Perasaan Ini Masih Sama

Start from the beginning
                                    

Namun, aku menarik tangan ku darinya hingga terlepas, aku tak bergerak selangkah pun. "Bagaimana aku bisa menolak mu nanti kalau kau perlakukan aku seperti ini terus?" ucap ku melangkah mendahuluinya.

Ia tak terima dan mencekal tangan ku memaksa ku berbalik ke arahnya. "Bisa kau terima saja semua perlakuan ku kalau kau merasa nyaman?" ku buang pandangan ku ke lain arah. Ia menggenggam kembali tangan ku meski aku menolak. "Nyaman tak nyaman, jangan lepaskan tangan mu dari ku"

"Zizi?" panggilan itu menghentikan perdebatan ku dengan nya.

Aku yang memang belum siap bertemu mereka, mematung mendapati 2 wajah sendu dengan tatapan meneduhkan mereka. Cara mereka menatap ku membuat ku diam seribu bahasa. Tatapan kerinduan itu tanpa sadar mengundang sesuatu keluar dari mata ku. Aku tak dapat membendungnya.

"Anak ku..." Wanita yang selalu ku panggil ibu berlari memeluk ku erat. "Menantu ku...anak ku..." bisiknya berulang kali di telinga ku.

Yang ku lakukan hanya membalas pelukannya lebih erat, meletakkan wajah ku di ceruk lehernya menyembunyikan tangis ku disana.

*****

Axell membawa kami ke salah satu hotel yang telah disewanya untuk mereka. Aku membantu ibu merapikan barang bawaannya, setelah itu menyusul papa dan Axell duduk di depan TV.

"Bagaimana kabar mu?" tanya papa.

Aku mengangguk kecil. "Baik"

Papa manggut-manggut menghela nafas. "Kau banyak berubah" papa memandang ku. "Kalian berdua banyak berubah" lanjutnya.

"Axell cerita banyak pada kami" sahut ibu masih dengan mengenggam tangan ku. "Kalian pesan lah kamar disini juga..."

"Ibu..." sela Axell kurang setuju.

"Saat mendengar Axell menemukan mu, kami ingin segera kesini. Tapi, Axell menahan kami terlalu lama. Jadi kami putuskan langsung berangkat kesini tanpa persetujuan Axell. Jangan salahkan Axell atas kedatangan kami"

"Tentu saja tidak. Aku juga merindukan kalian"

"Kalau begitu pulang lah" ia mulai mengeluarkan air matanya lagi.

"Tak semudah itu, bu"

"Apa yang kau pikirkan lagi, nak? Aku hanya menyuruh mu pulang. Aku tak akan memaksa mu kembali pada Axell. Hanya tinggallah bersama kami"

"Maafkan aku"

"Kau pergi begitu saja tanpa mendengarkan kami" ibu sesenggukan. "Kami selalu menunggu kabar dari Axell. Mendengar jawabannya yang selalu gagal menemukan mu, kami seperti benar-benar akan kehilangan mu.

Tapi, ketika melihat mu seperti ini..." ku tepuk pundaknya pelan. Ia menahan isakannya keluar. "Melihat mu banyak berubah, ibu semakin merasa bersalah pada mu, Zi. Maafkan ibu, nak"

"Bu..."

"Apa kesempatan Axell sudah tak ada?"

"Ibu..." sela Axell lagi.

"Kalian berdua banyak berubah. Ibu seperti tak mengenal anak-anak ibu, ibu tak mengenal menantu ibu. Ibu tidak tau apa yang membuat kalian seperti ini, tapi melihat kalian yang seolah menyakiti diri kalian masing-masing, sikap kalian yang seperti ini...apa yang harus kami lakukan pada kalian?"

Aku menunduk. "Maafkan aku" sesal ku.

"Ibu..." Axell menarik ku berdiri. "Sudah lah. Aku akan mengajaknya membeli makanan sebentar. Kita semua belum makan"

Ibu menunduk menyimpan wajahnya, tak menjawab.

Papa mencoba menenangkannya "Baiklah. Hati-hati di jalan" pesan papa.

Please, Accept My HeartWhere stories live. Discover now