19. Paralyzer

5.3K 734 28
                                    

Kenapa tidak semua orang dapat hidup dengan normal, menjadi manusia seutuhnya, bekerja, berkeluarga, menikmati kehidupan hingga akhir hayatnya? Kenapa ada saja manusia yang menjadi seorang monster—membuntuti, menerkam, mencabik-cabik—yang tidak diinginkan oleh banyak orang? Kenapa ada manusia yang ingin berbeda, menjadi orang gila yang membuat pekerjaanku semakin sulit?

Sekeras apapun aku bertanya pada Raymond, dia tak akan menggubris pertanyaanku. Dia hanya akan tertawa terbahak-bahak, menganggap aku bekerja dengan sangat tidak baik karena kepingan puzzle yang belum seutuhnya terkumpul. Kemudian, dengan nada menyebalkannya, ia akan menghinaku, menggoyahkan emosiku dan membuatnya meluap, keluar dari tempat yang seharusnya, membuatku menggebrak meja.

Aku pernah melakukan kesalahan itu beberapa kali, menghambat karierku, aku tak dapat kembali terjerumus pada kesalahan yang sama—biarpun aku telah melakukannya beberapa kali.

Wijaya pun sama sepertiku, memikirkan huruf R yang terakhir. Beberapa spekulasi menyambangi diri kami. Apakah ada kata lain dalam bahasa inggris yang dimulai dengan huruf R yang ditulis oleh Raymond—juga dokter Ryan? Atau R3 yang dimaksud Raymond adalah inisial nama mereka, Ryan, Raymond, dan seorang lagi yang belum kami ketahui? Memang, Raymond menganggap kebodohan kami yang belum menemukan arti dari R terakhir, membuat kami berspekulasi bahwa ada kata terakhir yang belum kami temukan, berhubungan dengan dokter Ryan. Namun, bagaimana jika ternyata maksud dari ejekannya itu mengarah pada seseorang—bukan Dokter Ryan—dengan inisial R lain yang menunjukkan nama seseorang? Bagaimana jika ternyata arti dari rebirth mengarah pada Ryan dan resurrect mengarah pada Raymond? Bagaimana jika ternyata kasus ini akan berlanjut dengan R yang lain?

Apakah mereka sengaja melakukan metode yang berbeda? Tertutup pada metode pertama, menghilangkan mayat dengan menenggelamkannya pada asam kuat, terbuka pada metode kedua dengan menggantikan kepala mayat dengan manekin, kemudian metode ketiga—yang belum diketahui.

Apa maksud dari pekerjaan yang sudah beres seperti yang dikatakan Raymond?

Apakah Dokter Ryan—juga Raymond—sebenarnya kembar tiga?

Semua pemikiran itu benar-benar membuatku gelisah. Perutku dikocok dengan kuat, membuatku mual dan seolah tak dapat memikirkan semuanya. Sekali lagi, kejadian yang sama terulang. Aku merasa benar-benar telah dekat pada kesimpulan yang pasti, tetapi hancur oleh sesuatu yang tak kuduga. Kesimpulan yang hampir kugapai, tetapi sebenarnya masih jauh dari kenyataan.

Wijaya lebih memilih untuk menyendiri terlebih dahulu, tak mengontakku dengan alasan ingin memikirkan alasan yang tepat mengenai segala ucapan Raymond, dan aku tak dapat mencegahnya. Wijaya tidak marah padaku—aku yakin itu. Wijaya hanya membutuhkan waktu untuk berpikir.

Mengingat gaya arsitektur rumah orang tua Dokter Ryan dan Raymond, tidak aneh jika mereka agak kebarat-baratan dengan memberikan nama dari anak-anak mereka seperti orang inggris. Mungkin, dulunya mereka adalah orang tersohor di inggris atau semacamnya—siapa yang tahu?

Hujan di malam hari membuat secangkir kopi yang tengah kunikmati semakin terasa menenangkan, padahal otakku tengah bekerja keras, mengepulkan seluruh asap keluar dari tempatnya. Sekali lagi, aku tak ingin berpikir terlalu keras untuk sekarang ini, membiarkan semuanya mengalir—padahal rasanya sebelum-sebelumnya pun seperti itu. Jadi, aku hanya bersantai di dalam rumah, duduk pada sofa, tak memikirkan apapun—pikiranku sedang kosong.

Kemudian, Loka pulang seperti biasanya, menggandeng tas sekolahnya dan membanting pintu sedikit kasar—tidak sekasar sebelumnya. Ia mengucapkan salam dan menemuiku dalam keadaan tak menentu seperti ini. Namun, secara tiba-tiba ia mendekatiku, duduk di sampingku.

Detektif Roy : Ritual Pemenggalan Kepala [Selesai]Where stories live. Discover now