01. Ketidaksengajaan

Start from the beginning
                                    

Bagaimana tidak? Saat ia dengan rela dan siaga untuk menolongnya. Justru ia yang sedang dalam situasi bagai telur di ujung tanduk, masih tampak berpikir dua kali untuk menerima bantuannya?

"Bergeraklah, pegang tali itu dengan erat, jika kau ingin selamat!"

Ia benci diperintah. Lalu sekarang gadis keras kepala itu berani memerintah dengan meriakinya? Jika bukan karena posisinya yang tak beruntung ia tidak akan pernah mau menuruti intruksi gadis itu.

"Ck, ya ampun...Ternyata ada manusia langka sejenis ini?" gerutu Neira.

Sedikit demi sedikit kaki laki-laki itu menanjak dan menolak sisi tebing. Dapat dipastikan kedua telapak tangannya memar. Ia terluka yang menimbulkan panas disertai pedih di sana.

Butuh waktu sangat lama, hingga akhirnya tangan lelaki itu berhasil menggapai puncak tepi.

Neira berjongkok lalu mengulurkan tangan kanannya sedangkan tangan kirinya berpegangan pada tali itu.

Ia tergopoh-gopoh. Bersusah payah menarik tubuhnya, sebab berat tubuh laki-laki itu tak sebanding dengan tenaganya yang tidak cukup kuat untuk segera membawa lelaki itu naik ke atas dengan selamat.

Beberapa menit lamanya hingga kedua kaki laki-laki beranjak dari tepi dan berdiri dengan kelegaannya.

Tiba-tiba karena kaki Neira terkilir dan dia amat lelah membuat tubuhnya limbung seketika...

Namun, nyatanya tubuhnya tidak terjerembap menyentuh tanah. Wajah berpeluh keringat Neira yang pias itu menunjukkan ekspresi lega.

Neira bersyukur rupanya ada sebuah lengan kekar yang menahan tubuhnya.

Lengan kekar?! Sepertinya ia hampir melupakan sesuatu.

Sejurus kemudian ia melongak dengan kesadaran penuh.

Sepasang iris mata Neira tepat mamandang pada satu titik iris mata gelap pekat. Mereka saling menatap dengan jarak yang dekat.

Neira dapat memandang dengan jelas wajah tampan yang kini tepat di hadapan.

Apa yang dia lakukan?!

"Hei, lepaskan!" Perintah Neira agar laki-laki itu segera melepaskannya dengan maksud membantu menarik Neira untuk tegak berdiri kembali.

Namun yang didapatnya...

"Aww!" Pekik Neira kesakitan. Tubuh lelahnya telah terjerambap keras di atas tanah sebab tangan kekar yang menahan tubuhnya, seketika itu dengan cepat melerai pelukannya.

"Kau kira tidak sakit?" Bentak Neira dalam sorot mata yang tajam memandang laki-laki itu, dengan peluh lelah yang kembali luruh di wajahnya. Rahangnya mengetat menahan emosi.

"Kau..." ucap Neira meringis di ujung kalimatnya menahan sakit saat telapak tangan kanannya menyentuh siku kirinya yang terasa pedih karena terluka.

"Beginikah caramu membalas orang yang telah menolongmu?" tambahnya dengan nada geram setelah bangkit perlahan.

"Aku tidak sengaja," jawab ringan laki-laki itu, lalu berniat melenggang pergi.

"Hei berhenti!". Ucap Neira. "Kau ini sangat keterlaluan!" geramnya lagi. "Bukankah seharusnya ada yang kau ucapkan sebelum pergi?"

Bukankah seharusnya ia meminta maaf atas kekacauan yang ia buat? atau paling tidak berterima kasih kepadaku?

"Aku tidak merasa berutang budi. Aku bahkan tidak mengemis pertolongan darimu." Lelaki itu tergelak sinis di ujung kalimatnya tanpa merasa berdosa telah menyebabkan orang yang telah menolongnya terluka.

"Dasar orang tidak tau diuntung dan tidak punya sopan santun" gerutunya lagi, penuh kekesalan. Anak kecil saja tahu cara menghargai orang yang memberinya permen.

"Apakah aku harus mengucapkan terima kasih?" ucap lelaki itu dengan nada mengejek, posisi tubuhnya masih membelakangi Neira.

"Lupakan!" bentak Neira, dengan raut wajah memerah, bukan karena malu melainkan menahan amarah. "Lelaki menyebalkan!"

"Kuharap ini kali terakhir!" gerutunya kemudian meninggalkan lelaki itu, dengan langkah keras, beringsut menyusuri setapak jalan di lereng gunung itu.

Ditengah jengkelnya tetapi tetap tidak disangkal Neira jika laki-laki tadi lumayan tampan. Ralat, sangat tampan bahkan Neira saat menatapnya sempat terpesona sebelum akhirnya tersadarkan oleh sikap dan tutur kata laki-laki itu. "aku pasti sudah hilang akal sampai memujinya," geramnya, masih mengingat kejadian tadi.

Sebenarnya sangat disayangkan bagaimana bisa ada seorang laki-laki yang rupawan. Namun, bertingkah menyebalkan bahkan terkesan tak berperasaan ditambah lagi sikapnya tidak sopan, apalagi terhadap orang yang tidak dikenal.

Neira merutuki kesialannya karena telah berjumpa dengan manusia sepertinya, ah lupa bahkan menolongnya.

Kenapa aku beberapa bertemu laki-laki menyebalkan semacam ini? sesalnya dalam hati. "Aaa sial!" gumamnya frustasi.

TBC...

Revisi, 1 Februari 2020❤

Salam!
~
'BERDETAK' : Berakhir dengan Takdir.
~

Semoga 'berdetak' selalu di jantung kalian, karena sebuah rasa yang tak mampu diluapkan.😅

>%%%<

Hai kawan semua gimana ceritanya?
Lanjut nggak nih?
Setelah baca jangan lupa kasih vote dan komen ya... 😉
Terima kasih 😍

BERDETAK (Berakhir dengan Takdir) {TAMAT}Where stories live. Discover now