Bagian 23

461 50 0
                                    

BETH'S P.O.V.

"Mengapa selalu engkau  yang menyelamatkanku?" Setelah semua pertanyaan dan banyaknya situasi  akan hal-hal yang dapat ku katakan, ini saja yang keluar dari mulutku?

Memarahi diriku karena  bersikap seperti idiot dan tidak berkata yang sejujurnya ketika aku  seharusnya berbicara lebih banyak hal lagi. Ini seharusnya menjadi  kesempatan, aku seharusnya dapat mengakatakan semuanya ke Harry dan  mungkin hal akan berubah pada...kami. Tapi bagaimana ia belum memutar,  bagaimana tangannya melepaskan cengkeramannya dariku, siapapun bisa saja  memprediksi dengan sederhana bahwa ia tidak ingin menjawab atau bahkan  memulai percakapan sederhana denganku. Tapi mengapa? Bicara denganku  tidak akan menjadi masalah kan? Apakah ia semarah itu? Apakah ia  benar-benar memandang rendah diriku?

"Ayolah." Ia bergumam,  menarikku dengan lembut. Ia mengganti topiknya. Itu membuatku geram  setiap menitnya. Aku harus bicara padanya.

"Tidak." Aku berbicara  seksama. "Harry, bicaralah padaku." Dan tangannya melepas cengkeramannya  dariku, tanganku jatuh ke sisiku. Ia belum melihatku tapi aku tahu  bagaimana ia memperjuangkan pilihannya. Ia tak ingin berbicara denganku;  aku sangat tahu itu sekarang. Sakit sebenarnya, sangat.

Ia berbalik, matanya  mencariku. Itulah ketika harapanku meningkat, ia ingin mendengarkanku.  Apakah ia akan benar-benar mendengarkanku?

"Cassidy sedang menunggu  di mobil." Dan itulah jawaban dari pertanyaanku. Jawaban yang membuatku  melupakan pertanyaanku, alasanku dan penjelasanku. Aku merasakan rasa  sakit di dadaku. Aku merasakan lubang itu bertumbuh lebih dalam kali  ini. Ia tahu bagaimana menutup mulutku.

Ia memutar, mengambil  beberapa langkah. Aku mengambil itu sebagai respon dari pertanyaan bodoh  dan cerobohku lalu mengikutinya, menjaga jarak yang pas diantara tubuh  kami. Ia akan berada di mobil, Cassidy akan berada di mobil, aku akan  berada di mobil. Pikiranku bisa gila. Aku butuh istirahat, sialan.

Tidak terlalu jauh, aku  melihat mobil Jeep Matt dan Cassidy duduk di kursi penumpang. Aku hanya  merasa seperti ingin berbalik dan menjauh dan pulang ke rumahku tapi aku  tahu setelah apa yang telah terjadi beberapa saat lalu aku tidak  memiliki kekuatan atau aku tidak akan berfikir untuk kabur seperti ini  lagi, tak akan.

Aku memanjat di kursi  belakang, kursi di belakang Cassidy sementara Harry mengunci sabuk  pengamannya di kursi kemudi. Aku benar-benar was-was akan kecanggungan  yang terbentuk diantara kami hanya dalam beberapa detik. Cassidy  berbicara sesaat kami berada di mobil.

"Kalian tadi kemana?"

"Aku membeli pil mu, antriannya cukup panjang." Harry berbohong, memasukkan tangannya di celana jeans  ketat yang ia kenakan, aku menatap pergerakkannya dengan seksama. Ia  menyodorkan Cassidy sebuah paket dan meletakkan tangannya di setir  mobil.

"Terimakasih banyak."  Cassidy mencicit sebelum meregang untuk menanamkan ciuman di pipinya.  Kepalaku menunduk ke tanganku, menggigit di dalam pipiku tanpa alasan.  Aku tidak seharusnya melihat mereka hanya untuk menghindari reaksi  dariku tapi itu sangat sulit untuk tidak melihat ketika kau tahu ada  sesuatu yang salah. Sesuatu yang membunuhmu sekaligus.

Ketika aku mendongak,  mataku langsung bertemu Harry dari kaca spion. Aku memutar pandanganku,  melihat ke jendela. Aku membenci ini. Jeepnya akhirnya dinyalakan, Harry  keluar dari parkiran. Pandanganku tetap pada tangannya yang  mencengkeram setir mobil dengan kuat. Cincinnya bersinar melalui setiap  lampu jalanan yang terlewat. Untuk seorang pria, tangannya benar-benar  indah. Jika itu masuk akal.

"Beth?" Cassidy menarik  perhatianku, memecahkan lamunanku. Setakut-takutnya aku dengan  pertanyaannya aku memutuskan untuk mengambil itu sebagai kesempatanku  untuk bagaimanapun menghinanya setidaknya sekali. Aku menjaga  pandanganku di tangan Harry dan berbicara. Itu tidak seperti ia dapat  melihatku.

"Ya?"

"Apa kau dan  Jim...seperti..bersama atau apapun?" Bukannya pertanyaannya, pikiranku  terfokus pada tangan Harry. Genggamannya di setir mobil semakin  mengerat, otot di tangannya berkontraksi memberiku petunjuk akan  genggamannya yang kuat. Mataku lalu mencari wajahnya, aku hanya dapat  memandang pipi kirinya. Rahangnya menegang....

"Beth?" Aku kembali  diinterupsi oleh Cassidy. Aku menggeleng mendorong pikiran itu dan  berfikir akan sebuah jawaban untuk pertanyaannya yang tak terduga.

"Aku bertanya kepada ses..." Ia disela oleh Harry.

"Apakah obat itu benar?"  Ia bertanya. Ia kembali mengganti topiknya, aku tahu. Apakah ia  memiliki kebiasaan mengganti topik? Itu terlihat seperti itu.

"Ya..." Cassidy melebih-lebihkan jawabannya. "Omong-omong, Beth aku hanya...." Ia kembali diganggu oleh pria yang sama.

"Bisakah kau memeriksanya?" Suaranya menyimpan perasaan marah.

"Aku akan memeriksanya nanti Harry, biarkan aku berbicara pada Beth." Suaranya menyimpan rasa jengkel.

Apa-apaan ini!?!

Mobilnya berhenti  membuat tubuhku meloncat ke depan tapi aku meletakkan tanganku di kursi.  Aku melihat keluar jendela dan melihat rumah itu hanya berada di  sebrang jalan. Aku tahu aku akan dimarahi habis-habisan.

~~~~~

When we're 19 (Indonesian Translation)Where stories live. Discover now