18. Renggang

1.9K 201 9
                                    

Hubungan ini memang baru berumur jagung. Aku tak menutup kebenaran kalau aku dan Yoongi seakan masih terlihat kekanakan karena hubungan yang baru berjalan beberapa bulan ini. Aku tak terlalu memikirkannya, biarkan saja berjalan dan waktu akan menjawabnya.

Tapi, tidak akan semulus itu kan?

Hari ini suasana hatiku seakan ditutupi oleh awan mendung seperti badai akan terjadi sewaktu-waktu. Aku tidak mood membalas perkataan orang, tidak mood pergi ke kampus, tidak mood melakukan apapun, hanya karena satu hal bodoh yang aku hadapi semalam.

Semalam seorang wanita yang mendadak datang ke apartemen Yoongi saat pria itu tak ada di rumah. Wanita itu cukup cantik dan lebih anggun dariku. Mungkin ia juga seorang pekerja seumuran Yoongi. Tapi hal diatas tidak menjadi masalah bagiku. Yang menjadi masalah adalah, wanita itu bilang kalau 'aku ini calon istrinya Yoongi, aku ingin bertemu dengannya!'

Aku tahu wanita itu mabuk jadi aku katakan padanya bahwa lebih baik ia pulang ke rumah karena aku tak ingin membuat masalah dengannya. Tapi wanita itu sangat keras kepala ingin bertemu Yoongi, padahal sudah aku bilang kalau Yoongi sedang tidak ada di rumah.

Kaget? Tentu saja. Aku tidak mengetahui asal muasal wanita ini, datang-datang di hadapanku berkata bahwa ia calon istrinya Yoongi. Aku tahu ini menggelikan dan tidak masuk akal, tapi aku sangat terusik. Aku percaya Yoongi tidak akan memiliki hubungan denganku jika ia tahu dirinya akan menikahi gadis lain. Jadi memang karena faktor wanita yang mabuk ini.

Apa maksudnya calon istri?

Tapi yang membuatku kesal adalah saat Yoongi baru pulang dan terkejut melihat wanita itu ada di rumahnya. Ia langsung berniat mengantar wanita itu pulang. Aku bilang 'tak bisakah kau hanya memesankan taksi atau semacamnya agar ia bisa langsung pulang? Atau telefon siapa yang bisa menjemputnya, aku butuh penjelasan soal ini'. Tapi Yoongi tak mendengarkannya dan tetap mengantarkan wanita itu.

Yah, maksudku setidaknya bicara padaku siapa wanita itu. Yang membuatku tambah kesal, ia hanya bilang 'sudah kau istirahat saja, aku akan mengantarnya sebentar.' Seakan ia tak ingin bicarakan tentang wanita itu padaku. Tolong, aku benci ini.

Dari malam itu hingga sekarang aku belum bicara dengannya. Sebelum Yoongi pulang, aku sudah tidur duluan dan sengaja berangkat lebih pagi. Aku tahu aku masih kekanakan, tapi aku tak bisa menghilangkan sifat remaja seperti ini. Berbeda dengannya yang sudah dewasa.

Dan hari ini terasa apes.

Bahkan saat kelas berlangsung pun, ia selalu memusatkan perhatiannya padaku. Saat aku tak memperhatikan penjelasan kelasnya dengan saksama, ia menegurku. Padahal beberapa mahasiswa di barisan belakang juga berisik. Setiap ada pertanyaan yang tidak terjawab, ia melemparnya kepadaku padahal banyak mahasiswa lainnya yang ingin mendapat tambahan nilai untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Dan sekarang, aku harus menunda makan siang bersama Mia karena ia menyuruhku membawa barang-barangnya untuk dibawa ke ruang dosen.

Aku berjalan di belakangnya membawa tas yang berisi laptop di tangan kanan dan beberapa buku kecil di tangan kiri. Aku tahu aku marah padanya, tapi masa iya aku mau mengomel pada dosen sendiri. Bisa-bisa aku mengulang mata kuliahku di semester depan.

Ruang dosen itu terlihat nyaman. Menurutku, tidak berbeda jauh dari istilah ruang guru pada sekolah-sekolah di Indonesia. Terdapat TV, pendingin ruangan, papan tulis yang menuliskan beberapa informasi untuk dosen, dan beberapa sekat yang dikhususkan demi meningkatkan kenyamanan dan  kinerja dosen itu sendiri. Bedanya jika ruang guru di sekolah selalu ramai hingga jam pulang sekolah, kalau ruang dosen disini sepi. Hanya beberapa dosen yang berkutat dengan komputer mereka di sekat-sekat yang tersedia.

Aku dan Yoongi tiba di sekatnya. Aku meletakkan barang-barangnya dan ia duduk di bangkunya.

"Boleh aku pergi sekarang?"

"Tidak."

"Tapi aku harus makan siang dengan Mia."

"Kalau begitu bilang padanya kau punya urusan denganku."

Apa mau orang ini.

Baiklah. Aku mengeluarkan ponsel untuk menghubungi Mia bahwa dia harus makan siang sendiri karena aku terpaksa punya urusan dengan dosen yang satu ini. Setelah itu, aku menaruh ponselku lagi.

"Ada urusan apa?"

"Bantu aku input nilai."

Hah? Aku harus melewati istirahat makan siangku hanya demi membantunya input nilai? Astaga. Orang ini ingin aku mati. Atau sebaliknya? Ia ingin aku membunuhnya?

Tanpa bicara apapun aku membuka laptopnya dan memulai kegiatan Input nilai tersebut. Nyatanya, dia menyuruhku untuk mengerjakannya, bukan membantunya input nilai. Aku harap ia bisa membedakan yang mana yang menyuruh dan yang mana yang membantu. Karena ini sangat menyebalkan!

Selama berjam-jam aku menginput nilai seluruh angkatan, dari awal sampai akhir. Mataku hampir keluar dari tempatnya karena terlalu lama melihat layar laptop. Aku tak tahu apa yang ia lakukan, tapi satu jam pertama ia terlihat mengerjakan sesuatu dan setelahnya ia tidur di mejanya.

Enak bener hidupnya!

Aku menghela nafas menandakan bahwa aku kesal dengannya, tapi kerjaan ini tetap aku lanjutkan. Lihat dia, enak-enakan tidur begitu. Yang seperti ini malah membuatku semakin kesal.

Setelah menyelesaikan input nilai, aku melihat jam dinding di ruang dosen yang menunjukkan pukul lima sore. Langit sudah berubah menjadi warna jingga. Aku menutup laptopnya dan melihat ia masih tertidur.

Astaga.. Ia ini hibernasi atau bagaimana.

Aku menggoyang-goyangkan bahu pria itu untuk membangunkannya.

"Gyosu-nim, bangun. Aku ingin pulang."

Dia tidak bangun juga.

"Yoongi oppa!"

Masih belum mempan juga.

"Min Yoongi! Ireona!" (Bangun!)

Brak!

Ia bangkit dari tidurnya dan langsung melihat dengan tatapan tajam ke arahku. Seakan ia ingin marah, namun ia tuangkan pada pandangannya kepadaku.

"Aku minta maaf. Aku hanya izin mau pulang. Input nilainya sudah aku selesaikan, selamat sore." ucapku meninggalkan Yoongi di sekatnya.

Dia marah padaku? Sepertinya. Mungkin karena aku memanggilnya dengan nama lengkapnya tanpa menggunakan kata panggilan? Tapi aku tak terlalu memikirkannya, aku bisa hanya langsung pulang dan berjalan kaki sendirian seperti biasanya. Kali ini disertai dengan perasaan kesal yang meluap-luap.

I bet this is not my day….

Walau saat ini mungkin sedang renggang, akan aku jadikan pelajaran untuk selanjutnya.

Kau tidak dapat memilih. Kau hanya jatuh cinta dan kau mendapatkan dia yang memiliki sifat buruk juga baik di waktu yang bersamaan. Kau tahu kau sangat mencintainya kecuali saat dimana ia membuatmu menjadi gila. Dan alasan mengapa semua ini jadi membingungkan adalah cinta. Jika cinta tak memiliki rintangan, maka untuk apa adanya perasaan spesial ini?
🎡🎡🎡

My WorldOnde as histórias ganham vida. Descobre agora