Aku Meragukan Mu

Mulai dari awal
                                    

Selagi aku memperhatikan mereka, pandangan ku menangkap 2 sosok wajah yang sangat ku kenal berjalan bergandengan keluar dari salah satu mobil yang baru terparkir di depan kantor bersamaan dengan Axell keluar dari sana.

Mereka membeku, diam saling menatap. Aku bisa lihat bagaimana tatapan mereka satu sama lain. Terlebih bagaimana tatapan Axell pada wanita itu begitu pula sebaliknya.

"Riana...?" gumam ku tanpa sadar.

Aku hendak keluar namun hati ku terlalu berat melakukannya sampai pandangan Axell beralih pada ku yang masih mengamati mereka dari dalam mobil. Riana yang mengerti arah pandang Axell, ikut berbalik memandang ku bersama pria yang ku kenal sebagai suaminya.

Ku hembuskan nafas pendek memutuskan turun dari sana sebagai rasa sopan santun. Ragu-ragu ku dekati mereka dengan langkah pelan. Aku selalu berharap momen ini tak akan pernah terjadi.

"Hay..." sapa ku menemukan suara ku.

Riana yang semula diam tersenyum pada ku. Pancaran bola mata Riana, aku tak pernah melupakannya. Pancaran yang selalu berhasil menaklukkan Axell.

Riana memeluk ku duluan. Dan tanpa ku mau air mata ku begitu saja jatuh, begitu juga dengannya.

"Syukur lah kau baik-baik saja, Zi. Aku selalu mengkhawatirkan mu" bisiknya tulus.

Bagaimana bisa aku membencinya dengan sifat nya yang seperti ini. Wanita tulus dan baik hati ini, tak pernah terlintas sedikit pun aku membencinya. Aku membenci diri ku sendiri yang seperti ini.

"Kau terihat cukup baik juga, Ri" ucap ku sembari melepas pelukan kami.

Ia mengelus lengan ku, menatap ku penuh rindu. Sebaliknya aku menatapnya dengan rasa bersalah ku.

"Jadi kalian sudah saling menemukan lagi?" liriknya ke arah ku dan Axell. "Aku senang melihat kalian berdua bersama lagi"

Aku mengangguk kecil, meragukan jawaban ku.

Suaminya merangkulnya. "Jadi, kau tugas disini?" tanya suaminya yang ku ingat bernama Daffa.

Axell mengalihkan pandangannya dari ku pada Daffa. "Begitu lah. Dan kau?"

"Aku sedang dinas luar disini. Kebetulan aku longgar, jadi ku bawa serta istri dan anak-anak ku"

Ya, suaminya berprofesi sama dengan Axell. Mereka memulai pertemanan sejak sama-sama bergelut di bidang kepolisian.

"Baiklah. Kita bisa bertemu lain waktu selama kau disini. Kau bisa menghubungi ku. Nomor ku masih sama"

"Ide bagus. Kami akan menghubungi mu nanti"

Axell mengangguk. "Kami duluan" pamitnya pada keduanya.

Aku pun berpamitan dengan mereka. Riana sempat memeluk ku lagi.

"Aku akan berkunjung nanti"

"Kau harus berkunjung" balas ku kemudian beranjak pergi.

Axell membukakan pintu ku terlebih dulu kemudian dia berputar menduduki kursinya. Tak ada percakapan apapun sepanjang perjalanan. Hanya tenggelam dalam pikiran masing-masing. Sesampainya di rumah, Axell hanya mengucapkan selamat malam pada ku kemudian pergi berlalu begitu saja.

Ku rasa firasat ku benar selama ini. Dia masih menyimpan rasa itu pada Riana.

*****

"Hay..." Azka muncul mendatangi apotek ku.

Aku tengah bersiap pulang. "Kau sudah kembali?"

"Pertanyaan apa itu? Pertanyaan mu terlalu bosan"

Please, Accept My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang