BETH'S P.O.V.
Selangkangannya membuat kontak dengan kulitku, tubuhku menegang. Tonjolan bergetar itu jelas dibawah sentuhanku dan aku menghirup napas.
Ia menghela napas di pipiku, napas hangatnya meniup wajahku dan napasku tercekik. Bibir menekan ciuman lembut di rahangku, rambutnya menggelitik wajahku. Kekehan keluar dari mulutku selagi aku melingkarkan lengan disekitar lehernya. Setelah meninggalkan jejak ciuman basah di rahangku, ia meletakkan sesaat bibirnya padaku. Dadaku kembang-kempis, napas kami saling menekan bibir satu sama lain.
"Aku mencintaimu." bisik Harry di bibirku membuatku tersenyum. Sebelum aku dapat meresopn pernyataannya, ia mengambil bibir bawahku diantara giginya. Lidahnya memainkan bibir bawahku sebelum ia menekan bibir penuhnya padaku. Ciuman ini lebih pelan dari yang kami bagi sebelumnya. Lebih bergairah, dan terasa nikmat. Kupu-kupu mulai menyita perutku selagi bibirnya berpindah dalam kecepatan lebih, menunjukkan kerasukan yang coba ia kontrol tapi gagal. Aku tersenyum akan keinginannya terhadap sesuatu yang sangat normal.
Harry meminta ijin untuk memasukiku, tangannya menangkup pipi kananku. Aku memberinya ijin, memindahkan tanganku ke dada kerasnya yang kuat. Setelah mengambil cukup waktu untuk saling menelusuri satu sama lain, bibirnya memisah dariku, meninggalkan jejak ciuman lembab ke rahang dan leherku.
Aku mendorongnya dengan semua paksaan membuatnya terhuyung kebelakang dan memberiku ruang untuk meloncat. Sangat seru menggodanya. Aku berbalik ke air hangat dan mematikan kompor. Sebelum aku dapat meraih kantung teh, Harry mengambilnya. Aku berbalik ke hadapan ia
mencoba mengambil itu tapi ia mengangkatnya.Ia tertawa kecil sementara aku mencoba menyentak kotak itu dari tangannya tapi ia semakin meninggikannya setiap saat aku mencoba.
"Harry!"
"Kau dapat mengambilnya nanti, cinta kumohon." Penggunaannya akan kata 'cinta' membuat diriku gelisah. "Kau tahu bahwa aku tak akan membiarkanmu tenang." ia tertawa, saling menekan kening kami berdua.
Aku menghela mencoba menyembunyikan senyum tapi tak berhasil, ia selalu terlalu menggemaskan untuk tidak disenyumi.
Aku mendongak pada pria yang menjalin jari kami berdua. Mata kami saling terkunci satu sama lain selama lebih lama dari yang kuduga, bibirnya mengerucut menyeringai. Ia melepas jari kami, aku sedikit kecewa tapi ia mengangkatku dan menaruhku di meja dapur. Berdiri di posisi sebelumnya, tangannya menuju rambutku melepaskan ikatannya. Rambutku jatuh, jarinya menjalar diantara rambutku untuk merapihkannya. Tatapan tajam kembali ke wajahku, tangannya menangkup daguku selagi ia mengusap ibu-jari di bibir bawahku.
"Apakah ada yang pernah menyentuhmu?" bisik Harry, matanya berjentik ke bibirku dimana ibu-jarinya telah bermain sangat baik. Aku sedikit mengerti maksud pertanyaannya namun masih harus mengkonfirmasi sebelum berbicara.
"A-apa?" napasku sudah memberat.
"Apakah ada yang pernah membuatku merasakan nikmat? Seperti memberimu orgasme?" Ia berbicara tentang seks kan? Apakah ia berencana untuk bercinta denganku? Tapi ini baru beberapa minggu saja. Sial, tenanglah Beth.
"A-aku masih perawan, Harry." Ketiba-tibaan dan rasa terhibur terlintas di matanya selama beberapa saat hingga ia terkekeh mencoba untuk menutupinya. Aku merasakan pipiku merona malu. Aku tak percaya aku berbicara tentang ini dengannya.
"Kau tidak akan kehilangan perawanmu begitu saja." Ia terkekeh menggeleng, rambutnya berjentik dari sisi ke sisi. Aku tak pernah melihat ia sesempurna ini sebelumnya, ia terlihat gembira dan itu membuat senyumku mendalam.
![](https://img.wattpad.com/cover/142327270-288-k424249.jpg)
YOU ARE READING
When we're 19 (Indonesian Translation)
Fanfiction"Kesepakatan kita adalah 19." bisik Harry, hidung kami saling bersentuhan dengan genit. Lesung pipinya terlihat semakin dalam dari kedua sisi seiring dengan tawa yang keluar dari mulutku. "Aku milikmu." {buku ini terjemahan indonesia dari buku yang...