25. 그만하자

1.7K 189 5
                                    

Tahukah kau? Kau seperti obat. Kadang terlihat manis, juga terlihat pahit. Menyembuhkan sakit dan luka, kadang juga bisa membuat seseorang semakin sakit dan gila.

Dan apakah kau tahu siapa korbanmu?

Aku.

Aku adalah korban darimu. Kau menyembuhkan segala rasa sakit, kadang juga memberiku goresan luka kecil. Karena itu aku ingin terus berada di dekatmu, kau membuatku candu.

Candu? Ya. Kau adalah candu terhebat yang pernah aku rasakan. Sampai sekarang pun aku kecanduan akan dirimu walau aku tahu  mungkin suatu saat nanti kau benar-benar akan membuatku terjatuh dan tak bisa melakukan apapun lagi.

Tidak adil. Apakah kau menganggapku candumu juga?

Apakah kita berada dalam pengaruh sihir? Ataukah hanya aku yang ada dalam pengaruhnya? Mengapa aku terus-terusan mengingat namamu, wajahmu, sikapmu padaku, dan apapun yang dilakukan olehmu. Mengapa setiap kepingan kenangan bersamamu semakin terukir dalam ingatanku? Kenapa hanya kau?!

Aku ingin berhenti dari candumu. Aku tidak ingin kau memberi segala pengaruh tersendiri dalam hidupku lagi.

"Gue pengen putus sama Yoongi."

Tak ingin terjadi lagi, sebelum semuanya benar-benar terlambat. Sebelum waktunya aku tak sanggup untuk benar-benar melepasmu.

🎡

"Yoongi-ya."

"Hm?"

"Kau sudah siapkan kuburanmu? Nekat menculikku seperti ini."

Yoongi tertawa dan tak membalas kalimatku.

Hari ini mari kita bilang bahwa Yoongi menculikku. Mas Irvan menyuruh ibu tinggal di rumah untuk beristirahat, dan mempercayakan aku pada Hyoah di rumah sakit. Mempercayakan aku pada Hyoah berarti membiarkanku bertemu dengan siapa saja. Terutama Yoongi.

Hari ini aku bisa keluar kamar rawat. Kami memang tidak bisa keluar area rumah sakit. Tapi beruntung rumah sakit ini memiliki fasilitas tertentu, dan sekarang aku berada di poli anak untuk sekedar melihat anak-anak kecil bermain disana. Terdapat beberapa rak buku bacaan khusus buku cerita, atau buku pengetahuan.

"Kau sebut aku menculikmu? Aku hanya membawamu ke poli anak."

"Kupikir kau tidak suka anak-anak."

"Tidak terlalu. Tapi anak kecil mungkin satu-satunya hiburan saat stress melanda."

Aku meletakkan pandangan pada Yoongi dengan tenang. Memikirkan sesuatu yang harusnya sudah lama aku putuskan. Aku tak mau ketergantungan dengannya, ia begitu baik selama ini. Aku mencintainya, tapi aku tak bisa bertahan lama dengannya. Semuanya akan sia-sia pada akhirnya.

"Tante."

Aku menoleh. Ada anak kecil yang menarik bajuku. Dengan senyuman, aku menggendongnya dalam pelukanku dan sepertinya hal ini menarik perhatian Yoongi.

"Nama kamu siapa??"

"Hendra."

Oh, bocah kecil yang malang. Harus sakit di usia dini. Ia begitu tenang dalam pangkuanku.

"Hendra kenapa?"

"Hendra bingung, itu om yang ngomong apa, Hendra gak ngerti."

Sepertinya bocah yang sudah pintar bicara ini tengah kebingungan dengan bahasa yang digunakan Yoongi. Ia mendelik padaku, dan bertanya apa-yang-ia-bicarakan?

"Om ini bukan orang Indonesia." Ujarku menghiraukan pertanyaan tersirat Yoongi.

"Terus orang apa?"

My WorldWhere stories live. Discover now