Bagian 34

534 37 1
                                    

BETH'S P.O.V.

Selangkangannya membuat  kontak dengan kulitku, tubuhku menegang. Tonjolan bergetar itu jelas  dibawah sentuhanku dan aku menghirup napas.

Ia menghela napas di  pipiku, napas hangatnya meniup wajahku dan napasku tercekik. Bibir  menekan ciuman lembut di rahangku, rambutnya menggelitik wajahku.  Kekehan keluar dari mulutku selagi aku melingkarkan lengan disekitar  lehernya. Setelah meninggalkan jejak ciuman basah di rahangku, ia  meletakkan sesaat bibirnya padaku. Dadaku kembang-kempis, napas kami  saling menekan bibir satu sama lain.

"Aku mencintaimu." bisik  Harry di bibirku membuatku tersenyum. Sebelum aku dapat meresopn  pernyataannya, ia mengambil bibir bawahku diantara giginya. Lidahnya  memainkan bibir bawahku sebelum ia menekan bibir penuhnya padaku. Ciuman  ini lebih pelan dari yang kami bagi sebelumnya. Lebih bergairah, dan  terasa nikmat. Kupu-kupu mulai menyita perutku selagi bibirnya berpindah  dalam kecepatan lebih, menunjukkan kerasukan yang coba ia kontrol tapi  gagal. Aku tersenyum akan keinginannya terhadap sesuatu yang sangat  normal.

Harry meminta ijin untuk  memasukiku, tangannya menangkup pipi kananku. Aku memberinya ijin,  memindahkan tanganku ke dada kerasnya yang kuat. Setelah mengambil cukup  waktu untuk saling menelusuri satu sama lain, bibirnya memisah dariku,  meninggalkan jejak ciuman lembab ke rahang dan leherku.

Aku mendorongnya dengan  semua paksaan membuatnya terhuyung kebelakang dan memberiku ruang untuk  meloncat. Sangat seru menggodanya. Aku berbalik ke air hangat dan  mematikan kompor. Sebelum aku dapat meraih kantung teh, Harry  mengambilnya. Aku berbalik ke hadapan ia
mencoba mengambil itu tapi ia mengangkatnya.

Ia tertawa kecil  sementara aku mencoba menyentak kotak itu dari tangannya tapi ia semakin  meninggikannya setiap saat aku mencoba.

"Harry!"

"Kau dapat mengambilnya  nanti, cinta kumohon." Penggunaannya akan kata 'cinta' membuat diriku  gelisah. "Kau tahu bahwa aku tak akan membiarkanmu tenang." ia tertawa,  saling menekan kening kami berdua.

Aku menghela mencoba menyembunyikan senyum tapi tak berhasil, ia selalu terlalu menggemaskan untuk tidak disenyumi.

Aku mendongak pada pria  yang menjalin jari kami berdua. Mata kami saling terkunci satu sama lain  selama lebih lama dari yang kuduga, bibirnya mengerucut menyeringai. Ia  melepas jari kami, aku sedikit kecewa tapi ia mengangkatku dan  menaruhku di meja dapur. Berdiri di posisi sebelumnya, tangannya menuju  rambutku melepaskan ikatannya. Rambutku jatuh, jarinya menjalar diantara  rambutku untuk merapihkannya. Tatapan tajam kembali ke wajahku,  tangannya menangkup daguku selagi ia mengusap ibu-jari di bibir bawahku.

"Apakah ada yang pernah  menyentuhmu?" bisik Harry, matanya berjentik ke bibirku dimana  ibu-jarinya telah bermain sangat baik. Aku sedikit mengerti maksud  pertanyaannya namun masih harus mengkonfirmasi sebelum berbicara.

"A-apa?" napasku sudah memberat.

"Apakah ada yang pernah  membuatku merasakan nikmat? Seperti memberimu orgasme?" Ia berbicara  tentang seks kan? Apakah ia berencana untuk bercinta denganku? Tapi ini  baru beberapa minggu saja. Sial, tenanglah Beth.

"A-aku masih perawan,  Harry." Ketiba-tibaan dan rasa terhibur terlintas di matanya selama  beberapa saat hingga ia terkekeh mencoba untuk menutupinya. Aku  merasakan pipiku merona malu. Aku tak percaya aku berbicara tentang ini  dengannya.

"Kau tidak akan  kehilangan perawanmu begitu saja." Ia terkekeh menggeleng, rambutnya  berjentik dari sisi ke sisi. Aku tak pernah melihat ia sesempurna ini  sebelumnya, ia terlihat gembira dan itu membuat senyumku mendalam.

When we're 19 (Indonesian Translation)Where stories live. Discover now