Tiga Belas 😮

1.1K 71 0
                                    

Mayang.

Saat kubuka mataku, kudapati di sekelilingku pepohonan. Aku berputar dan menemukan tendaku ada di sebrang sana, tertutup beberapa pohon.

"What the fuck!" Saat situasi begini aku merasa tolol dan wajib memaki diri sendiri. Yeah, aku punya kebiasaan tidur sambil jalan, dan cukup parah. Sampai pernah membahayakan nyawaku sendiri.

Ketika berusia sepuluh tahun, aku menginap di rumah mendiang nenekku. Tengah malam tiba semua sudah terlelap tidur begitu juga aku. Hanya saja aku sedikit berbeda, aku bisa berjalan ketika tidur tanpa aku sadari. Seolah aku mengikuti suara panggilan dari jauh, aku berjalan menuju suara tersebut. Berjalan ke belakang rumah, dimana di sana ada rel kereta api yang alarm peringatannya sedang berbunyi. Nyaris saja hidupku berakhir, jika saja abangku tidak datang.
Dan sejak hari itu, Ayah dan Ibu tidak pernah menginzinkan aku untuk menginap lagi di rumah nenek, bahkan di rumah siapa pun.

Aku sekarang harus bersyukur karena tersadar dan bangun, sebelum akhirnya aku berjalan terlalu jauh ke dalam hutan dan tersesat. Tak bisa kubayangkan kalau itu sampai terjadi.

Aku berbalik dan baru saja mau melangkah kembali ke pertendaan, tapi tiba-tiba tak sengaja kudengar suara keretak ranting yang terinjak di belakangku. Kembali menoleh ke belakang, dan kutatap keremangan di sana, dan di balik pohon-pohon yang tak jauh itu seperti ada kelebat-kelebat misterius.

Jika kau jadi aku, apa yang akan kau lakukan? Pasti berlari secepatnya ke daerah pertendaan. Namun hal bodoh baru saja kulakukan, aku mendekatinya.

Dengan keadaan tidak siap melawan tiba-tiba saja seseorang membekapku dari belakang. Dia menyeretku ke balik semak-semak dengan kekuatannya. Ia terus memebawaku ke dalam hutan. Aku meronta tapi tenagaku sepertinya tidak ada apa-apanya. Kedua tanganku akhirnya diringkus ke belakang punggung, dan rasanya itu sakit sekali. Aku terus terseret diatas kecepatan kakinya. Perih dari luka baret terasa disetiap bagian tubuhku yang tergores apa pun yang aku lewati.

God help me, someone help me. Pintaku dalam hati.

.
.
.

Author.

Mahesa langsung terperanjat, ia menoleh ke kasur rawat dan tidak dapat menemukan Mayang di sana. Beringsut dia pergi mengecek keluar.
Ia celingukan mencari ke sana ke mari. Sampai akhirnya suara teriakan yang tertahan terdengar dari arah hutan. Segera saja ia berlari ke sumber suara. Menerobos gelap, melewati semak belukar dan ranting yang tak jarang menggores bagian sisi tubuhnya.

Melotot, dia melihat Mayang diseret didepan matanya. "Woy!!" teriaknya. Lelaki bertopeng yang menyeret Mayang menoleh dan dengan terburu-buru ia berlari sampai ia menuruni jalan yang curam. Lelaki itu tergelincir bersama dengan Mayang. Terus berguling ke bawah diiringi teriakan dari Mayang.

"Ecaa!!"

Mahesa ikut turun, tak peduli bahaya sekalipun. Tubuhnya berusaha tetap tegap mengikuti gravitasi dengan tanah dan daun basah yang licin. Ketika sampai di bawah Mahesa beringsut menarik lelaki yang hendak melarikan diri. Tapi dengan sergap lelaki itu menonjok wajahnya. Mahesa terjatuh, kontan ia merasakan sesuatu mengalir dari dalam hidungnya yang sakit. Dia kembali berdiri lalu menyeka hidungnya, punggung tangannya ternodai cairan berwarna merah anyir.

"Sial," desisnya melihat darah di tangannya. Melirik dan ia mendapati lelaki bertopeng itu sudah berlari menjauh, menghilang dibalik semak dan pekat malam.

BILURWhere stories live. Discover now