"Beth." Kepalaku  menengok ke arah cangkir yang disodorkan di hadapanku. Aku mendongak ke  arah Megan dan memaksakan senyum, mengambil cangkir hangat itu dari  tangannya. Aku menggerakkan bibirku mengucapkan terima kasih sebelum  membawa cangkir itu mendekati bibirku. Aku mengerutkan bibirku dan  meniup udara untuk mendinginkan temperatur cairan yang panas itu.

Aku secara tak sadar  melihat Harry. Sayangnya, ia telah menatapku lebih dulu tapi ia segera  berpaling ketika mata kami bertemu. Aku merasakan hatiku meloncat  beberapa saat tapi setelah itu aku kembali ke realita.

"Aku siap sayang!" Suara  cempreng itu bergema di seluruh lorong. Kepalaku tertunduk ke cangkir  yang berada di tanganku. Aku yakin jika aku mendongak akan membuat  hatiku bahkan lebih tersakiti. Aku mulai meniup cangkirnya kembali,  hanya untuk menghilangkan pikiranku darinya dan situasi yang telah  diciptakan di ruangan ini setelah kehadiran Cassidy.

"Kau telihat cantik,  seperti biasanya." Harry berbicara, tak mengetahui bahwa betapa sakitnya  itu bagiku. Mengapa ia bahkan peduli? Aku benar-benar pantas  mendapatkan rasa sakit ini.

"Jangan menghabiskan banyak energi. Simpanlah untuk pesta malam ini!" Megan mengingatkan, mengingatkanku tentang acara ini juga.

Aku mendengar beberapa anggukan sebelum langkah kaki yang menghilang di sepanjang lorong.

Jadi malam ini aku akan  mencoba untuk terlihat sebaik mungkin, sebaik mungkin sebagai arti  seseksi mungkin. Aku tidak akan membiarkan Harry atau Cassidy  menyakitiku malam ini. Aku tidak akan. Aku akan bersenang-senang dengan  teman-teman yang datang bersamaku. Megan, Matt dan Jim. Kami akan  bersenang-senang bersama. Aku tidak akan peduli sama sekali  tentang...mereka...walaupun aku tahu hal ini masih membunuhku mengetahui  bagaimana mereka akan pergi bersama.

Tidak! Aku tidak akan membiarkan mereka membuatku lemah seperti ini.

~~~~~~~~~~~~~~~

When we're 19 (Indonesian Translation)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz