Part 36

12.3K 622 71
                                    

"Gimana Singapore Sa, betah gak?" Tanya Alif saat mereka mereka bertiga sedang bersantai ditaman belakang rumah Naufal.

Posisinya, Naufal sedang duduk pada kursi panjang besi sedangkan Alif dan Khansa sedang berayun pada ayunan besi yang ada didalam taman itu.

"Alhamdulillah seru kak. Aku menikmati proses pengobatannya.  Oh yah, aku mau ngucapin terimah kasih kepada kak Alif udah jagain Naufal selama aku tidak ada didekatnya." Ujar Khansa dengan senyum tulus dibibirnya. Pandangannya kemudian beralih pada Naufal yang kini sedang sibuk dengan ponselnya.

Alif tertawa garing.
"Gak perlu berterimah kasih, aku juga gak ngapa-ngapain. Dia terlalu keras untuk di didik." Sahut Alif ikut memandang kearah Naufal.

Khansa tersenyum kecil.
"Boleh aku minta bantuan untuk yang kedua kalinya?" Tanya Khansa yang kini menatap wajah Alif dengan serius.

"Jangan bilang kalau mau nitip Naufal lagi... Enggak, aku bukan tempat penitipan barang." Kata Alif disusul tawa dari Khansa. Alif ikut tertawa saat mendengar tawa Khansa yang benar-benar terdengar tulus.

"Tau aja kak. Hahahaa.. sebagai kakak yang baik, kak Alif harus jagain adik kakak. Didik dia jangan sampai jatuh ke lubang sama. Itu tanggungjawab kakak loh." Ujar Khansa disela tawanya.

"Kok semuanya diserahin ke kakak sih, lalu tanggungjawab kamu apa sebagai kekasihnya?" Protes Alif.

Khansa kembali tertawa,"tugas aku kan hanya mencintainya sampai kami kembali di pertemukan di jannah-Nya." Katanya sambil menaik turunkan alisnya.

Melihat tingkahnya yang konyol, Alif memukul kepala Khansa dengan sebuah buku tipis.
"Dasar." Gumamnya dengan pandangan kembali mengarah pada Naufal.

"Oh iya, katanya kamu sekelas sama Prisca yah?" Tanya Alif sambil mengetik sebuah pesan.

Alif:
Sekarang lagi dimana?

Send to Keira.

"Iya kak, kami sekelas tapi udah tiga hari ini dia gak masuk. Kak Alif kenal Prisca?" Tanya Khansa penasaran.

Alif tersenyum kecil. Ia kembali meletakkan ponselnya kedalam saku celananya.
"Kakak kenal dia waktu kalian abis kecelakaan dan di rawat dirumah sakit. Kamu ingat gak sama dokter Bram yang ngerujuk kamu ke Singapore?"

Khansa terlihat berpikir sejenak sambil memegangi dagunya. Dan beberapa detik kemudian, ia menjentikkan jarinya keatas.
"Ingat kak, ingat. Ada apa dengan dokter Bram?" Tanya Khansa kembali.

"Dokter Bram itu papanya Prisca. Dan kebetulan waktu itu penyakitnya Prisca sedang kambuh dan harus dirawat dirumah sakit. Disitu secara gak sengaja kami ketemu dan kenalan." Jelas Alif.

"Jadi Prisca punya penyakit? Naufal tau gak soal ini?" Tanya Prisca dengan nada penasaran.

Alif mengangguk kecil. Pandangannya kembali mengarah pada Naufal yang kini telah bangkit dari tempatnya berjalan menuju dimana mereka sedang berbincang dengan sebuah gitar ditangannya.

"Lebih jelasnya, kamu tanya ama Naufal gih. Dia jauh lebih tau tentang Prisca." Lirih Alif sebelum akhirnya bangkit dari duduknya untuk menjawab panggilan masuk dari ponselnya.

"Bentar ya Sa. Aku terimah telfon dulu." Katanya pamit.

Khansa menanggapi dengan anggukan kecil.

Naufal duduk pada ayunan besi tepat didepan Khansa tempat dimana Alif tadi telah duduk. Melihat senyum hangat Khansa menyapanya, tangannya terjulur membelai lembut pucuk kepala Khansa.

"Besok pagi mama ama papa akan kembali." Ujarnya memecah keheningan.

"Kok tumben, mereka udah janjian yah?" Tanya Naufal dengan alis hampir bertaut satu sama lain.

Asmara Anak SMAWhere stories live. Discover now